Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kun fayakun. Jika Allah mengatakan 'jadi.' Maka jadilah.
—Asyilla Maharani Carolline—
[Sempat hancur, namun kembali utuh]
————————
Siang ini, mereka semua tengah berkumpul di sebuah TPU untuk mengantarkan Asyilla ke peristirahatannya yang terakhir. Kini, acara pemakaman itu harus menumpahkan banyak air mata yang keluar. Mereka menangis pilu kala melihat Asyilla harus terbungkus rapi dengan pakaian terakhirnya yang berbalut 'kan kain kafan.Bisma mencoba mengazankan putrinya untuk terakhir kalinya. Membuat suasana di sana semakin pecah dengan tangisnya.
Allaahu akbar, allaahu akbar (2x)
Asyahadu alla illaha illallah (2×)
Asyahdu anna muhammadar rasuulullah (2x)
Hayya 'alashshalaah (2x)
Hayya 'alalfalaah (2x)
Allaahu akbar, allaahu akbar (1x)
Laa ilaaha illallaah (1x)Lantunan suara azan Bisma mampu memecahkan air mata mereka. Hingga proses pemakaman semakin haru.
“Uhuk!”
Suara batuk itu memecahkan tangis haru yang ada di sana. Tanah demi tanah yang mulai menimbun, kini harus di hentikan. Bisma mencoba nekat menyingkirkan papan yang menghalangi jasad Asyilla. Namun, saat Bisma mencoba membaringkan jasad Asyilla, tiba-tiba saja mata yang tadinya terpejam mendadak membuka lebar.
“Hantu!!!!!”
Semua orang berteriak sangat kencang, hingga beberapa orang yang berdiri di liang lahad itu, langsung naik ke atas dan berlari sekencang mungkin meninggalkan pemakaman itu.
“Hantu Asyilla hidup lagi tolong!!!”
Sementara Asyilla, gadis itu menatap bingung. Ia begitu terkejut, saat ia tersadar bahwa dirinya ada di liang lahad. Di tambah, badannya yang terbungkus rapi dengan kain kafan.
“Aku bukan hantu!!! Tolong!!!” teriaknya sangat kencang.
Seorang kuncen yang masih berada tak jauh dari sana, ia langsung mendekati liang lahad itu, dan mengintip. Kuncen itu melihat Asyilla yang menangis begitu haru, membuat kuncen itu berpikir, bahwa Asyilla mati suri.
“Astagfirullah, mari saya bantu.” Kuncen itu membantu Asyilla keluar dari liang kubur itu.
“Pak, kenapa saya bisa di sini? Ini di mana, Pak?!” tanyanya bingung.
“Neng mati suri.” Pertuturan dari kuncen itu, membuat ia tercengang bukan main. “Keluarga Neng pada kabur. Ngiranya Neng itu hantu.”
“Pak, antar saya pulang. Saya mohon,” ucapnya sangat memohon.
“Baik Neng, mari saya antar,” ucap kuncen itu mengiyakan.
Sementara yang lain, mereka semua langsung menancapkan gas setelah aksi mati suri Asyilla. Mereka terlalu takut, melihat Asyilla yang tiba-tiba saja hidup kembali. Sampai di mana, mereka memilih untuk pergi dan berkumpul di rumah Sandy. Ya, karena pemakaman tadi di lakukan di kota Bandung, bukan di Jakarta, tempat kelahiran Asyilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)
Ficção Adolescente-Cerita ini di tulis oleh tangan yang tak pernah kau genggam- [5 part di private. Silakan follow akun ini terlebih dahulu] Asyilla Maharani Carolline, dan Ananta Senia Willsen. Keduanya harus terjebak dalam situasi yang sangat membingungkan, bahkan...