Jojon meregangkan otot tubuhnya beberapa kali, suasana studio sepi sejak Amin dan Kevan pamit. Beberapa waktu belakangan Jojon memang lebih sering bermalam di studio. Kerjaan yang mengharuskan dia pulang tengah malam dan kondisi sudah lelah membuat Jojon kadang malas nyetir pulang ke rumahnya. Studio berada di tengah kota dan lebih mudah terjangkau.
Sedikit terkejut ketika ada yang membuka pintu studio tanpa permisi. Yang seperti itu hanya dilakukan oleh orang yang memang sudah dekat, Amin, Kevan. Atau dia.
Jojon menelan ludah, dia melepas headset yang semula dia kenakan. Napasnya sedikit memburu, ada Avel datang ke studio. Dan dia tampak kacau, sangat kacau. Mata sembab dan wajah yang basah, Jojon cuma memaki dalam hati. Apa yang sudah terjadi.
" Avel.....? Kenapa.....? Kamu gak apa-apa...?" Kalimat tanya meluncur begitu saja dari mulut Jojon.
Bukannya jawab Avel malah semakin menangis, beban di hati Avel terasa berat. Dia butuh orang buat diajak bicara, siapa saja. Disini Avel gak punya siapa pun. Seorang pun yang bisa Avel percaya.
" Duduk sini vel...." Kata Jojon sedikit canggung.
" Gue ganggu.....?" Tanya Avel di sela sedu sedan.
" Enggak, sante saja....." Jawab Jojon sambil sodorin tisu.
" Makasih Jon....!" Jawab Avel.
" Mau minum.....?" Tanya Jojon
" Gak usah, nanti gue ambil sendiri." Jawab Avel.
Jojon menyeret sebuah stool ke hadapan Avel dan duduk disana. Sebenernya Jojon juga bingung harus ngomong apaan atau bertanya apaan. Apapun masalah Avel pasti itu bersifat pribadi, terlalu lancang kalo Jojon ikut campur.
" Ini sudah malam." Kata Jojon.
" Boleh gue di sini sebentar saja...?" Tanya Avel.
" Lu gak ada yang nyariin....?" Tanya Jojon.
" Gak ada." Jawab Avel.
" Maaf tapi gue kudu bertanya, apa yang terjadi.....?" Tanya Jojon.
Avel sesenggukan lagi,
" Lu tau rasanya cemburu tapi gak bisa ngapa-ngapain.....?" Tanya Avel.
" Gue tau." Jawab Jojon singkat, Jojon emang sangat tau gimana rasanya itu.
" Gue mau kalo gue itu satu-satunya......!" Kata Avel.
Jojon cuma diam, ingatan Jojon kembali berkilat ke beberapa waktu silam. Ketika dia ternyata bukan satu-satunya, dan kecemburuan dihatinya menenggelamkan Jojon sampe ke dasar paling terdalam. Gelap, sesak dan dingin.
" Lu sedang ngomongin apa....?" Tanya Jojon.
" Mantan istri Reyn sekarang berada di rumah, entah apa maksudnya tapi gue gak suka." Kata Avel.
" Oke, gue dengerin." Balas Jojon.
" Gue gak suka. Gue pengen perempuan itu pergi." Kata Avel.
" Lu bisa bilang sama suami lu...." Kata Jojon.
" Gak ada gunanya, Reyn malah minta gue bersabar. Seminggu doang, cuma seminggu katanya." Lanjut Avel.
" Cuma seminggu kan....?" Tanya Jojon.
" Bukan masalah seminggunya. Gue gak suka, Reyn masih peduli dengan perempuan itu." Kata Avel lagi.
Jojon terdiam, mau bicara apalagi.
" Lu pulang deh, bicara lagi dengan suami lu." Kata Jojon kalem.
Avel kembali merenung, bicara sama Reyn lagi. Jawabannya pasti bakal sama lagi. Reyn bukan orang yang mudah berubah pikiran. Memang Reyn orangnya tenang dan kalem, tapi sekali dia mengambil keputusan dia akan tetap begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP MAMA - Triangle love
Ficción General✓ update every week 😘 Di tengah ngambangnya nasib kuliah magisternya yang tiap hari sukses membuat otaknya kembang kempis, Avel memutuskan untuk cuti dan melamar di sebuah sekolah playschool elit. Lumayan buat mengistirahatkan otak. Sayangnya disi...