23. Ghosting

3K 497 11
                                    

Sebaik apa pun virtual. Ia tetap akan kalah dengan seseorang di dunia nyata.

-Prayogi Akbar Jaya-

Baper kok sama virtual? Jiahhh ...

Istirahatnya kali ini, mereka mencoba memasuki area kantin untuk memesan makanan. Seperti biasa, mereka memilih duduk di sebuah tempat yang sangat pojok. Tempat yang sudah menjadi hal favorit untuk mereka.

“Hidup gini-gini aja anjir, gak ada perubahan. Kali-kali ke star buck kek, jangan es teh jus mulu.” Ogi sedikit mengeluh tentang keadaan hari ini. Bukannya, laki-laki itu yang sudah mengajarkan Asyilla untuk hidup lebih berhemat? 

“Lo mau ada perubahan, Gi?” tanya Asegaf, dan di angguki oleh Ogi.

“Ya mau lah, Sep!”

“Ya udah, gue minta kertas sama pulpen dong,” pinta Asegaf membuat Ogi kebingungan.

“Bentar, gue minta ke Mang Bro dulu,” ucapnya dan langsung menuju Mang Bro.

Tak lama, Ogi pun kembali dengan sebuah kertas dan pulpen ditangannya. Laki-laki itu langsung memberikannya kepada Asegaf. 
Teman-temannya hanya memperhatikan apa yang sedang Asegaf lakukan. Sementara Asegaf, ia langsung menulis sesuatu di kertas itu. 

Rumus Fisika

S = W
       F 
S = perpindahan / perubahaan.
W = usaha
F = Gaya

“Jika hidup ingin ada perubahan, maka janganlah banyak gaya, tapi perbesar usaha.” Penjelasan dari Asegaf membuat Ogi dan yang lainnya speechlees

Kali ini, Ogi harus di skak mati oleh Asegaf. Dirinya tidak bisa menjawab apa-apa. Jika menyangkut soal Asegaf, dirinya akan selalu kalah. Ogi terlalu sadar diri, bahwa dirinya tidak sepintar seperti Asegaf.

“Noh Gi, dengerin bang Asep gue. Kemarin aja lo so nasihati gue. Gue jadi human harus hematlah. Lo sendiri, sekarang malah ngeluh,” cibir Asyilla. Ogi menyengir kecil, merasa sudah menjilat ludahnya sendiri.

“Gue berasa insecure berteman sama si Asep. Gue merasa paling bodoh di sini,” ujar Sandy.

Bukan hanya Sandy, tapi teman-teman yang lainnya sependapat dengan Sandy. Karena mereka mempunyai teman yang sangat genius. Membuat otak mereka yang bobrok, mendadak insecure karena melihat ke geniusan Asegaf.

Jika mengandalkan soal kepintaran, mereka akan kalah lebih dulu. Di ibiratkan, jika menjawab pilihan ganda, mereka sudah kalah duluan. Apalagi menjawab soal esai? Seperti itulah ibaratnya jika mereka di bandingkan dengan Asegaf. Mereka semuanya hanya memiliki kapasitas otak yang pas-pasan. Mungkin, ketika pembagian otak, mereka masih tertidur. 

“Lo boleh sumbangin kepintaran lo gak, Sep?" omong Marvel.

Asegaf berpikir sejenak. “Boleh, tapi lo harus belajar sama gue."

“Hah, belajar? Enggak deh, Sep. Lain kali aja, hehehe," tolak Marvel seraya tertawa kecilnya.

“Ya gimana mau pinter, lo aja males belajar, bego!” timpal Asyilla ketus.

“Belajar mencintaimu aja, gimana Sil?” goda Riki pada Asyilla.

Asegaf langsung menatap Riki tajam. Dirinya akan selalu sensitif, ketika mendengar nama kekasihnya di bawa-bawa.

“Sisil itu milik gue! Lo jangan macem-macem!” tegas Asegaf pada Riki.

“Buset ... si Asep udah kelewatan bucin,” ujar mereka tak percaya.

Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang