12 November 2020
•••
"Selamat datang di PT. Jovanni, Pak!" kata pria itu kala mempersilakan Quill masuk ke dalam, dan beberapa karyawan menatap takjub Quill.
Bukan hanya takjub karena ketampanannya dan kekerenannya, tetapi karena wajahnya.
"I-itu Nasrul suaminya Vivi, kan?" Salah satu karyawan berbisik.
"Perhatian, para karyawan! Harap berkumpul!" kata pria itu, dan mereka pun berkumpul dengan wajah keheranan yang kentara. Hal yang disadari Quill sendiri hingga pria itu mengerutkan kening tajam, antara kesal dan penasaran. "Ini Pak Quill Jovanni, putra Nyonya dan almarhum Tuan Jovanni. Dia akan menjadi pimpinan baru kalian di perusahaan ini."
Dan mendengarnya, mereka semua kaget.
Orang berbeda?!
"Pak, mari kita ke kantor Bapak!" Pria itu kini menuntun Quill memasuki lift, menuju ke lantai atas di mana kantornya berada, dan kala sampai ....
"Bisa kamu tinggalkan saya sendiri sebentar?" pinta Quill kala pria itu ingin angkat suara lagi. "Ini bukan kali pertama saya bekerja di perusahaan, jadi tidak perlu repot-repot touring."
"Ba-baik, Pak. Saya permisi dulu. Jika ada perlu apa-apa, silakan hubungi saya selaku sekretaris Bapak."
"Hm ...." Quill hanya menggumam dan pria itu pun melangkah pergi, kemudian ia berjalan ke arah dinding yang berupa jendela. Ia menatap jalanan seraya mengantungi tangannya sendiri.
Masih ia mengingat soal kekasihnya itu, dan hal itu membuatnya mengeluarkan ponsel, mematikan mode pesawat, dan menghubungi wanita itu.
Tak ada jawaban.
Berkali-kali ia melakukannya dan masih tak ada jawaban.
Menyerah, ia pun duduk di singgasananya yang ada di sana, masih banyak pikiran soal apa yang terjadi saat ini. Mencari keluarganya, ayah dan adik kembarnya, kemudian permasalahannya dan kekasihnya. Ini membuat Quill benar-benar malas melakukan apa pun.
Benar-benar malas.
Ia menghela napas panjang. "Tenang, masih banyak waktu, lebih baik aku bekerja ... saja."
Pun, ia mengeluarkan ponselnya, menghubungi seseorang di sana. "Hei, bisa kau ke sini? Aku perlu bantuan," ujarnya dalam bahasa Inggris. "Selidiki saja, dan jangan hubungi aku hingga tanggal yang ditentukan."
Dan setelah bernegosiasi dengan orang di seberang sana, panggilan pun dimatikan sepihak. Quill menghela napas panjang lagi, tangannya kemudian mengambil tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Sebuah foto usang tua di mana ada ayahnya dan ibunya yang masih muda, dan dua anak kecil laki-laki kembar saling bergandengan bahagia.
Itu keluarganya di masa lalu, berfoto di depan rumah tua bersama.
Ibunya bilang, itu rumah mereka yang lama, dibeli dengan jerit payah meski sekadar oper tetapi sekalipun bulanan sekian, yang harusnya bisa mudah dibayar malah begitu sulit karena ayahnya. Kondisi ekonomi semakin sulit dengan tunggakan menumpuk hingga akhirnya, tak tahan, ibunya pun pergi membawanya. Awalnya sebagai TKW di dalam negeri dan kala usia Quill cukup dewasa ia dibawa ke luar negeri.
Awal ibunya bertemu ayah tirinya, ibunya hanyalah pembantu rumah tangga dan sebuah keberuntungan bisa menjadi pendamping pria itu meski tanpa memiliki keturunan karena pria itu punya penyakit seksual. HIV. Ibunya begitu setia mendampingi pria itu dari awal bertemu hingga akhir hayatnya, hal yang membuat pria itu bahagia di detik-detik terakhirnya.
Tak banyak foto yang Quill pegang, hanya ini, satu-satunya clue soal ayahnya dan saudara kembarnya, tentu pastinya saudara kembarnya mirip dengannya.
Apa Quill merindukan mereka? Yah, bisa dikatakan begitu. Sekalipun terakhir kali mereka bertemu, Quill tak ingat, ia terlalu kecil untuk mengingatnya ... bagaimana masa lalunya?
Ia rasa, mereka keluarga yang bahagia.
Memasukkan itu kembali ke tas, ia menatap sekitaran. Terdiam selama beberapa saat guna mengatur napasnya sebelum akhirnya memilih menghubungi sekretarisnya.
Tak butuh waktu lama, pria itu datang.
"Saya ingin mulai bekerja."
"Baik, Pak!"
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS NASRUL [B.U. Series - N]
Romance18+ Sebuah kisah sederhana tentang Nasrul, tukang gado-gado yang jatuh cinta dengan Vivi, gadis kantoran yang berpendidikan.