AM 45

9.1K 1K 121
                                    

Lisa Pov

Berkali-kali Seulgi menanyakan keinginanku, seperti haruskah langsung pergi ke Villa, atau istirahat lebih dulu dan memikirkan cara terbaik untuk meminta Jennie kembali padaku. Namun aku yang sudah dirundung gelisah tak lagi mampu menampung semua perasaan buruk. Sebenarnya ada keraguan, aku yakin tidak akan mudah kali ini. Tapi apapun hasilnya bukankah aku harus berusaha ?

"Li, kau baik-baik saja ?" Seulgi sedikit menyenggol lenganku, dia duduk di belakang bersamaku. Kami dalam perjalanan menuju Villa.

"Sebenarnya tidak. Bagaimana jika Jennie tidak hanya marah atau kecewa padaku ?" Helaan nafas Seulgi terdengar jelas, aku mengerti selama ini ia menahan diri untuk tidak meneriakiku.

"Skenario terburuk apa yang kamu pikirkan ? Kau tahu, kau memang salah Li"

"Bagaimana jika dia tidak lagi mencintaiku ?"

Kalimat itu sangat sulit diucapkan. Bahkan hanya prediksi saja menyakiti hatiku. Kediaman Seulgi membuatku semakin resah. Pikiranku berkecamuk. Ragu, takut, namun harus.

Sekitar 1 jam akhirnya kami sampai di Villa. Yah Villa ini cukup jauh dari Bandara, letaknya di pedalaman dan di atas tebing. Seulgi turun lebih dulu, menungguku di luar mobil. Kuatur nafasku berkali-kali, berusaha bersikap setenang mungkin.

Aku turun mobil, berusaha berjalan sebaik mungkin. Firasat buruk tiba-tiba menyerangku, aku nyaris tak lagi memiliki keyakinan. Bukankah aku tidak tahu malu  memintanya kembali ?

"Tidak ada tanda-tanda seseorang sudah bangun" bisiknya ketika kami memasuki Villa yang tidak dikunci. Aku mengangguk sebagai tanggapan, langkahku membawaku ke depan pintu kamar utama yang kuyakini ini kamar yang ditempati Jennie.

Seulgi bergeser, dia berdiri di samping pintu. Aku menghela nafas sebelum memutar kenop. Mengumpulkan semua keberanianku. Setelah aku yakin, aku mampu, ku buka pintu cukup kasar dan pemandangan di tempat tidur menyayat hatiku.

Dengan nyamanya Jennie tidur di pelukan Yuri. Bahkan ada senyuman tipis tersungging di bibirnya. Ini dia yang paling aku takutkan, kenyataan Jennie tak lagi mencintaiku dan sebegitu mudahnya berpaling.

Aku mematung, berdiri di ambang pintu. Seulgi tak berani bergerak sedikit pun atau hanya berkomentar. Jennie perlahan membuka mata, saat ia menyadari kehadiranku dengan kasar melepaskan pelukan Yuri, menjauh sampai nyaris terjatuh dari tempat tidur. Heol reaksi macam apa itu. Seolah tertangkap basah sedang selingkuh. Dia menatapku, ada ketakutan di matanya. Merasa terusik Yuri pun bangun, terkejut mendapati keberadaanku.

"Li-lisa..." kutatap sahabatku yang memandangku terkejut. Bahkan suaranya ertagagap.

"Kenapa kamu di sini ?" Tidak ada rasa canggung dalam suara Jennie, dia hanya menyampaikan protes kenapa aku sini. Sakit.

Bodohnya aku justru tetap memandang mereka. "Profesor.." Seulgi menegur, aku berbalik menutup pintu selembut mungkin. Tak ingin menunjukan betapa aku patah hati melihat mereka. Aku berdiri sejenak, mengatur nafasku, sebutir air mata lolos. Seulgi menatapku iba, dia menarik tanganku. Membawaku ke ruang tengah, dan kami duduk di sana.

"Aku yakin itu hanya salah paham--"

"Tidak. Yuri pernah bilang dia jatuh cinta pada Jennie dan tidak beralaskan kakaknya. Kau tahu apa yang membuatku merasa sangat kecewa ?"

Seulgi menggeleng, dengan lembut menghapus air mataku.

"Aku terlambat. Aku kecewa pada diriku sendiri" lirihku, mataku berkhianat, secara tidak sopan mendorong keluar semua air asin yang kini membanjiri pipiku. Ayo Li, kau bisa, jangan menangis. Seulgi menarikku, membawaku ke dadanya. Diusapnya punggungku, berusaha menenangkanku.

Arranged Marriage S1 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang