Chapter 35

8K 710 32
                                    

15 November 2020

•••

Wanita cantik semampai berwajah bule itu turun dari pesawat dan ia menjadi pusat perhatian karena kecantikan dan gaya modisnya. Namun, sekalipun berpenampilan anggun, kentara di wajahnya wajah khawatir seraya memegangi perut, ia menghela napas lega kemudian ....

Langkahnya yang memakai high heels menuju ke pengambilan barang, sebuah koper jingga ia ambil di sana.

"Anda perlu bantuan, Nona?" tanya petugas bandara dengan bahasa Inggrisnya.

Wanita itu menggeleng. "Tidak, terima kasih. Aku bisa sendiri."

Dan kemudian ia berjalan seraya menyeret kopernya, dan ia bak magnet bagi mata para pria. Hingga akhirnya, ia menghampiri sebuah mobil, masuk ke sana kemudian.

"Antarkan saya ke PT. Jovanni," kata wanita itu dengan aksennya Inggrisnya yang kental.

"Baik, Miss." Mobil pun dijalankan pria itu, dijalankannya dengan kecepatan sedang menuju ke lokasi yang dimaksud.

Sesekali, si wanita mengeluarkan ponselnya, menghubungi kontak bernama MyBabe di sana. Namun, tidak ada apa pun hingga ia mendengkus sebal.

"Quill, kenapa kau tak mengangkat panggilanku? Sialan!" pekik wanita itu sebal.

Dan ia semakin kesal, ketika tiba-tiba mobil berhenti, dan kala menatap kiri dan kanan tak ada gedung perkantoran di sana.

"Kenapa berhenti?"

"Mo-mobilnya mogok, Nona. Sebentar saya perbaiki."

"Kenapa kau tak mengeceknya sebelum mengantarku tadi? Sialan!" Ia dan sopir keluar dari mobil, menuju ke bagian depan dan membuka kap. "Apa yang sebenarnya rusak?"

"Sepertinya saya harus menelepon bengkel, Nona. Harap menunggu, ya, Nona."

"Ck, sudahlah, aku akan menghubungi orang lain!" Wanita itu memainkan ponselnya lagi, ketika matanya menangkap sesosok pria tinggi tegap dengan pakaian sederhana tengah membawa beberapa es batu di tangannya.

"Quill?" Wanita bule itu memicingkan matanya, memperhatikan erat-erat siapa sosok itu dan kala semakin dekat ia membulatkan mata sempurna. "Quill!"

Pria itu berbelok, dan saat itulah si wanita mengikutinya.

Sementara itu beberapa saat sebelum itu, Vivi terlihat dihubungi mantan rekan kerjanya dulu.

"Vi, astaga, akhirnya gue nemu kontak lo yang baru! Lo apa-apaan, sih, kek mutus silaturahmi aja sama kami!" pekik temannya di seberang sana, Vivi terdiam karena secara teknis itulah salah satu tujuannya.

Ia tak ingin berhubungan lagi dengan tempat kerjanya, tetapi kemudian sadar tak seharusnya ia memutuskan hubungan dengan teman-temannya dulu, setidaknya teman yang memang membuatnya nyaman.

"Duh, maaf, gue ganti nomor aja gitu, biar enggak kacau," dalih Vivi.

"Vi, pokoknya lo harus ke sini! Ada sesuatu yang penting!"

Vivi mengerutkan kening. "Penting? Ada barang gue ketinggalan?"

"Pokoknya ke sini aja dulu! Ke sini! Oh kalau bisa ajak suami lo ke sini!" pekiknya, dan Vivi masih terheran. "Please, ke sini bentar aja! Ya ya ya?"

"Gak bisa, dia sibuk kerja. Sebentar gue izin sama suami gue dulu. Ya udah gue ke sana." Vivi langsung mematikan panggilan sepihak sebelum akhirnya menatap Nasrul yang tengah menyiapkan makanan di depan bersama Dzaki. "Mas, Mas Nasrul!" panggilnya.

Nasrul menoleh. "Kenapa, Vi?" tanyanya.

"Mas, temen nyuruh aku ke kantor sebentar, aku pergi boleh?"

"Ah, boleh, boleh. Bentar aku bikinin ini, terakhir."

"Mas, gak perlu, aku aja sendirian ke sana," ujar Vivi menegaskan, Nasrul kelihatan ragu-ragu. "Aku bakalan hati-hati, aku janji!"

"Mm ... ya udah kalau gitu, hati-hati, Sayang." Vivi mencium suaminya dan beranjak pergi kemudian.

"Rul, es batu habis, nih. Lo beli di depan, deh," kata Dzaki mengeluh.

"Lho, di kulkas gak ada?"

"Belum pada beku, sana deh lo beli!"

"Oke oke, jaga warung, ya!"

Vivi pun pergi menuju kantornya bersama motor Nasrul, dan sesampainya di sana ia sudah dihadang teman-temannya.

"Kalian ada apa, sih?" tanya Vivi penasaran.

"Suami lo mana?" Mereka malah bertanya balik.

"Kan gue udah bilang dia gak bisa ikut, dia harus jaga warung."

Wajah temannya terlihat kecewa. "Ya udah, gak banyak waktu! Ayo masuk!" Dan mereka terus membawa Vivi hingga akhirnya sampai ke sebuah tempat, di mana ada seorang pria berdiri di belakang kubikel salah satu karyawan sambil memberikan arahan tertentu.

Pria itu, pria berjas yang membuat matanya membulat sempurna.

"Mas Nasrul?"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie


MAS NASRUL [B.U. Series - N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang