Menikmati tubuh orang yang pernah dicintai di dalam pelukan, nafasnya yang juga dekat sekali. Entah apa yang mendorong Jojon melakukan kegilaan macam ini. Dan bibir ini, sekali lagi Jojon menikmatinya. Sudah lama sekali, ya memang sudah lama sekali.
Memang sedikit mengejutkan melihat Avel datang dengan tangis, Avel bukan orang yang mudah menangis. Dia memang rapuh tapi tidak pernah sepatah ini. Jojon sangat paham dengan itu. 2 tahun tidak singkat dan Jojon punya banyak waktu menyelami Avel.
Melihat Avel yang bersandar di pintu dengan airmata yang terus jatuh, tangan Jojon terulur tanpa sadar. Jarak yang sudah susah payah dia atur, batas yang dengan sulit Jojon buat mulai jatuh. Dan kini Jojon memeluknya, dia istri orang lain.
" Sorry......."
Jojon melepas tangan Avel yang melingkar di pinggangnya, menyudahi ciuman yang sebelumnya dia sangat menikmatinya. Kaki Jojon melangkah mundur dengan pelan. Dia memandang Avel dan menggelengkan kepala.
" Maaf, gue tadi.....entahlah pokoknya maaf......!" Kata Jojon yang segera menuju wastafel dan mencuci mukanya.
Avel terdiam, apa yang barusan dia lakukan. Bahkan selama pacaran pun baik Jojon dan Avel jarang berciuman, dia merangkul pinggang Jojon cuma ketika mereka sedang berada di atas motor. Tapi Avel merasakan kenyamanan ketika tangan Jojon memegang pipinya, bibirnya menyentuh bibir Avel.
" Gue anter pulang...." Kata Jojon dengan wajah masih basah.
Avel cuma mengangguk, kalau dia berlama lagi di sini mungkin bakal terjadi hal yang lain. Entah apa itu tapi pastinya bukan hal yang baik. Avel sudah melangkah keluar garis, memeluk dan mencium pria selain suaminya.
Mereka berdua berjalan tanpa suara menyusuri paving dengan pinggirannya yang ditumbuhi dengan bermacam tumbuhan bunga yang merambat. Cahaya remang- remang dari pantulan bulan menggambar bayangan yang mengikuti.
" Kunci lu mana....?" Tanya Jojon.
" Nganter gue....? Nyetirin gue....?" Tanya Avel heran.
" Tampang lu kacau, kagak tega biarin lu nyetir sendiri." Jawab Jojon yang segera meraih kunci dari tangan Avel.
Avel tidak membantah, dia saja sedang tidak paham dengan apa yang terjadi dengan dirinya sendiri. Dia pusing, panik, marah. Tapi tidak tahu harus bagaimana. Sepertinya memang Avel belum siap dengan segala yang terjadi dalam sebuah pernikahan.
Mobil melaju dengan sunyi.
Mereka duduk bersebelahan tapi hanya diam tanpa suara, Jojon menyetir dengan bisu sementara Avel sibuk dengan pikirannya. Apa yang barusan Avel lakukan, mendatangi Jojon seperti itu. Bagaimana lagi, yang ada dalam kepala Avel cuma Jojon.Hingga mobil berhenti di depan pintu Avel masih linglung, sampai dia menyadari ini tadi yang menyetir adalah Jojon dan pake mobil Avel. Anak ini pulangnya bagaimana coba.
Dengan bingung Avel cuma melihat Jojon turun dari mobil, berjalan menuju sebuah tombol dan memencetnya sebelum kembali ke mobil Avel. Isi kepala Avel kacau balau, otak yang biasanya sudah lemot kini semakin melemot.
" Gue balik, bentar lagi satpam lu bukain pintu." Pamit Jojon yang menyandarkan tangannya di kaca mobil yang separuh terbuka.
" Lu balik gimana....?" Tanya Avel sedikit bingung.
" Gampang itu, pesen ojol kali." Jawab Jojon.
" Ini udah malem lho Jon...." Kata Avel kuatir juga.
" Ya gak apa-apa juga kalo gak ada. Gue punya kaki, bisa jalan." Jawab Jojon ringan.
" Lu beneran gak apa-apa....?" Tanya Avel lagi.
" Vel, gue laki. Gak usah lu pikirin. Pikirin aja diri lu sendiri. Yang kacau itu elu.....!" Jawab Jojon.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP MAMA - Triangle love
Ficción General✓ update every week 😘 Di tengah ngambangnya nasib kuliah magisternya yang tiap hari sukses membuat otaknya kembang kempis, Avel memutuskan untuk cuti dan melamar di sebuah sekolah playschool elit. Lumayan buat mengistirahatkan otak. Sayangnya disi...