52. Da Capo

5.9K 460 322
                                    

One part left

🎸🎸🎸

Namanya menyesal selalu kejadiannya belakangan. Ada hal yang membuat hati kadang gak sejalan sama otak. Nafsu dan logika juga perasaan berjalan dengan sendiri. Melihat sesuatu itu berharga memang perlu waktu dan perlu mata. Meluangkan waktu sejenak untuk saling mengenal. Berbicara dari hati ke hati.

Jiwa Avel yang masih penuh semangat suka mengambil keputusan sendiri. Suara Reyn yang terlalu kalem sering gak terdengar. Pernikahan ini sudah lebih dari satu tahun, Avel baru ngerasa kalo dia belum sepenuhnya mengenal suaminya.

Pria yang baru tadi Avel dengar berteriak marah. Yang baru kali ini melarang dengan keras dan juga memaksa. Avel memang kaget, apalagi pas memahami ternyata Reyn udah mencium affair-nya bersama Jojon. Batin Avel menduga akan terjadi pertengkaran hebat, mungkin Avel diusir atau diceraikan. Tapi yang keluar dari bibir Reyn sangat berbeda.

Seketika paru-paru Avel terasa kaku, bernapas pun sulit. Dosa itu Avel yang perbuat, tapi Reyn minta maaf dan ikut menanggungnya. Pria semacam ini di mana lagi Avel bisa temui. Pria yang menerimanya dengan segala adanya Avel.

Kopi di cangkirnya udah gak lagi panas, aromanya masih memenuhi indera penciuman. Suara piano berdenting di antara gemericik hujan. Avel menatap keluar, langit memang terlihat gelap. Dan sekarang di sini semakin dingin, sementara denting piano semakin terdengar manis.

Avel membaca gerak bibir Reyn, Avel mengenal ini. Reyn sedang memainkan the scientist, lagu milik Coldplay yang begitu sarat makna dan menenangkan jiwa.

" Come up to meet you.
Tell you I'm sorry.
You don't know how lovely, you are."

Avel menggumam layaknya membisikkan puisi.

" I try to find you.
Tell you I need you.
Tell you I set you apart."

Mata Avel berkedip pelan, sedikit senyum membalas senyum yang terlempar dari sosok di sana.

" Tell me your secret.
And ask me your question.
Oh let's go back to start."

Avel kembali menggenggam cangkir dengan erat. Batinnya bergumul lagi dengan riuh.

" No body said it was easy.
It's such a Shame for us to apart.
No body said it was easy.
No one ever said it would be this hard.
Oh take me back to the start."

Avel mencengkeram lantai, telapak kakinya menempel erat di ubin yang dingin. Yang barusan itu serasa menghantamnya. Memang memalukan bila berpisah, bercerai. Tapi memang ini gak mudah meski Reyn menerima dia.

" Di situ dingin...." Sapa Reyn setelah dentingan itu gak terdengar lagi.

" Aku menikmati," jawab Avel canggung sambil berusaha keras menahan air mata.

" Aku temani...." Kata Reyn yang segera menghampiri dan mengambil posisi di depan Avel.

Avel tersenyum, dia tetap bersandar di dinding dan menikmati dinginnya lantai yang berada tepat di bawah tubuhnya. Reyn bersamanya, tepat di hadapannya. Pria yang bertampang teduh dan kalem. Andai sejak awal Avel paham, bila dia mencari bingar bingar ya itu bukan Reyn.

" Kenapa ....? Kenapa Reyn....?" Tanya Avel.

" Apanya yang kenapa....? Pertanyaan untuk yang mana .....?" Tanya Reyn pelan.

" Menerima aku lagi, memaafkan, bahkan kamu juga minta maaf....." Jawab Avel datar seperti tanpa jiwa.

Reyn sedikit tersenyum, tipis sekali. Avel memang belum banyak paham, dia memang belum dewasa. Mereka sedang membicarakan pernikahan, pernikahan itu tentang dua orang. Satu sama lain itu terikat.

STEP MAMA - Triangle loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang