9. Di luar Nalar Manusia

5.1K 688 2
                                    

Kadang, berpura-pura amnesia itu perlu. Saat keadaan memaksanya untuk belajar menipu tentang senyuman yang palsu.
 
-Asyilla Maharani Caroline-

 
 
"Tubuh lo sekarang koma," ucap Sandy memberitahu.

“A-apa?”

“Tubuh lo sekarang koma, Asyilla. Budek banget elah ....”

“Gue denger sialan!”
 
Asyilla termenung. Rasanya bagai di sambar petir di musim kemarau, berita itu mampu membuat Asyilla tak mampu berkata apa pun. Bagaimana mungkin jiwanya bisa tertukar? Sungguh, ini sangat di luar nalar manusia. Mustahil!
 
“Gimana caranya gue bisa balik ke tubuh gue, Sandy? Gue gak mungkin terus-terusan ada di tubuh gadis ini? Bagaimana dengan aktivitas gue?” Asyilla sangat frustrasi, ia tidak bisa berpikir jernih karena masalah ini.
 
Sandy mencoba berpikir sejenak. Sebenarnya, ia juga tidak tahu bagaimana caranya untuk Asyilla bisa kembali ke dalam tubuhnya. Mungkin saja, Tuhan mempunyai alasan tertentu.
 
“Sepertinya, tertukarnya jiwa lo ada maksud dan tujuan tertentu, deh. Mungkin saja, Tuhan sedang merencanakan sesuatu untuk lo, Sil. Ya, kita hanya tinggal tunggu gadis itu siuman terlebih dahulu,” tutur Sandy mencoba berpikir positif.
 
Asyilla berdehem sekilas. “Hmm ... papah sama mamah gue gimana? Gue harus kasih tahu mereka kalau jiwa gue itu tertukar, San. Gue gak mau mamah gue khawatir, bahwa sebenarnya gue udah sadar dari koma ini.”
 
“Jangan! Lebih baik lo rahasiain dulu soal pertukaran jiwa lo, Sil. Kalau lo memberitahu soal ini sama nyokap dan bokap lo, mereka akan semakin khawatir. Dan paling besar kemungkinan, mereka tidak akan percaya.” Sandy mencoba memberikan sedikit saran. Namun raut wajah Asyilla seakan begitu sangat sendu.
 
“Tapi, San—”
 
“Sil, dengerin perkataan gue. Ini semua demi kebaikan lo dan kedua orang tua lo. Selama mereka tidak tahu, kita akan mencari jalan keluar soal ini, ok!” ucap Sandy dan menggenggam erat tangan Asyilla.
 
Asyilla menghela nafasnya. “Ok, gue ikuti saran lo.”
 
Asyilla hanya bisa pasrah, dan menuruti usul sahabatnya itu. Jika mengatakan hal yang sebenarnya juga percuma. Pasti, kedua orang tuanya itu tidak akan percaya. Karena kejadian yang Asyilla alami sekarang, sangat di luar nalar manusia. Di mana, jiwanya harus tertukar dengan orang lain.
 
“Lo gak usah, sedih. Nanti kita cari jalan keluar bareng-bareng,” tutur Sandy menyemangati.
 
Asyilla mengangguk tersenyum. “Makasih ya, San.”
 
Jika memang ini sebuah teguran dari Tuhan untuknya. Asyilla hanya ingin di beri kesabaran yang lebih, dan juga keikhlasan untuk menjalankan semuanya. Meskipun terasa berat, tapi Asyilla tidak boleh untuk mengeluh. Karena Tuhan, sangat membenci orang-orang yang mengeluh dan berputus asa.
 
*****
 
Setelah Sandy memberitahukan ke dua orang tua Asyilla, bahwa gadis itu sudah siuman. Bisma dan Intan pun segera memasuki ruangan gadis itu. Mereka akan bertanya tentang identitasnya, agar Bisma dan Intan bisa menghubungi orang tuanya.
 
Intan dan Bisma mencoba mendekati brankar gadis itu. Mereka sedikit bernafas lega, melihat gadis di hadapannya sudah bisa melewati masa alam bawah sadarnya. Kini, gadis itu sudah tampak membaik.
 
“Syukurlah kamu sudah siuman. Kalau boleh tahu, apa kamu bisa menyebutkan alamat rumahmu? Pasti keluarga kamu sedang sangat khawatir mencari kamu, Nak,” tanya Bisma pada gadis itu.
 
Asyilla sangat gelisah sekarang. Pasalnya, ia bingung harus mengatakan apa sekarang. Kini, jiwanya sedang terdapat di tubuh orang lain. Asyilla sama sekali tidak mengetahui identitas gadis ini, bahkan asal usul gadis ini saja Asyilla tidak mengetahuinya.
 
“Sa-saya tidak tahu, Om. Saya tidak ingat apa-apa.” Asyilla tidak ada pilihan lain, selain dirinya memilih pura-pura amnesia.
 
Bisma kebingungan, jika gadis itu tidak ingat, bagaimana caranya Bisma menghubungi keluarganya?
 
Intan melirik ke arah dokter yang sedang berdiri di samping brankar Asyilla. “Dokter, kenapa gadis ini tidak mengingat apa-apa?”
 
“Mungkin akibat benturan yang cukup keras di kepalanya, gadis ini mengalami amnesia,” jelas dokter tersebut. “Tapi kalian jangan khawatir, saya akan memeriksa kembali pasien. Besar kemungkinan, pasien kehilangan memori kecil yang berada di kepalanya.”

Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang