4 November 2020
•••
Esok harinya, pesta itu berjalan meriah. Terlihat semua panitia sibuk menerima tamu, memberikan pernak-pernik kecil, membantu mendapatkan makanan, menerima kado atau hadiah lainnya. Tenda memanjang di jalanan itu diisi banyak orang yang entah makan, berbincang, serta bercengkrama satu sama lain. Sementara itu, sang Tuan Pesta, Nasrul dan Vivi di dalam rumah yang sudah dihias, duduk di sebuah singgasana bersama pakaian adat seraya bersalam-salaman dan berfoto ria dengan tamu.
Benar-benar acara yang sederhana tetapi amat membahagiakan keduanya.
"Wah, Vi ... jadi beneran Pak Nasrul, eh Nasrul itu ... wah ...." Teman-teman Vivi kelihatan kagum seraya menyalaminya, banyak yang kagum dengan wajah tampan itu faktanya bahkan iseng berkata.
"Andai tau lebih awal, mungkin aku yang dapetin dia." Vivi ... agak cemburu sekalipun tahu itu candaan. Hanya saja, wajah Nasrul yang jelas biasa saja pada mereka dan pada Vivi sangat sayang ... ia bahagia karenanya.
"Vi, nanti bulan madu ke mana?" tanya salah seorang teman kantor Vivi antusias.
Vivi menatap Nasrul yang wajahnya bingung sejenak, dirinya pun bingung menjawab hingga akhirnya ia terpikir keadaan keluarganya kini. Pun, ia menggeleng. "Mungkin enggak dulu."
"Yah, sayang banget, dahal gue ada saran lokasinya bagus, lho! Murah aja, dua ratus juta udah bisa seminggu, deh!" Nasrul kaget.
Vivi tertawa. "Yah, uang segitu mending dipake buka usaha." Nasrul tersenyum bangga akan istrinya.
"Ah, dahal sayang banget, itu paling murah! Kalau gak ada diskon bisa empat ratusan!" Nasrul rasanya ingin serangan jantung.
"Enggak, gak papa, kok." Vivi tetap menggeleng dan temannya terlihat kecewa sebelum akhirnya beranjak.
Nasrul, terdiam, menatap istrinya yang terlihat tegar. Ia tak tahu apa arti ekspresi itu, tetapi ia ... merasa mungkin bulan madu, oke juga? Uang dari mana?
Vivi menoleh ke arah suaminya yang kelihatan gabut sendiri, sadar isi kepala suaminya itu ia menghela napas. "Enggak usah dipikirin, Mas. Aku gak mau dan gak terlalu suka mewah-mewahan juga."
"Ah, mm ...." Nasrul tersenyum kecut. "Bu-bulan madu ...."
"Enggak usah, Mas. Aku gak papa. Lagian sehabis ini nanti kita masih sibuk, lho, terus juga Mas ada urusan buat usaha baru Mas, kan?" Ah, benar.
"Tapi, aku tetep bakalan usaha, di waktu senggang, pas cukup uang." Nasrul dan Vivi saling menatap dengan senyuman, dan pesta pernikahan dilewati dengan baik oleh mereka. Selesai pesta, di mana semua tamu sudah pulang, malamnya pesta spesial keluarga besar saja.
Hanya ada keluarga Vivi di sini, serta tetangga, sementara Nasrul hanya ditemani teman-temannya. Pria itu memang sebatang kara, ibu dan ayahnya tak punya keluarga besar seakan garis keturunan keluarga Guritno hanya satu. Mungkin ada, tetapi Nasrul hanya tak tau ....
Suara dangdut terdengar memenuhi gendang telinga, sampai akhirnya tengah malam pesta benar-benar selesai. Semua harus beres-beres terlebih dahulu, benar-benar beres-beres yang besar karena tak banyak yang membantu di sini.
"Biar aku bantu, Vi!" kata Nasrul, duduk di samping istrinya yang tengah mencuci piring segunung bersama beberapa sepupu dan tante.
"Eh, gak papa, Mas? Emang di depan udah beres?"
Nasrul mengangguk. "Belum, sih, tapi Dzaki sama istrinya sama yang lain beresin." Ia tertawa pelan, ia ke sini sebenarnya hanya ingin dekat dengan pengantin barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS NASRUL [B.U. Series - N]
Romance18+ Sebuah kisah sederhana tentang Nasrul, tukang gado-gado yang jatuh cinta dengan Vivi, gadis kantoran yang berpendidikan.