21 November 2020
•••
Keduanya keluar dari mobil dan mereka kaget karena baik Nasrul dan Quill sulit dibedakan wujudnya. Hanya saja, Dzaki mengernyitkan dahi, dan kala salah satu dari pria itu menghampiri mereka dengan cepat kemudian siap memeluk serta mencium Vivi, Dzaki langsung menahannya.
"Wah, saudara makan saudara lo!" pekiknya sebal.
"Tunggu, bagaimana kamu tahu--"
"Ngapa? Gue sahabatan sama dia dari SMP, jelas gue tau perangai dia!" Dzaki menatap jengkel Quill dan setelah memarkirkan mobil barulah Nasrul menghampiri mereka.
Quill padahal sengaja menukar posisinya agar Nasrul menyupir kala di tengah jalan, agar dia disibukkan oleh mobil itu dan ia mendapatkan kesempatan setidaknya satu kali saja mencium kakak iparnya.
PLAK!
"AW SHIT!" Nyatanya, Hazel menamparnya, dan Nasrul kaget akan hal itu. "Apa yang salah?!"
"Otakmu!" Hazel memutar bola mata, dan keduanya pun beragumen seakan tiga orang lainnya hanyalah patung belaka.
Dzaki meski tak paham bahasa mereka, tertawa bersama Vivi karena sadar arah pembicaraan sementara Nasrul yang tak tahu apa yang barusan terjadi masih kebingungan.
Istrinya lalu memeluknya erat, menciumnya, dan Nasrul membalas dengan senang hati.
"Keknya kamu udah keliatan membaik, Mas."
"Iya ...." Dan pelukan pun terlepas. "Dan yah, keknya aku perlu cerita banyak hal sama kalian ... sesuai janjiku."
"Enggak perlu, Mas." Nasrul mengerutkan kening. "Seseorang udah cerita soal Mas ke aku ...."
"Seseorang?"
Vivi menoleh ke belakangnya, memperlihatkan seorang wanita tua yang baru saja keluar dari rumah mereka. Mata Nasrul membulat sempurna, karena sekilas yang ia lihat adalah wanita itu wanita muda, dan ia adalah anak kecil yang baru belajar berjalan mulai melangkah kaki ke arahnya.
"Emak ...."
Adegan di masa lalu itu terulang. Tangan Nasrul terentang, ia berlari menghampiri wanita yang kini berhenti seraya merentangkan tangannya juga, baik mata Nasrul dan matanya juga berkaca-kaca. Semakin dekat dan dekat.
Quill dan Hazel berhenti berargumen karena melihat adegan itu.
Dzaki tersenyum bangga.
Vivi tersenyum haru.
Ibu dan anak yang terpisahkan lebih dari dua puluh tahun kini bersatu kembali, berpelukan erat dengan mesranya, menangis haru bahagia
Setelah melepaskan pelukan, Nasrul dan ibunya saling memandang, penuh rasa sayang seraya tangan keriput wanita itu mengusap pipi dan puncak kepalanya.
Terdengar suara di masa lalu selesai Nasrul kecil berhasil berjalan ke wanita itu untuk kali pertamanya, "Pinter anak Emak ...."
Kenangan samar-samar yang indah ....
"Emak rindu sama kamu, Nasrul."
"Nasrul juga rindu Emak ...."
Vivi menghampiri, berdiri di samping mereka, memeluk suaminya dari samping kemudian.
"Ayo kita masuk, Mas ...." Ketiganya pun masuk.
Hazel menyeret Quill yang siap melarikan diri. "Kau juga masuk!"
"Tidak, Ibu akan menghajarku! Jangan!" Namun kali ini kekuatan Hazel terlalu luar biasa untuk Quill tahan. Matilah ia, karena Quill ketahuan menghamili kekasihnya dan juga ingin mencium istri kakaknya. "Tidak ... ini akhir hidupku."
Dzaki menatap keluarga itu, berkecak pinggang dengan bahagia.
"Rul, ternyata hidup lo bener-bener kejutan. Gue harap, sih, gue juga dikasih kejutan ...."
"Bangbeb!" pekik Fuka yang tiba-tiba muncul, Dzaki memegang dadanya yang kaget.
"Astaga, Aybeb munculnya tiba-tiba! Kenapa ke sini? Harusnya di rumah aja istirahat!"
Fuka mengerucutkan bibirnya, cewek belasteran Jepang itu terlihat kesal. "Ish Bangbeb, males di rumah, sendirian. Ayo pulang ... aku ada bikinin kue enak, lho."
"Ah, beneran?" Fuka mengangguk. "Aduh, bersyukur banget, kejutannya indah. Ayo kita pulang!"
"Ayo!"
Di dalam rumah, terlihat Nasrul sekeluarga masih dalam masa hangat-hangatnya dan penuh canda tawa, Quill sendiri sempat merasa aman sampai nyonya besar itu menatap nyalang putra bungsunya.
"Kalian, secepatnya akan menikah, mau tak mau, suka tak suka!" Quill menenggak saliva, suasana jadi tegang, bahkan menular ke sekitaran karena memang wajahnya begitu menyeramkan melebihi ibu kost.
"Ba-baik, Mom."
"Anak pintar." Ia tersenyum lagi dan mengusap puncak kepala Quill. "Akhirnya ... keluarga kita lengkap ... semoga kita tetap seperti ini hingga maut memisahkan ...."
Dan suasana lebih bisa diterima, kembali harmonis lagi.
"Mom juga enggak sabar punya cucu!" Ia kelihatan sangat bahagia. "Mungkin salah satu atau keduanya dari kalian akan punya anak kembar, astaga manisnya ...."
Ya, memang manis ... sangat manis.
"Nasrul, kamu mau nerusin sekolah kamu buat jadi penerus perusahaan? Kamu Kakak, jadi kamu yang lebih berhak."
Quill menatap tak percaya. "Lah?"
"Emak agak meragukan performa Quill, dia beda dengan kamu, attitude dia buruk!"
"Ugh, Mom ...." Quill merengek.
Nasrul menoleh ke arah istrinya yang hanya tersenyum, menyadari keputusan itu ada di tangan si pria sendiri, kemudian menatap adiknya yang kelihatan memohon dengan kekanak-kanakan.
Nasrul menghela napas, ia menatap ibunya. "Enggak, Mak. Lebih baik Quill aja, soalnya aku mau nerusin warisan Abah. Gado-gado."
"Ah, begitu ...." Quill kelihatan lega. "Mungkin Quill perlu training dari kamu, biar bisa jadi sosok yang baik, jadi tukang gado-gado juga."
"Lah, Mom?"
Wajah wanita itu menggalak. "Tak ada penolakan."
Quill ciut, dan keluarga kecil itu setelahnya tertawa bahagia.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS NASRUL [B.U. Series - N]
Romance18+ Sebuah kisah sederhana tentang Nasrul, tukang gado-gado yang jatuh cinta dengan Vivi, gadis kantoran yang berpendidikan.