Sebuah jarak dalam hubungan, bisa mengantarkan sebuah kerinduan yang amat mendalam. Benar kata Dilan, ternyata rindu itu berat.
—Asyilla Maharani Carolline—
Saat semua orang berhamburan untuk pulang ketika jam pelajaran telah usai, namun Asegaf dan teman-temannya masih berdiri di depan kelas dengan posisi santai.
Atta yang baru saja keluar kelas, mencoba mendekati Asegaf yang tengah berbincang bersama teman-temannya yang lain. Ada rasa kikuk dalam dirinya, namun Atta berusaha menetralkan dirinya.
Atta menghela nafasnya panjang. Menatap Asegaf dengan penuh ragu. “Asegaf, bisa anter Ata ke ruangan guru gak? Aku ada sedikit keperluan, Cuma aku masih takut buat jalan sendiri. Takut di buli lagi sama Iren dan Mayang.”
Asegaf melirik gadis itu sekilas. “Sama Ogi aja sana, gue lagi mager!” suaranya terdengar sangat malas. Membuat mimik wajah Atta menjadi sendu.
“Ya udah ayo, Ta, gue antar,” ujar Ogi kepada gadis itu.
“Aku maunya sama Asegaf.” Atta bersikeras dengan keinginannya. Mereka semua merasa heran dengan sikap gadis itu.
“Gue gak bakal mau nganter cewek lain, selain Asyilla!” tegas Asegaf, membuat Atta langsung menundukkan wajahnya dalam.
“Ke-kenapa? Gue cuma minta anter doang.”
“Udah sama gue aja, Ta. Si Asep mah udah kebucinan sama si Asyilla,” ucap Ogi. Mau tak mau Ata menyetujui ajakan laki-laki itu.
Kepergian Atta dan Ogi, menjadi sebuah pertanyaan dari teman-temannya. Mereka mencoba menerka tentang sikap Atta yang terkesan begitu manja terhadap Asegaf.
Entah perasaan mereka salah atau benar. Yang jelas, pikiran mereka seperti melihat Atta yang diam-diam menyukai Asegaf, yaitu kekasih Asyilla.
“Kayanya si Ata suka sama lo deh, Sep.” Ucapan Riki menjadi daya tarik teman-temannya. Mereka semua membenarkan posisinya dan sedikit mendekat pada Riki.
“Gak mungkin lah, Ki! Si Atta juga pasti tahu dirilah, kalau si Asep pacarnya si Sisil, orang yang sudah membantu Atta selama ini. Gak mungkin si Atta diam-diam mau nikung.” Marvel menepis pikiran buruk dari temannya itu. Ia tidak percaya, jika Atta mempunyai perasaan lebih terhadap Asegaf. “Lo kalau ngomong jangan asal mengklaim, Ki. Nanti jatohnya jadi fitnah.”
“Tahu nih, si Riki ucapannya emang ngaco!” tukas Asegaf sedikit merotasikan matanya.
“Gue jadi kangen kebobrokan Sisil deh,” sahut Amel membuat mereka menoleh pada gadis itu.
“Gimana pas hari libur kita ke Jakarta? Kita 'kan hari Sabtu sama minggu libur tuh, nanti hari Jumat sehabis pulang sekolah kita berangkat ke sana,” usul Sandy pada mereka semua.
“Nanti kita mau nginep di mana ogeb?” tanya Riki kebingungan. “Di rumah si Sisil? Nanti di gerebek sama warga gimana? Kan bahaya!”
“Ya di rumah gue lah! Kan rumah gue di Jakarta, Samsudin,” jawab Sandy gemas. Ah, rasanya Sandy ingin mengacak-ngacak wajah Riki sekarang juga
“Tapi jangan kasih tahu Sisil kalo kita mau ke sana, biar jadi kejutan,” omong Asegaf pada teman-temannya.
“Setuju!!”
Ogi dan Atta yang baru saja kembali, dirinya merasa penasaran dengan sebuah perbincangan yang terlihat begitu seru. Sepertinya, ia sudah ketinggalan sesuatu. Padahal, baru juga di tinggal sebentar, pikirnya.
“Ngomongin apaan sih? Seru bener?” Ogi sedikit bertanya, hingga tubuhnya menyender di sebuah tembok sekolah dengan posisi santainya. “Ada sesuatu yang gue gak tahu nih.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)
Jugendliteratur-Cerita ini di tulis oleh tangan yang tak pernah kau genggam- [5 part di private. Silakan follow akun ini terlebih dahulu] Asyilla Maharani Carolline, dan Ananta Senia Willsen. Keduanya harus terjebak dalam situasi yang sangat membingungkan, bahkan...