AM 11

16.2K 1.6K 71
                                    

Jennie Pov

Aroma mawar merasuki indra penciumanku, ya Tuhan ini dia musim semiku. Bibirku tertarik ke atas membentuk senyuman. Aku tahu, ini bukan mimpi. Aku bisa merasakan seseorang menghujaniku ciuman, dan yah aku tidak kecewa saat membuka mata mendapati Lisa tersenyum manis.
"Good morning Princess" sapanya manis.

"Morning honey. Beritahu aku kenapa kamu di kamarku ?" Suaraku parau, masih belum sepenuhnya mendapat nyawaku. Lisa tersenyum lebih manis, aku menariknya ke pelukanku menginginkan mawarku lebih dari sekedar senyuman manis. Lisa membelai rambutku sayang, dia dengan lembut menarik diri.

"Well, orang tuaku kembali ke Korea. Mereka sekarang di bawah. Jika boleh, aku ingin kamu menyapa mereka lebih dulu sebelum kita berangkat ke hotel"

Ya Tuhan, suaranya bahkan jauh lebih indah dibanding kicauan burung musim semi. Uh Wow, aku mendapati diriku berharap menemukan Lisa setiap pagi di tempat tidurku. Haruskah kita tinggal bersama ? Gagasan itu semakin menarik bibirku ke atas, aku yakin Lisa sedang bertanya-tanya sekarang.

"Jadi biarkan aku bersiap-siap hemm ?"

"Oh oke..." Lisa berdiri, aku kehilangan skinsip kami. "Kurasa secepat mungkin lebih baik. Kamu bisa melanjutkan dandanmu di hotel nanti. Oke ?"

Aku mengangguk, Lisa berdiri melangkah keluar dari kamarku. Setelah dia menghilang aku juga merasakan sesuatu dari diriku ikut hilang bersama Lisa. Aku belum puas dengan setiap sentuhannya, belum puas memandangi wajah cantik dengan senyum manisnya, masih ingin aroma mawarnya bertahan secara utuh, tidak samar seperti sekarang hanya tersisa di bajuku.

Aku menggigit bibir bawahku, berusaha mengendalikan debaranku dimana semakin aku membayangkan kami tinggal bersama dan menemukanya setiap aku membuka mata, semakin hebat debaranku merintih meminta di keluarkan.

Sungguh, aku belum pernah berkencan atau sekedar dekat dengan perempuan. Ini hal baru untukku. Tapi mendapati bagaimana Lisa memahami kegiatan perempuan beserta kerempongannya saat berdandan, itu membuatku semakin gila. Kurasa aku tidak akan mendapati hal semacam itu bersama pria. Hanya dengan sesama perempuan yang juga mengerti diriku sebaik dia mengerti dirinya sendiri.

Sinar mentari tak lebih menyilaukan dibanding senyum Lisaku. Aku harus beranjak sekarang dan bersiap bertemu orang tua Lis-.

Oh astaga ! Lisa baru memintaku untuk tampil tanpa make up kan ? Dalam artian aku yang biasa ? Perutku mulas membandingkan diriku dengan Dua Lipa. Sekarang aku mendapat masalahku lagi, bagaimana tanggapan orang tua Lisa tentangku ? Bukan tidak mungkinkan mereka tahu tentang Dua Lipa ?

Tapi membuat mereka menunggu juga tidak bagus. Aku mandi secepat mungkin, mengeringkan rambutku tanpa menatanya. Aku mengoleskan lipstik dan menaburkan beberapa riasan ringan di wajahku.

Lemariku menyuguhkan kegalauan, outfit apa yang bagus ? Ini lebih dari sekedar bertemu rekan kerja ayahku, aku akan bertemu calon mertuaku kan ? Kurasa kemeja putih panjang dan jeans biru cukup menunjukkan aku gadis sopan.

Aku menuruni tangga antara gugup dan tidak sabar bertemu orang tua Lisa. Ini bukan pertemuan pertama kami, setidaknya untuk Mr.Manoban. Dan saat aku mencapai ruang makan, oh woww aku tertegun mendapati ibu Lisa. Dia tidak kalah cantik dari ibuku. Aku bisa melihat mirip siapa Lisa.

"Oh Jennie. Bagaimana bisa kamu begitu cantik ?" Mrs.Manoban berdiri merentangkan tangannya untuk menyambutku, aku nyaman mendengar pujian itu membawaku menggapai kepercayaan diriku lagi. Kami berpelukan singkat, setelah itu aku bergantian memeluk Mr.Manoban. Persis seperti ingatanku, dia tinggi dan berperut buncit. Dan dari sanalah Lisa mendapat ketinggian idealnya.

"Kamu sangat cantik Jen. Sekarang aku tahu kenapa Lisa menerima perjodohan ini tanpa protes" kata pria tinggi ini. Kami tertawa, terutama aku yang melayang atas kenyataan itu. Lisa menerima tanpa protes. Oh...

Arranged Marriage S1 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang