41. Edge.

6.1K 572 274
                                    

Bayangan Avel yang datang ke studio beberapa waktu lalu membuat pikiran Jojon yang memang masih kacau jadi kembali kacau. Cinta itu masih ada meskipun hanya secuil. Secuil cinta itu masih sanggup menguasai hati, memenuhi pikiran. Menyisakan mimpi yang entah kenapa sulit untuk diartikan dan dimengerti.

Di belakang Jojon ada Amin yang menggebuk drumnya sekuat tenaga seperti biasa, ada Kevan juga yang memelintir jari bermain dengan gitarnya. Di tangan Jojon sendiri ada Fender hitam kesayangannya, iya ini dulu belinya sama Avel. Jojon sempat nge-jam Bass fill Hysteria lagu favorit mereka berdua. Mau dilupakan atau tidak kenangan Avel ada dimana-mana.

🎶I can not take this anymore.
I'm saying everything I said before.
All the words they make no sense.
I find bliss in ignorance🎶

Pandangan Jojon lurus ke depan, entah berapa puluh manusia mungkin ratusan orang berada di depannya. Mereka terlihat bahagia, berbanding terbalik dengan yang Jojon rasakan.

🎶 Everything you say to me
Takes me one step closer to the edge.
And I'm about to break.🎶

Hati ini sudah sedikit lelah, menyangga semua sejak waktu itu.

🎶I need a little room to breathe.
Cause I'm one step closer to the edge.
And I'm about to break🎶

Kalau Avel datang, bagaimana Jojon bisa mengusir. Cinta yang cuma secuil itu masih ada. Bagaimana mungkin seorang pria mengusir seorang wanita, itu sangat tidak manusiawi

🎶I find the answer are not so clear.
Wish I could find a way to disappear.🎶

Kembali Jojon menatap kosong, para manusia yang di bawah ini apa mereka tau dengan yang Jojon suarakan. Atau mereka cuma mendengar dan menikmati.

🎶 Nothing seems to go away.
Over and over again.
Just like before 🎶

Kaos putihnya sudah basah oleh keringat, penampilannya kali ini menguras tenaga. Jarinya memang hanya slapping senar, tapi dia selalu berteriak sejak awal performance. Peluhnya juga menetes di kening dari rambutnya yang juga basah oleh keringat. Masih ada beberapa lagu lagi. Jojon menarik napas dan melempar senyum, dulu Jojon akan dengan mudah menemukan Avel yang melambai tepat di depan panggung. Tapi itu dulu, dan kenapa Jojon masih juga mengingat yang seperti itu. Otaknya benar-benar sudah kacau.

🎸🎸🎸

Meski marah dan kesal tapi Avel malas mau bertanya lagi, sudah cukup ditinggalin ketika dia sudah setengah on. Ibarat motor sudah dipanasi tinggal ngegas dan pakai. Tapi Reyn malah pergi setelah menerima telpon dengan panik. Beberapa jam kemudian memang Reyn pulang, tapi Avel sudah terlalu malas buat membahas itu. Avel cuma ingin memaki sekuat tenaga di hadapan Reyn. Sambil bertanya mungkin, kenapa pria ini sangat bodoh. Jadi orang baik itu memang perlu, tadi sesekali bersikap tidak perduli juga bakal tidak apa-apa.

Pagi tadi ketika bangun Avel disuguhi pemandangan manis, Sarah sedang menyisir rambut Che. Memang tidak salah seorang ibu menyentuh anaknya, seorang ibu memang harus menyentuh anaknya. Tapi di situasi ini pemandangan itu terlihat salah. Bagi mata Avel itu salah, kehadiran Sarah di sini saja itu sudah salah.  Entah kenapa Reyn lebih memilih untuk meminta maaf kepada Avel dari pada memilih untuk menolak mantan istrinya.

Perempuan yang pergi meninggalkan Reyn beserta bayinya yang bahkan belum bisa melihat orang. Bayi yang kabarnya masih merah yang cuma bisa menangis dan menjerit. Seorang pria muda dengan seorang bayi, dia bisa bertahan saja itu sudah bagus. Ada dimana naluri Sarah sebagai ibu, atau paling tidak sebagai perempuan.

STEP MAMA - Triangle loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang