AM 28

13.6K 1.2K 55
                                    

Jennie Pov

Sayup-sayup aku bisa mendengar suara ketikan laptop. Aku meraba tempat tidur dan tidak menemukan Lisa. Sontak kubuka mataku, udara dingin merayapi tubuhku saat kusibakan selimut. Pintu balkon terbuka menampakan Lisa duduk berkutat dengan laptopnya. Aku beranjak menghampiri tunanganku, untuk pertama kalinya aku mendapati penulis Lisa sedang bekerja.

"Hey, kenapa bangun jam segini ?"

"Inspirasi datang di jam subuh seperti ini"

Kulingkarkan tanganku di lehernya, daguku di pundaknya. Sesekali kucuri ciuman di pipinya. Luar biasanya itu tidak menganggu konsentrasinya. Dengan lincah ia terus menari-narikan jemarinya di keyboard. Cepat, tidak typo dan dengan kalimat tersusun rapi. Kubaca sekilas tulisanya, lalu ingat perkataan Lisa 'cukup 2 kalimat untuk tahu tulisan bagus atau tidak'. Dan dua kalimat yang kubaca memberitahuku, Lisa akan menghasilkan novel yang bagus.

"Ada apa di jam subuh hem ?"

"Ini hukum alam. Bahkan di ilmu fisika dijelaskan pada jam sepertiga malam masa atom cenderung mencapai relatif sempurna. Sehingga di jam ini suasana lebih tenang dan menentramkan. Udaranya yang sejuk sekaligus bersih sangat mendukung konsentrasi"

"Aku baru tahu. Mau kubuatkan kopi atau teh ?" Lisa menoleh padaku. Mencium bibirku singkat.

"Teh tanpa gula" aku mengangguk, sekali lagi kucium pipinya sebelum meninggalkanya kembali berkutat dengan dunia fiksi. Kulirik jam dinding menunjukan pukul 3.30 am. Aku baru tidur sekitar 4 jam, tapi kantukku seketika hilang begitu menyentuh Lisa. Dan benar, di jam ini suasana lebih terasa menentramkan.

Tak butuh waktu lama aku kembali membawa nampan berisi dua cangkir teh dan biskuit. Ku taruh di samping laptop Lisa, aku mengambil duduk di sampingnya, memperhatikan caranya menulis sekaligus membaca tulisanya.

"Nama pemeran utamanya Sabrina ?"

"Yeah. Aku cenderung suka tidak memberi nama Korea tokohku"

"Darimana inspirasimu ?"

Tidak ada suara, namun Lisa menyimpan pekerjaanya, menutup laptop lalu menyandarkan sikunya di meja sebagai tumpuan kepala, ia memandangku.

"Saat makan malam dan kamu mengatakan ingin mengikuti program kehamilan, dari situlah inspirasiku. Aku ingin menokohkan gadis kecil yang tangguh, samar-samar membayangkan anak kita"

Lisa tidak pernah melewatkan kebersamaan kami tanpa kalimat manis. Atau hanya aku yang selalu terbawa suasana, tersentuh setiap saat, meski hanya kalimat biasa. Tapi siapa yang tidak bergetar jika seseorang memberitahunya, bahwa dirinya sumber inspirasi orang itu. Tapi gagasan tokoh perempuan diambil dari bayangan anak kami, itu sedikit mengangguku. Lagi-lagi gender akan jadi persoalan.

"Kamu hanya ingin anak perempuan ?"

Lisa meraih tanganku, mengecup punggungnya sedikit lama. Jemari panjangnya membenarkan rambutku, bahkan sentuhan sekecil ini sukses menghantarkan sengatan listrik di tubuhku.

"Boleh aku lebih terbuka dan jujur ?" Aku mengangguk.

"Pandanganku soal pria masihlah sama, Hon. Jika bisa memilih aku hanya ingin anak perempuan. Tapi saat tahu kamu yang akan jadi ibu dari anak-anakku, aku akan berusaha mengesampingkan gender. Beri aku lebih banyak pengertian soal ini, aku akan berusaha keras untuk itu"

Rasanya ingin menyanggah kalimat itu. Tapi caranya menjadi terbuka padaku, mencegahku. Kelak aku akan menghabiskan seumur hidup bersama Lisa. Aku enggan di perjalanan sepanjang itu hanya ada perdebatan karena berbeda pendapat. Salah satu harus memberi pengertian.

Arranged Marriage S1 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang