Cinta itu sederhana. Hanya mencintaimu dengan apa adanya, bukan karena ada apanya.
—Asegaf Hari Saputra—
Pagi pun tiba, di mana mereka harus kembali bersekolah. Soal misi yang belum tuntas, mungkin mereka akan melanjutkannya sepulang sekolah, malam, atau pun nanti. Yang terpenting, mereka akan melakukan kewajibannya sebagai seorang pelajar.
Suara dering bel pun terdengar sangat nyaring di seantero SMA Karya Kencana. Semua murid langsung memasuki kelasnya masing-masing. Sama halnya dengan Asegaf dan kawan-kawan. Mereka semua memasuki kelas 12 MIPA-1.
Selang beberapa menit, seorang guru berkacamata min memasuki kelas MIPA-1 dengan tangan yang membawa beberapa buku, dan tas kecilnya. Guru itu bernama Bu Rika. Guru Matematika yang terkenal cukup kiler.
Sebelum melakukan pelajarannya, Bu Rika mengeluarkan buku absensinya dan mulai mengabsen muridnya satu-satu tanpa ada yang terlewat sedikit pun.
“Sebelum memulai pelajaran kali ini, ibu akan absen terlebih dahulu.”
“Asegaf Hari Saputra!” pekik Bu Rika sangat lantang.
“Hadir Bu! Gak kayak dia, yang selalu hadir namun hanya sesaat,” sahut Asegaf. Membuat teman-teman sekelasnya langsung menyoraki Asegaf. Huhhh!
“Ananta Senia Willsen!”
“Saya hadir Bu. Namun gak di anggap oleh dia,” sahut gadis itu. Bu Rika memijit pelipisnya. Bisa-bisanya dirinya mempunyai murid seperti mereka. Aish, menyebalkan!
“Astaga ... stres ibu lama-lama,” keluh Bu Rika.
Guru berkacamata itu kembali mengabsen muridnya. Semoga saja, murid yang lain tidak seperti Asegaf dan juga Asyilla yang kini menjelma sebagai Ananta Senia Willsen.
“Sandy Antonio!”
Sandy mengangkat satu tangannya ke atas. “Sakit Bu!”
“Sakit bagaimana? Orang kamu ada di sini,” ujar Bu Rika tak habis pikir.
Sandy memegang dadanya. “Hati saya yang sakit, Bu. Di hancurkan oleh dia sampai berkeping-keping,” jelas Sandy mengaduh. Bu Rika harus kembali menghela nafasnya menghadapi muridnya yang seperti ini. Sementara semua murid 12 IPA-1, tengah menahan tawanya agar tidak meledak.
“Astagfirullah ... Ibu lanjut lagi mengabsennya.”
“Prayogi Akbar Jaya!”
“Saya ijin Bu!” sahut Ogi dan mengangkat satu tangannya ke atas.
“Ijin apa kamu?”
“Ijin mencintaimu, Bu! Aw ... swit-swit!” jawab Ogi sambil bersiul. Detik itu juga, semua teman-teman sekelasnya langsung meledakkan tawanya. Membuat kelas 12 MIPA-1 langsung riuh.
“Skip! Ibu muak!” ujar Bu Rika yang sudah malas dengan kelakuan murid-muridnya.
“Marvel Saklatinov!”
“Hadir Bu!” jawab Marvel lantang.
“Kamu blasteran, ya? Nama panjang kamu susah,” tanya Bu Rika.
Marvel mengeritkan dahinya. “Saya bukan blasteran, Bu.”
“Terus nama kamu?”
“Saklatinov itu kepanjangan dari, Sabtu Kliwon Tiga November, Bu!” jawab Marvel menjelaskan.
Teman-temannya kembali tertawa terpingkal-pingkal. Kali ini, Bu Rika benar-benar di kuras emosinya. Salah sendiri, kenapa Bu Rika kepo dengan nama kepanjangan Marvel. Dan mungkin sekarang, tensi darah Bu Rika kembali naik.
![](https://img.wattpad.com/cover/243629526-288-k471358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)
Teen Fiction-Cerita ini di tulis oleh tangan yang tak pernah kau genggam- [5 part di private. Silakan follow akun ini terlebih dahulu] Asyilla Maharani Carolline, dan Ananta Senia Willsen. Keduanya harus terjebak dalam situasi yang sangat membingungkan, bahkan...