AM 47

9.5K 1K 100
                                    

Jennie Pov

Perut rataku benar-benar hilang. Kini usia kandunganku sudah genap 4 bulan, aku senang jujur saja. Aku bisa merasakan bayiku bergerak di dalam sana, dan dari yang kupelajari di usia kandungan 4 bulan janin sudah bisa di USG, aku bisa tahu akan memiliki anak perempuan atau laki-laki. Tapi aku enggan melakukan USG, apa saja yang penting dia sehat aku juga sehat.  Memasuki trimester kedua ini mata janin terbentuk, pendengaranya mulai berfungsi dan aku bisa mendengarkan detak jantung bayiku melalui alat medis.

"Kau tahu nak, mommy bahagia memilikimu" aku mengusap perut buncitku, berdiri di depan cermin memandangi tubuhku yang kini luar biasa gendut. Berat badanku naik 10kg, tapi setidaknya aku masih terlihat cantik. Beruntungnya aku memiliki pipi cabi, jika tidak, kegendutanku akan terlihat jelas.

Suara ketukan terdengar samar, aku di kamar mandi saat ini. Aku segera mengenakan bathrobe menuju pintu kamar. Dan betapa terkejutnya aku mendapati ibuku berdiri di depan pintu, dia menghambur ke pelukanku.

"Kamu pasti melewati hari-hari yang berat sendirian" aku diam, masih belum bisa mencerna situasi. Cukup lama kami berpelukan sampai ibu membawaku duduk di sofa, dia mengusap perut buncitku dengan lembut. Darimana ibuku tahu ? Dia tidak terkejut dengan wujudku saat ini.

"Ah betapa senangnya aku, sebentar lagi aku akan memiliki cucu. Berapa usia kandunganmu sayang ?"

Aku tersenyum, paling tidak ibuku tidak bereaksi seperti Lisa. Meski kini aku curiga si Profesor sialanlah yang memberitahu kehamilanku. Kali ini apalagi tujuanya ?

"Empat bulan. Mommy kesini sendiri ?" Dia menggeleng, senyumnya semakin lebar.

"Bersama Daddy dan kedua mertuamu. Sekarang pakai bajumu dan temui kami di ruang tengah. Okay sayang ?" Aku mengangguk, Ibuku meninggalkanku.

Kedua mertuaku ? Maksudnya orang tua Lisa ? Lalisa sialan, bagaimana bisa dia menggunakan orang tua kami sekarang ? Padahal kemarin dia dengan tegas mengatakan tidak apa-apa bercerai.... Ah sudahlah aku kesal membahasnya lagi.

Kuraih ponselku, tanpa pikir panjang aku melakukan panggilan pada kontak bernama Husband. Aku lupa mengganti namanya. Setelah 3 kali bunyi tut, aku bisa mendengar suaranya di seberang sana. Suara yang selalu aku rindukan, bahkan mengingatnya saja seolah aku mendengarkan lagu indah.

"Hallo Wifey. Merindukanku ?" Apa sebenarnya tujuan Lisa ? Dengan santainya dia memanggilku seperti itu, seolah dia memilikiku.

"Kau memberitahu orang tua kita--"

"Setelah tahu kamu bersama Yuri, aku hendak memberitahu ayah bawha pernikahan kita batal. Tapi dia....."

Lisa diam, aku masih setia menunggu dia melanjutkan. Aku benci dengan cara Lisa yang menggunakan orang tauku, tidak adakah cara lain yang lebih baik ? Licik.

"Dia membawaku ke rumah orang tuamu. Dan mereka menuntutku untuk menikahimu. Maaf wifey, aku tidak bisa menolak. Jadi bisakah hentikan omong kosongmu soal Yur--"

Aku memutuskan panggilan, enggan mendengar Lisa membahas Yuri. Kenapa ? Bisakah Lisa sekali saja mempercayaiku tanpa meragukanku sedikitpun ? Dari dulu sampai sekarang masalah kami sama, dia yang selalu meragukanku. Seolah semua yang kulakukan tidak cukup untuk meyakinkanya bahwa aku setulus hati mencintainya.

Syukurlah aku menelfon Lisa lebih dulu, jadi aku tahu apa kiranya yang akan mereka bahas. Aku bergegas mengenakan pakaianku, rok terusan selutut yang nyaman untuk ibu hamil. Sejak diusir Lisa aku tidak lagi memakai celana, semuanya rok terusan. Bahkan jika pergi, aku juga memakainya. Ini nyaman dan membuat penampilanku terlihat ramping.

"Aku merindukanmu, honey" sapa Ibu Lisa, aku membalas pelukkan hangatnya. Sungguh, bagaimana bisa perempuan sehangat ini bisa melahirkan seorang putri seegois dan seangkuh Lalisa ?

Arranged Marriage S1 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang