Lisa Pov
Memasuki pertengahan Maret, suhu udara tak lagi sedingin Januari. Kuamati tumbuhan di kanan kiriku, mereka dengan kompak menumbuhkan diri. Bisa kulihat batang-batang mulai berdaun, dan bunga-bunga menampakkan kuncupnya.
"Beritahu aku, alasanmu menyukai bunga, Liliyaaa" suara Jennie berhasil menarik bibirku ke atas, aku menoleh padanya yang berjalan di sampingku.
"Aromanya, keindahanya, dan filosofinya"
Tunanganku menghentikan langkah kami, memandang ke seluruh pekarangan istanaku. Dia menghirup udara dalam, matanya terpejam mencoba merasakan ketentraman dari udara segar musim semi.
"Beritahu aku filosofi mawar" itulah kalimatnya setelah membuka mata.
"Ada begitu banyak jenis mawar Hon. Tapi jika secara universal, menurutku Mawar merupakan simbol cinta"
"Waeyeo ?"
"Indah, harum tapi berduri. Cinta tak hanya memabukan, ada kalanya cinta juga menyakitkan" kusibakkan rambut Jennie ke belakang telinga, senyumnya mengembang.
"Bagaimana dengan bunga daisy ?"
"Menurutku bunga Daisy melambangkan kemurnian, ketulusan, dan kesucian. Terutama Daisy putih"
"Tulip ?"
"Oh come on Hon. Mana yang kamu ingin dengar ? Tulipku untukmu atau tulipku untuk sahabatku ?"
"Keduanya"
"Tulip merah untukmu, memiliki arti bahwa cintaku abadi, tanpa pamrih. Dan tulip kuning untuk sahabatku. Warna kuningnya yang ceria seperti menunjukkan betapapun dunia menolak dan menghakiminya, aku akan selalu berada di sisi mereka. Siap sedia membela dan melindungi mereka"
"Sebrengsek apapun sahabatmu ?"
Seseorang menginterupsi, aku hafal milik siapa suara itu. Kami berbalik ke arah sumber suara dan mendapati Yuri yang berjalan mendekati kami. Pandangannya tidak tertuju pada Jennieku, melainkan padaku.
Kaki panjangnya di balut sepatu boots dan jeans hitam. Kaos putih dan jaket kulit hitam membalut tubuh seksinya. Bahunya luruh, tidak percaya diri. Aku bisa melihat langkahnya yang ragu. Ini dia sahabatku, inilah yang aku tunggu. Aku merentangkan tanganku, memberinya senyuman tulus. Sejenak aku menangkap kepercayaan dirinya, dan selanjutnya aku dikejutkan saat dia berlutut di hadapanku. Kulirik Jennie yang sama terkejutnya, bahkan dia sampai berkedip-kedip heran.
"Yul.. Cukup peluk aku" kataku sembari memintanya berdiri, tapi dia menolak.
"Liliyaa maafkan aku--"
"Tidak ada sahabat yang meminta maaf. Apa kamu tidak lagi menganggapku sahabat ?" Aku memotongnya, Jennie mendekati Yuri dengan paksa menarik tubuh jangkung itu berdiri. Syukurlah, itu berhasil.
"Aku aku harus apa ?" Mata sahabatku bergetar hebat. Tubuhnya sesenggukan tak kuasa menahan tangis. Kuraih tubuhnya, memeluknya erat berusaha memberitahunya bahwa aku sangat memahami perasaanya.
"Hiduplah dengan baik. Bukalah lembar baru, tulislah cerita yang lebih indah"
Tangisnya semakin pecah, dia terisak di pelukanku. Jennie memandangku dengan senyuman yang tidak bisa kuartikan. Dia pergi, mengisyaratkan akan memberi kami waktu. Aku mengangguk, fokusku kembali pada Yuri yang belum juga berhenti menangis.
"Ini tidak seperti Yuri sahabatku" kataku menepuk punggungnya.
"Maafkan aku Li, aku tidak bisa menahan perasaanku. Aku jatuh cinta dengan tunanganmu"
Lagi-lagi panah api menghujamku. Hanya saja kali ini jauh lebih menyakitkan. Aku tidak tahu bagaimana menanggapi pernyataanya. Rasa dingin menyerap seluruh kehangatan tubuhku, tulangku mendadak ngilu. Air mataku jatuh, bukan karena aku cemburu. Aku tahu Jennieku tidak akan membalas perasaan Yuri. Tapi ini pertama kalinya sejak kematian kekasihnya, Yuri akhirnya jatuh cinta lagi. Jika saja itu bukan pada Jennie, aku dengan senang hati akan mundur. Tapi ini Jennie, lebih dari apapun aku belum pernah segila ini mencintai seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage S1 (Completed)
RomanceWARNING !! PURE GIRL X GIRL. Rated 21+. Menikah muda tidak ada di kamus Jennie Kim. Tapi ayahnya pemilik YG Entertaiment mengharuskan Jennie menikah tahun depan dengan Lalisa Manoban, Profesor muda dari Harvard. Bisakah Jennie membatalkan perjodohan...