Chapter 26

9.7K 832 64
                                    

5 November 2020

•••

Sementara itu, di atas kendaraan, terlihat Nasrul dan Vivi bahagia menuju rumah impian mereka. Berkendara dengan kecepatan sedang dan meski tanpa saling berbicara keduanya tahu kasih sayang satu sama lain, terlebih eratnya pelukan Vivi pada perut Nasrul.

Enaknya ....

Tak butuh waktu lama pun, mereka sampai di rumah mungil sederhana milik Nasrul. Keduanya turun dari motor, dan Nasrul memperlakukan Vivi bak putri raja yang turun dari kudanya. Melepaskan helmnya, dan kemudian Nasrul mengarahkan Vivi ke rumahnya usai berkemas.

"Maaf kalau lebih kecil dari rumah kamu, ya, Vi."

"Gak papa, Mas. Aku suka, mungil dan bagus." Nasrul tersenyum bangga.

"Iya, ini pernah kurenovasi sama Dzaki dulu, dulu tuh ancur banget! Ayo masuk, masuk!" Dan mereka pun masuk ke dalam, meski mungil suasana di luar ataupun di dalam sangatlah baik dan nyaman.

Vivi menatap sekitaran sementara Nasrul mulai mengambil barang-barang di motor masuk ke rumah. Selesai meletakkan barang, Nasrul menuju dapur di mana sang istri ternyata memandangi tanah kosong di belakangnya.

"Rencananya ini buat nambahin dapur pas nanti aku ada uang," beritahu Nasrul, Vivi mengangguk. "Gimana menurut kamu?"

"Iya, tapi ini seperempat mungkin bisa dipake buat tanem-tanem, gak?" Vivi menyarankan, ia suka berkebun.

"Hm, oke, sih, oke. Pas aja tanahnya. Ah, mending dijadiin taman aja dulu, bisa." Nasrul tersenyum.

"Ya udah ayo beres-beres." Vivi pun masuk lagi dan Nasrul menyusul, mereka pun mulai beres-beres sekitaran. Mendekorasi beberapa perabotan dan benda lainnya agar lebih nyaman hingga akhirnya sampai makan siang. Vivi pun memasak dan Nasrul sudah bisa mencium betapa enaknya makanan istrinya.

Makan siang pun siap dan mereka makan dengan lahap, hingga akhirnya tandas. Ini kali pertamanya, betapa bahagia Nasrul, dan sekarang ada yang mencucikan piring untuknya, mencuci baju untuknya, dan tidak, Nasrul tak ingin istrinya pembantu, ia ingin melakukan itu bersama-sama.

"Anu, menurut kamu bagusnya kita ini nyewa warung di mana, Sayang?" tanya Nasrul pada Vivi yang tengah mencuci piring, ia berdiri di samping istrinya seraya membilaskan piring yang sudah disabun.

"Intinya lokasinya strategis, tapi bisa dibilang ekonomis. Mungkin di pinggiran jalan, aku ada temen kerja yang kenalan ada di sana, mungkin bisa kutanya-tanya. Eh, biar aku aja, Mas!"

"Gak papa, aku bantuin." Nasrul tersenyum seraya terus membilas, dan Vivi juga tersenyum. "Hm setelah ini ... kita istirahat aja, ya, beberapa hari. Soalnya aku gak mau kamu capek-capek."

"Apa gak papa, Mas?"

"Enggak papa, kok." Nasrul menyelesaikan bilas-membilasnya, kemudian mengeringkan tangannya sebelum akhirnya memeluk wanitanya itu. "Mm ... supaya cetakannya bisa dipastikan gitu."

"Kamu ternyata mesum juga, ya." Nasrul kelihatan malu-malu, sementara Vivi tertawa.

"Oke ...."

Mendapatkan jatah adalah kebahagiaan tersendiri, dan untuk beberapa hari ke depan yang diisi kebahagiaan itu mereka hanya bersama, melakukan apa pun bersama dan dunia seakan berdua hingga akhirnya awal memulai karier Nasrul.

MAS NASRUL [B.U. Series - N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang