Chapter 9

12K 969 99
                                    

23 Oktober 2020

•••

Melihat sedikit bagian kumis janggut milik Nasrul yang hilang sedikit, Vivi mengulum bibir menahan tawa dan Nasrul hanya bisa menahan malu tak terhingga. Itu, bagian gundul di hutannya yang lebat, adalah kegagalan Dzaki membuat tipis kumisnya dan malah menggundulinya.

Nasrul pun memutuskan tak jadi melakukan apa pun pada jabisnya, membiarkan begini karena takut gado-gadonya tak terasa sama lagi. Untuk menyembunyikannya, ia pun memakai makser.

"Mas, kok ... kok kepotong cuman segini?"

"Sa-saya ...." Nasrul terbata, ia tak tahu alasan yang tepat. "Sa-saya sebenernya mau nipisin, tapi karena ya ...."

"Kalau begini perlunya harus dipangkas semua, Mas. Biar rata." Nasrul masih tergagap. "Biar aku bantu Mas, ya?"

"Iya, eh." Pria itu malah keceplosan.

"Bentar aku ngambil cukur dalam rumah!"

"Eh, M-Mbak ...." Namun ia tak bisa menghentikan Vivi yang masuk ke rumahnya mengambil cukur, bahkan Vivi sendiri tak menghiraukan orang tuanya yang padahal bisa kepergok memata-matainya dan telat bersembunyi. Vivi juga mengambil kain sebelum akhirnya menuju ke Nasrul lagi.

Nasrul, ingin mengelak, tetapi tak kuasa dan membiarkan Vivi menggunduli habis hutan di wajahnya, bahkan kemudian ia memberikan krim dan mencukurnya lebih bersih lagi.

Dan kala selesai ... bagaikan ada cahaya silau bagi siapa pun yang melihat Nasrul saat ini.

Ibu-ibu yang sedang membawa jajanan di atas kepala terpana, anak-anak muda yang sebenarnya tengah pacaran terpesona, orang tua Vivi pun berwow ria sementara Vivi sendiri tak percaya akan apa yang ada di depan matanya. Pria yang dulunya terlihat tua karena janggut kumisnya kini menjadi tampak muda dan tampan tanpa itu semua.

Nasrul punya mata cokelat terang yang khas, hidungnya pun mancung, bibirnya seksi karena agak tebal, sementara rahangnya terbentuk sempurna dan tegas sekalipun dengan penampilannya yang agak udik. Semua mungkin bagaikan melihat sebuah patung Dewa Yunani, tetapi bagi Nasrul ... ini bencana yang tak bisa ia hindari.

"Wah, Mas Nasrul ...." Bahkan Vivi kehabisan kata-kata mendeskripsikannya.

"Ma-makasih, Mbak Vivi! Sa-saya harus pulang dulu!" Nasrul bergegas pulang, bahkan tanpa pikir merapikan dagangannya dan gado-gado Vivi yang sebenarnya baru habis setengah. Ia terlalu buru-buru sampai tanpa disangka ia menjatuhkan sesuatu ke tanah.

"Eh, Mas!" Namun, Nasrul berlalu terlalu cepat, Vivi menatap ke arah kotak bulat berwarna merah yang tadi jatuh dari saku Nasrul dan kini terbuka.

Menampakkan cincin di dalamnya beserta selembar kertas terlipat di sana.

"Mas?"

Vivi tergerak mengambil dua benda itu, memperhatikannya dengan saksama, dan ia tahu hal ini lancang tetapi rasa penasarannya jauh lebih besar untuk melihat kertas di sana. Ia membuka kertas kecil terlipat itu, dan menemukan tulisan di sana.

"Ini Plan B kalau Nasrul kesusahan buat ngutarain perasaannya." Mulai Vivi membaca itu. "Neng Vivi, semoga yang baca Neng Vivi, ya. Mas Nasrul pengen ngajak Neng Vivi buat nikah!"

"Hah?" Vivi terkejut. Tentu saja.

Dan setelah itu ... Vivi dibuat kepikiran terus-menerus tentang seorang Nasrul di kepalanya.

Sementara itu pun, Nasrul berlari, dan ia menjadi pusat perhatian karena ketampanannya.

"Mas Ganteng, gado-gado, Mas!" Ia sempat terkejut seraya menoleh ke beberapa ibu-ibu yang mengejarnya.

Gawat!

Nasrul terus berlari, berlari tanpa henti bersama gerobaknya dengan terbirit-birit.

"Mas! Gado-gadonya, Mas Ganteng!" Bahkan wanita jadi-jadian pun mengejarnya dengan suara aduhai, mereka di sampingnya. "WOI MAS!" Dan suara aslinya yang berat dan galak terdengar.

Nasrul terperanjat. "Jangan, saya gak jualan! Jualan saya abis! Maaf!" Ia terus berlari, tak terhentikan, dan terus dikejar hingga akhirnya suasana sepi.

Namun tiba-tiba, banyak pedagang berlarian.

"Eh?" Nasrul yang baru saja bernapas lega malah bingung lagi.

"Satpol PP! Kabur, kabur!" teriak salah satu pedagang yang tancap gas, dan Nasrul pun siap mendorong gerobaknya. Akan tetapi, seseorang menahan tangannya.

"Nah, mau ke mana kamu! Ikut kami ke mobil!" Nasrul terperanjat.

"Pak, saya gak jualan di sini, Pak! Saya cuman lewat," dalih Nasrul.

"Sudah, jangan banyak alasan, ikut kami!" Kesialan kedua bisa dirasakan menampar keras Nasrul hari ini.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MAS NASRUL [B.U. Series - N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang