Chapter 39

8K 699 34
                                    

Rumah itu sudah tak persis lagi seperti yang di foto Quill meski lokasinya sama. Nasrul mengingat juga, memang amat berbeda, ini lebih bagus.

"Ini sudah kami beli dan kami renovasi sedemikian rupa."

"Ah ...."

"Tapi tenang saja, isinya ... lumayan sama."

Mereka berdua pun masuk, dan siapa sangka Quill menarik tangannya. Nasrul terdiam, seperti kejutan ingatan masa lalu hadir, terlihat dua anak kecil yang belajar berjalan dengan saling bergandengan tangan di depan teras, dibantu orang tuanya. Kala masuk, nostalgia samar-samar semakin kentara, dan Nasrul tak tahu.

Ia tak mengerti akan perasaannya, ia bahagia? Entahlah. Ia sedih? Entahlah.

Ia benar-benar tak mengerti.

Semua yang terlihat bagus terasa amat lama sekarang, lawas.

"Kamu bisa ngingatnya? Yah, aku ngingat banyak hal."

Nasrul diam, murung, dan Quill menatap dengan khawatir pria itu. Ia tahu pria itu tengah dalam dilema, rasa rindu dan sakit hati ditipu campur aduk, meski demikian ia tahu ada banyak hal yang Nasrul lihat dan tak seharusnya ia membenci ayah mereka yang sebenarnya melindunginya dari sifat serakahnya dulu.

Ibunya tak seserakah itu sekarang.

"Kita ke tempat lain."

Quill harus menuntun Nasrul lagi menuju ke lokasi lain, lokasi di mana makam palsu keduanya berada. Kali ini, di antara emosi Nasrul lain, ada rasa kesal mengetahui fakta jika memang benar-benar ayahnya tengah mengelabuinya.

Dalih janggut ini hanya untuk menyamar dari keluarga aslinya.

Kenapa?

KENAPA?!

Mata Nasrul berkaca-kaca.

"Kamu tahu, Mom enggak sebaik sekarang. Kamu pikir kenapa keluarga kita berantakan? Karena Mom egois dan selalu memikirkan harta sampai dia sadar harta bukanlah segalanya tanpa keluarganya. Itu hal yang dia pelajari dari Dad, dia kesepian sekarang walau punya aku."

"Tapi enggak seharusnya dia nipu aku sampe segitunya ... bahkan dia meninggal, tanpa bilang sepatah kata pun!" Nada suara Nasrul terdengar frustrasi.

"Hei, dia punya alasan yang baik akan hal itu, demi melindungi kamu!" Nasrul menggeleng, Quill dengan kesal memegang bahunya dan membuatnya menatap wajahnya. Mereka bak di depan cermin. "Dengar, cuman karena dia melakukan satu kebohongan, dan kamu membenci dia di antara semua kebaikannya? Kebohongan yang sebenarnya buat melindungi kamu dan hanya karena itu kamu kecewa sama Abah?"

Nasrul terdiam.

Teringat kini masa lalu indahnya bersama pria itu.

"Dia tidak bermaksud memisahkan kamu dengan keluarga kamu, dia mungkin hanya takut sifat baik di diri kamu tercemar oleh sifat buruk mantan istrinya. Mereka bilang aku berengsek, kan? Kamu pikir dari mana sifat ini berasal, huh?" Quill mengangkat sebelah alisnya. "Kalaupun kamu ikut Mom sama aku dari awal, apa takdir kamu akan berakhir bersama gadis yang kamu cintai? Pikirkan lagi!"

Benar.

Semua itu benar.

Tangisan Nasrul pun akhirnya pecah, ia memang cengeng sekarang, dan Quill langsung menariknya ke dalam pelukan jantan. Ia menepuk-nepuk keras bahu pria itu.

"Oke, Kak. Katakan sesuatu!"

"Ayo ... kita ke kuburan Abah, aku mau minta maaf."

Dan sesuai ungkapan Nasrul, mereka pun ke kuburan Abah, dan Nasrul memeluk kuburan pria yang kabarnya di sampingnya adalah almarhumah ibunya itu. Quill menghela napas, ia mendudukkan diri, kemudian meletakan tanda silang ke atas makam kosong ibunya.

MAS NASRUL [B.U. Series - N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang