.
.
.
.
.
.
Selama perjalanan menuju rumah sakit, Hoseok hanya bisa diam melamun di tempat duduknya. Yoongi yang berada di sampingnya sangat khawatir dengan sang kekasih. Bagaimanapun, ia pasti trauma dengan apa yang di lakukan si pelaku dan mendengar ucapan si brengsek di depan umum tadiㅡpasti Hoseok sangat terpukul. Ia memang sudah tak menangis, tapi lihatlah dirinya yang seakan kecewa pada diri sendiri.
Yoongi tak bisa menyalahkan jika memang yang diucapkan si brengsek tadi sungguhan. Yoongi hanya tak mau mental kekasihnya ikut rusak. Min Yoongi mengelus surai kekasihnya dan mendekatkan dirinya kepada sang kekasih. Tangan kirinya ia gunakan untuk menggenggam tangan Hoseok yang terasa dingin. Pandangan si Jung tak lepas dari luar mobil.
Namjoon dan Seokjin yang berada di depan sesekali mengecek ke belakang melalui kaca, memastikan jika kekasih Min Yoongi sudah tak menangis. Kim Namjoon benar-benar merasa bersalah kepada mendiang Nyonya Jung karena tak bisa menjaga anak beliau dengan baik. Ia akan meminta kedua orang tuanya datang jika mereka sudah sampai di rumah sakit nanti. Namjoon berharap jika Hoseok tak akan separah dulu.
"Sayang.. jangan melamun." Ucap Yoongi. Ia meraih dagu Hoseok agar menatapnya. Si Jung menatap dalam mata kekasihnya, ia tak tau harus berbuat apa saat ini. Yang ia pikirkan hanya satu, Yoongi pasti akan menjauhinya setelah ini. Padahal dirinya sudah membuang jauh rasa takut kehilangan Yoongi karena beberapa hal, tapi kali ini dirinya yakin jika kekasihnya akan meninggalkannya.
"Kenapa? Jangan melamun seperti ini chagi..."
"Aku... Turunkan aku sekarang." Ucap Hoseok dengan datar seolah tak ada perasaan disana. Yoongi tak tau mengapa tiba-tiba kekasihnya bernada seperti ini.
"Tidak sayang. Kita ke rumah sakit."
Hoseok menggeleng, "Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Turunkan sekarang!"
"Seok ah... Jangan begitu. Kita harus memeriksa kondisimu."
"Ku bilang turunkan aku!" Hoseok membentak semuanya.
Min Yoongi sendiri terkejut karena baru kali ini melihat sang kekasih yang marah.
"Chagiya... Tidak apa-apa, kita harus periksa dulu baru pulang oke? Hyung akan menjagamu."
"Hikss.. ku bilang turunkan! Hikss.. aku tidak mau hikss.. aku tidak mau mengingatnya! Turunkan aku!" Hoseok meraih door handle disampingnyaㅡberniat untuk membuka pintu tersebut namun untungnya Namjoon menguncinya dari bagian depan.
Yoongi segera meraih tubuh kekasihnya dan memeluknya erat. Ia tak tega melihat calon istrinya seperti ini.
"Sayang, sayang.. tenang dulu. Kau tak boleh seperti ini..."
"Hikss lepaskan! Hiksss kau pasti akan meninggalkanku juga hikss... Biarkan aku ikut mama hikss.."
"Tidak, Hoseok. Aku atau siapapun tidak akan meninggalkanmu. Kami disini chagiya.."
"Bohong! Kalian bohong hikss.."
Seokjin yang melihat Hoseok dari kaca langsung mengalihkan pandangannya karena tak tega melihat Hoseok seperti ini. Namjoon menggenggam tangan istrinya menggunakan tangan kanannya sedangkan tangan kiri ia gunakan untuk menyetir. Ia paham dengan perasaan Seokjin yang mungkin ikut khawatir.
Pemuda Min yang tengah menenangkan kekasihnya itu akhirnya berhasil membuat si Jung tenang. Ia mengecup keningnya beberapa kali. Hoseok yang kelelahan karena menangis akhirnya tertidur di pelukan si Min.
"Namjoon, bisa kau sedikit cepat?"
"Baiklah. Tidurkan saja dia di pahamu dulu."
"Ya."
Kim Namjoon menambah kecepatan laju pada mobilnya agar mereka segera sampai di rumah sakit. Sedangkan Min Yoongi membaringkan sang kekasih agar tidur di pahanya. Ia mengelus pipi Hoseok yang terlihat tirus. Dia juga bisa melihat jelas tanda-tanda ungu di sekitar dada Hoseok lagi. Hatinya sakit sekali menatapnya seperti ini, tapi kekasihnya tak salah. Si bajingan itulah yang salah. Dia harus mendapat hukuman setimpal atas apa yang sudah ia lakukan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hoseok baru saja di periksa oleh seorang psikolog setelah sebelumnya Yoongi dan yang lain memeriksakan kondisi fisik Hoseok kepada salah satu dokter umum. Sang psikolog mengatakan jika si Jung mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD). Hal ini dapat menyebabkan Hoseok mengalami rasa takut, marah, bersalah, cemas, hingga sedih yang berkepanjangan.
Sang psikolog juga mengatakan jika PTSD bukan hanya satu-satunya gangguan kesehatan mental terkait trauma yang dapat terjadi setelah ia mengalami kekerasan seksual. Hal ini membuat mereka yang ada disana benar-benar khawatir dengan Hoseok ke depannya. Terlebih Yoongi, walaupun sudah diberitahu apa-apa saja hal-hal yang harus dilakukannya agar si Jung bisa lebih baik, tetap saja Min Yoongi cemas. Mereka akan menikah, mengapa hal ini harus terjadi?
Setelah selesai memeriksakan Hoseok, Yoongi mengajak kekasihnya dan yang lain untuk pulang. Ia akan membawa kekasihnya ke rumah sakit lagi dalam 2 minggu sekali. Min Yoongi juga akan meminta mamanya untuk menetap di Seoul dalam 2 bulan ke depan.
Sesampainya di apartemen, teman-teman Yoongi yang sejak tadi mengikutinyaㅡmemutuskan untuk pulang. Namjoon dan Seokjin ikut masuk ke apartemen si Min yang baru saja disambut hangat oleh kedua orang tua Yoongi. Nyonya Min terkejut menatap calon menantunya, ia ingin bertanya tapi Yoongi menginterupsinya dan meminta mama serta papanya untuk mengijinkan Hoseok beristirahat. Paman dan bibi Kim Seokjin itu menganggukinya dan membiarkan anaknya masuk ke kamar bersama Hoseok.
"Sekarang istirahat ya.. hyung disini."
Si Jung hanya menganggukinya dan segera berbaring. Yoongi juga ikut membaringkan dirinya di sisi kiri si Jung. Ia memeluk kekasihnya sembari mengelus pipi kirinya agar ia cepat tertidur. Yoongi memberikan kecupan hangat di kening sang kekasih sebelum kembali memeluknya.
"Selamat tidur, chagiya.."
Jung Hoseok mulai memejamkan matanya karena elusan tangan Yoongi di pipinya terasa lembut. Tubuhnya lemas karena tenaganya yang terkuras habis. Pemuda Min yang masih sabar mengelus pipi Hoseok sedikit tersenyum. 10 hari dirinya kehilangan Hoseok, ia merasa jika sudah bertahun-tahun tak bertemu dengannya. Semoga Hoseok baik-baik saja.
Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
VERGIB MIR [End]
FanfictionWarning! This story contain BDSM, R4PE, 21+, TRAUMA. Be smart. Bagaimana caramu mendapatkan cinta? Boy x Boy