Chapter 36

7.6K 712 42
                                    

16 November 2020

•••

Nasrul sampai di warung, membersihkan tangan, dan mulai memotong-motong es batu seperlunya agar bisa masuk ke gelas. Kemudian, ia membuatkan teh es serta jus di sana dan menyiapkannya ke pelanggan.

"Maaf, Bu, Pak, lama nunggu."

Dan kemudian, pandangannya beralih, saat itulah ia temukan wanita bule nan cantik serta tinggi semampai di ambang pintu tengah memperhatikan ke arah warungnya. Orang-orang di sana pun takjub meski yang punya pacar dan istri langsung kena geplak seketika.

Nasrul, awalnya ragu untuk melayani, tetapi ia bersikap profesional dan berharap tak ada sentuhan, apa pun itu. Sekalipun tak ada Vivi di sini.

Melangkah ke arah bule cantik itu, Nasrul mempersilakannya. "Mm ada yang bisa saya bantu, Miss?" tanya Nasrul dengan bahasa Inggris seadanya.

Bule itu menatapnya, mengintimidasinya dari atas ke bawah. Sekalipun tinggi nyatanya jika dibandingkan Nasrul tetap beberapa sentimeter lebih tinggi. Ia khawatir dengan tatapan wanita itu dan kala melirik Dzaki, Dzaki masih sibuk dengan urusannya.

"Silakan, Miss."

PLAK!

Semua terperangah, menatap Nasrul yang kena tampar begitu saja tanpa babibu. Nasrul memegangi pipinya yang pedih, sakit, ia menatap tak percaya wanita itu yang kini ... menangis. Hal yang membuat Nasrul tak bisa marah.

"Lah?" Dzaki sendiri ikut bingung, semua yang ada di sana bingung.

"Berhenti bermain game bodoh ini, Quill!" Nasrul ternganga, ia tak paham dengan ungkapan wanita itu.

"Miss kenapa nampar saya?" katanya membalas dengan bahasa Indonesia, ia tak tahu cara mengungkapkannya. Tangan itu terangkat lagi dan Nasrul berusaha menghindar, nyaris terkena jika saja Dzaki tak menghalanginya.

"Miss, santai, chill, Miss kenapa nampar teman saya?" tanya Dzaki, dan tentu saja bule itu bingung karena ungkapannya yang beda bahasa.

"Dzak, pake bahasa Inggris!" bisik Nasrul.

"Gue mana paham bahasa Inggris, kunci Inggris doang yang paham!" Dzaki bingung.

"Kau tahu! Satu bulan kau bilang akan bertanggungjawab?! Aku ingin kau sekarang melakukannya! Kau sudah menanam benih di rahimku!" Dzaki dan Nasrul ternganga, begitupun pelanggan, tak ada yang paham bahasa Inggris wanita itu. "Aku hamil anakmu!"

"Pregnant? Oh ... hamil anak Nasrul?" Dzaki bertanya, dan semuanya ber-oh ria.

Sampai, sadar sesuatu.

"Hah?! Hamil anak Nasrul?!" tanya mereka kaget.

"Quill, hentikan bermain permainan denganku! Lelucon ini tak lucu!" pekiknya, menangis semakin tersedu.

"Eh, Mi-Miss ... keknya Miss salah orang! Saya bukan Quill!" kata Nasrul, paham tak paham ungkapan wanita itu yang setahunya memanggilnya Quill. "Nama saya bukan Quill." Ia berbahasa Inggris seadanya.

"Lalu siapa kau?" tanya wanita itu, tersenyum miris.

"Saya Nasrul. Mungkin ... mungkin wajah kami mirip?" Ia mengangkat sebelah alis. "Seriusan, saya bukan Quill, i-ini KTP saya!" Nasrul memperlihatkan tanda kependudukannya dan seketika, wanita bule itu terhenyak, ia menatap Nasrul lagi. "Maaf, Miss, tapi saya tidak terlalu mengerti yang Anda katakan."

"Bagaimana bisa ...."

"Eh, Miss!" Dan tanpa disangka, wanita itu pingsan seketika.

Di sisi lain, Quill terlihat mulai bosan dengan pekerjaannya, tetapi terlalu malas melakukan kewajibannya untuk mencari ayah dan kembarannya. Itu semua karena ia selalu mengingat sang kekasih, sayangnya bukan rindu tetapi rasa kesal saat ini.

MAS NASRUL [B.U. Series - N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang