Chapter 7

13.2K 929 35
                                    

21 Oktober 2020

•••

Vivi siang itu sudah lebih baik, tak ada yang membicarakan perihal kemarin dan kini ia duduk santai sekeluarga menikmati acara siang bersama minuman dan cemilan di meja. Sesekali, ia tertawa bersama orang tuanya akan adegan lucu yang ada di sana.

Sampai, hidung Vivi mengendus.

Sang ibu yang melihat itu mengerutkan kening. "Kenapa, Vienna? Ayah kamu kentut, ya?"

"Ih, Bu! Nuduh sembarangan! Mana ada Ayah kentut!" Ayahnya menatap sang anak. "Kamu nyium apa, Sayang?"

"Hidungku nyium gado-gado, Bu, Yah."

"Gado-gado?" Keduanya ikut mengendus. "Ibu gak nyium apa-apa lho."

"Iya, ini bau gado-gado! Gado-gado Mas Nasrul!"

"Ah, gado-gado enak langganan kamu di kantor, kan? Mas Nasrul brewok? Hebat juga penciuman kamu ampe bisa ngelakuin itu padahal gak ada tanda-tanda." Pertanyaan ayahnya dibalas anggukan oleh Vivi. "Tapi, lho, heh, dia ke sini?"

"Keknya tau Vivi libur, dia jauh-jauh ke sini, deh, Yah. Iya, gak?" Ayahnya mengangguk setuju. "Langganan banget soalnya kamu, nih!"

"Keknya dia tipe Bapak yang sayang anaknya."

"Aku mau pesen, deh!" Vivi pun berlari kecil keluar, membuka pintunya, dan siapa sangka yang ada di hadapannya adalah Ugo bersama bingkisan di tangan. Wajah girangnya seketika memudar. "Ugo."

"Vi, kamu ambil cuti sakit, ya? Kamu kelihatan udah enakan?" Vivi membuang wajah ke sana ke mari, tak tahu harus menjawab apa. "Mm ... aku bawain gado-gado Pak Nasrul buat kamu."

Orang tuanya yang sadar ada kejanggalan, pun akhirnya melangkah keluar.

"Eh, Nak Ugo!" Dan langsung, Vivi berlari masuk kala orang tuanya menyambut dengan senang hati Ugo di hadapan mereka.

Ugo kelihatan menyendu. "Ah ... mmm ...."

"Maaf atas sikap Vivi, ya, Nak Ugo."

Ugo tersenyum, menggeleng. "Enggak masalah, Pak, Bu. Vivi pasti perlu waktu sendiri. Ini ... buah tangan saya, semoga Vivi makan, ya."

Ibunya menyambut bingkisan itu. "Makasih, ya, Nak Ugo."

"Sama-sama, Pak, Bu." Ugo mengangguk. "Kalau begitu saya pamit dulu." Ia pun berbalik, menuju ke mobilnya dan meninggalkan rumah Vivi dengan cepat, pula perasaan yang hampa.

Sementara itu, nyatanya ada Nasrul, yang berkamuflase bersama jajanan gerobak lain di sana, bersembunyi di balik mobil Ugo yang melesat di hadapannya.

"Woi, Orang Baru! Ngapain lo di sini?! Ini pangkalan punya orang!" tegur seseorang yang membawa gerobak bertuliskan b(ram)akso ke arah Nasrul.

"Eh, ma-maaf, Bang! Maaf! Saya cuman sebentar aja!" Nasrul menjauhkan gerobaknya. "Omong-omong, Bang. Boleh nanya, Abang tahu rumah Vianne Bramanty?"

"Vianne Bramanty, anak juragan gue, tuh! Mau apa lu nyari-nyari dia?" tanyanya ketus.

"Sa-saya ... saya gado-gado langganan dia, Bang. Dia sakit, jadi saya mau ke sana buat nganterin dia gado-gado!"

"Oh, gitu." Nasrul mengelus dada. "Lo lurus aja, lurus ampe nemu rumah laen dari yang lain, dari kayu gitu dan kayak rumah hias atau apalah itu. Nah, itu rumah kediaman beliau."

"Oh, makasih banyak, ya, Bang! Makasih! BTW, saya mau beli sebungkus bakso Abang!"

"Sip, sip!"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MAS NASRUL [B.U. Series - N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang