Seorang gadis melangkah dengan yakin menuju salah satu kelas. Beberapa orang tampak melihatnya dan menyapa seperti biasa. Vega hanya mengulum senyum simpul. Biasanya dia akan selalu mengulas senyum riang saat di sapa, sembari ikut membalas menyapa beberapa teman dari kelas berbeda.
Tapi kali ini hatinya tidak sedang dalam keadaan baik. Seperti langit yang tampak mendung. Kadang kala memang bumi tampak ikut iba pada hati gadis berkepang kuda tersebut.
Sampai di tujuan, gadis tersebut mengedarkan pandangan hingga mata hazel coklat gelapnya menjadi setitik pada lelaki yang sedang tertawa-tawa dengan beberapa teman. Dan juga seorang gadis sepantarannya.
"Karang, itu cewek lo tuh!" ujar salah seorang laki-laki. Karang yang mendengar itu otomatis melihat kearah pintu kelas. Ia tersenyum, namun tak dibalas oleh Vega. Perempuan itu malah mengalihkan pandangannya ke seorang gadis yang duduk di dekat Karang.
"Ada apa?" Karang berujar. Vega yang baru menyadari kehadiran Karang di dekatnya sedikit terperangah. Tanpa menjawab ia sedikit menjauh dari kelas prianya. Supaya tak melihat hal yang tak ingin ia lihat.
"Pulang sekolah kita ke kafe bentar ya. Ada yang ingin aku omongin." Vega akhirnya mengatakannya.
"Aduh, aku harus nganter Syifa pulang dulu, Ve. Nyokapnya lagi di luar kota, dia nitipin Syifa ke aku. Kenapa nggak ngomongin di sini aja?" Karang mengaruk kepalanya.
Mendengar alasan itu. Vega menatap arah pintu kelas Karang, tepat saat gadis yang sedang Karang sebut keluar bersama teman Karang yang lain. Sambil menatap mereka berdua.
"Ya udah, anter aja Syifa duluan ke rumahnya. Aku tunggu kamu di kafe biasa." Vega tampak tak minat beralama-lama di sana. Setelah ia mengatakan itu, perempuan pemilik mata hazel itu pergi. Sampai akhirnya tangannya di genggam oleh Karang.
Lelaki itu menatapnya heran. Sedikit emosi. "Kamu kenapa sih?" Karang mendesis tak suka.
"Emangnya aku kenapa?" Vega memutar bola mata. Jengah.
"Sudah dua minggu kamu diemin aku. Susah di telpon, chat jarang balas, diajak ketemuan susah. Kenapa?" Karang berkata pelan walau ada nada emosi di sana.
Vega menghembuskan nafas panjang. Mencoba menetralkan emosinya yang ikut terpancing. Tenang Vega ini masih di sekolah.
Ia menatap mata kekasihnya cukup lama. Hanya diam. Hingga akhirnya perempuan itu menepis genggaman Karang dan berujar, "Nanti kamu bakal tau kenapa kalau kamu datang ke kafe."
Setelahnya Vega segera pergi dari hadapan pacarnya. Tanpa mengindahkan panggilan dari Karang kepadanya.
***
"Udah jam segini, Ve. Kamu bakal dimarahin Mami loh." Zizi menatap jam tangannya cemas. Ia memandang wajah Vega yang tampak datar tanpa ekpresi. Membuatnya kesulitan membaca pikiran perempuan itu.
"Ya udah deh, anterin aku pulang ya, Zi." Zizi mengangguk dan mereka akhirnya keluar dari kafe setelah dua jam menunggu kedatangan Karang. Sengaja Vega meminta sahabatnya ini menemani. Karena tidak ada jaminan kalau Karang akan benar-benar datang.
Sesampainya di rumah, Zizi pamit pulang. Dan Vega bergegas masuk ke rumah karena jam sudah menunjukkan pukul lima lebih. Sedangkan janjinya kepada Mami untuk pulang sebelum jam lima. Namun belum sampai ia membuka pintu gerbang rumahnya, sebuah motor merah berhenti tepat di depan gerbang rumah.
"Ve.. Sorry.. Sorry banget, aku kira kamu masih di kafe. Waktu liat kamu nggak ada, jadi aku langsung ke rumah kamu." Karang berujar sembari turun dari motor besarnya. Ia memandang wajah kekasihnya nelangsa. Minta dikasihani.
KAMU SEDANG MEMBACA
(One Shot) You & I
RomanceBerisi cerita random singkat tentang cinta Oneshot / cerpen Langsung baca aja