2 parts left
_________________________
Rasanya bukan lagi kayak petir yang membelah. Mereka harusnya gak sampe begini, ya harusnya. Tapi kenyataan semakin jelas terlihat. Entah dia sengaja atau memang gak mau tau, yang pasti gemeretak hati potongannya runtuh satu demi satu ini semakin terasa manis.
Ada istrinya di balik pintu itu, tentu setan di kepalanya menginginkan Reyn mendobrak saja dan masuk. Reyn menahan napas, pergumulan antara hati dan kepala semakin sengit. Kemarahan ini memang bukan main-main lagi.
Reyn memejamkan mata, tangan gemetarnya menghantam tembok di sampingnya. Nafsu kemarahannya yang sebelumnya menggelora perlahan luruh. Matanya menatap nanar ke arah pintu.
Reyn memilih, bukan karena dia gak mampu. Reyn cuma gak mau, ada beban di pundaknya yang akan semakin berat kalo dia bertingkah menuruti hawa nafsu. Memang dia paham istrinya bersalah, tapi bukan begitu caranya.
Ada tanggungjawab suami atas istri, ada kehormatan istri dan keluarga yang masih harus Reyn jaga. Ada anak kecil yang psikologisnya harus diperhatikan. Meski berat Reyn harus bisa menahan diri.
Dengan lunglai Reyn turun, sambil menata hati dan berusaha mencari jalan yang terbaik untuk membereskan semuanya. Ini memang gak bakalan mudah, tapi gak berarti ini gak bisa. Akan selalu ada pilihan, ini hanya masalah dunia.
Reyn melepas sepatunya, ubin dingin segera menyapa kaki. Hanya dia sendiri di sini, kesunyian menyergap diri dan hati. Lama sekali dia baru nyadar, wanita yang berada di hati sudah terlalu sering pergi. Dia memang datang dan pergi sesuka hati.
Air dingin yang membasahi wajahnya sedikit mendinginkan kepalanya. Segala yang bergejolak sedikit demi sedikit mulai padam. Ruangan di situ masih sepi meski malam udah hampir mendekati fajar.
Beludru lembut dan hangat berada di bawah kakinya, dia sendirian dan hanya bermonolog dengan Tuhan dalam keheningan. Yang riuh cuma hati Reyn, yang mana dia sedang mencoba memahami. Meski butiran giok hijau di tangannya juga gak kunjung bergerak.
" Ampuni hamba ya Tuhan," desah Reyn berat.
Reyn memohon ampun, amanat dua perempuan yang telah diberikan kepadanya gak bisa dia jaga dengan baik. Dia gak akan menanyakan atau memprotes Tuhan, kenapa perjalanan hidupnya terkadang masih terbentur pada kenyataan yang pahit.
Dia cuma minta agar lebih kuat dan lebih bijak. Segala kerusakan harus segera diperbaiki. Daun yang menguning harus segera dipotong.
🎸🎸🎸
Tapi ini tetap masih setengah gelap, Reyn hanya diam terpekur di dalam mobilnya. Suara Ari Lasso terdengar mengalun merdu dan menyayat hati. Berada terus di apartemen itu, satu atap dengan istri dan dia jelas Reyn udah gak mampu. Tapi untuk kembali ke rumah Reyn masih gak ingin.
🎶 Haruskah ku bahagia.
Meski ku, tidak merasa.
Haruskah....haruskah...
Untuk kamu 🎶Reyn memandang pintu pagar hitam yang menjulang, itu rumahnya. Hanya berjarak gak lebih dari 25 meter, tapi Reyn masih suka berada di sini. Sendiri dengan suara Ari Lasso yang menyapa telinga, titik embun yang jatuh membasahi kap mobilnya. Juga sapuan lembut kabut putih.
🎶 Entah, apakah kamu, sadari.
Ataukah kamu, yang memang sengaja.
Tak mau tau 🎶Dari kejauhan ada sebuah city car berwarna biru perlahan berhenti. Sesosok perempuan yang sangat dikenalnya turun dari mobil, disusul oleh seorang pria yang Reyn juga mengenalnya. Reyn mengendalikan napasnya, menatap senyum ceria perempuan itu dan dibalas dengan lambaian tangan sang pria. Dia Avel, berjalan memasuki gerbang setelah memencet bel.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP MAMA - Triangle love
General Fiction✓ update every week 😘 Di tengah ngambangnya nasib kuliah magisternya yang tiap hari sukses membuat otaknya kembang kempis, Avel memutuskan untuk cuti dan melamar di sebuah sekolah playschool elit. Lumayan buat mengistirahatkan otak. Sayangnya disi...