Erik Anugerah Sinaga

264 25 1
                                    

Hai guys Gimana kabarnya hari ini? Semoga sehat ya.. yuk dilanjut baca

Erik Anugerah Sinaga cowok berbadan tegap dengan tinggi badan 180cm, berumur 24 Tahun, memiliki senyum yang manis bak Iqbal Ramadhan, Cerdas dan disiplin, Hobby nyanyi, dan pastinya menjadi idaman para cewek.

Erick adalah lulusan Psikologi di kampus yang sama dengan Dea. Erik merupakan anak yang cerdas sehingga tak salah jika dirinya mendapatkan predikat Cumlaude saat wisuda. Erik mendapatkan marga Sinaga dari ayahnya yang berasal dari Medan dan mamanya berasal dari Riau. Erik cukup aktif di organisasi-organisasi kampus dan terlibat kepanitiaan pada acara-acara kampus.

Dea telah mengenal Erik semenjak dirinya menginjakan kakinya di bangku kuliah ketika Dea ikut menjadi bagian dalam organisasi yang sama dengan Erik. Mereka cukup dekat.

Dea sudah cukup lama mengagumi Erik secara diam-diam. Perasaan kagum akan orang yang hampir sempurna membuat Dea merasa tak pantas bersanding dengan orang sesempurna Erik.

***

Erik menatap Dea fokus. Seakan ingin menanyakan apakah yang sedang dipikirkannya..

"Kamu masih gak berubah ya?" Kata Erik tersenyum pada Dea. Jujurly, senyumnya Erik bisa membuat Dea meleleh

"Kak, Boleh gak, gak usah senyum gitu?" Kata Dea

"Kenapa?"

"Jijjik liatnya" Kata Dea "Lagian gue mau berubah gimana, dari sono udah kek gini ditambah temen gue sih Meymey" Laanjut Dea

"Gitu banget ngomong teman sendiri" Kata Erik

"Review teman sendiri, gak salah dong" Jawab Dea cengengesan

"Hai bro. Ngapain disini tumben. Selamat ya dapat beasiswa. Mantap dah. Sukses bro. Gue pesan dulu" Ujar seorang teman Erik yang berada di kantin itu.

Ya. Dea dan Erik memilih untuk makan di Kantin perusahaan karena inilah tempat makan yang paling dekat yang bisa diajak kompromi dengan perut

"Eh btw siapa tuh cewek?" Tanya teman Erik 

"Ini Dea, teman gua. Sama-sama dapet beasiswa juga bareng" Kata Erik

"Boleh juga, cakep" Kata Cowok itu namun masih bisa didengar oleh Dea

"Gua udah taken" balas Dea Judes

"Oalah, kirain masih sendiri, neng" Kata Pria itu "gua cabut ya kalo gitu" Lanjutnya dan diangguki oleh Dea dan Erik

"Udah taken aja, kirain bakal bareng Meymey terus" kata Erik tersenyum menatap Dea dengan wajah penasaran seakan ingin bertanya siapakah cowok itu.

"Gausah sok natal gue gitu kak. Itu cuman pertahanan diri gue doang. Gue masih jomblo dari embrio"

"Iya iya, Kamu mau pesan apa? Sini aku pesanin." Kata Erik

"bakso aja kak sama Es teh manis"

"Demi apa kamu masih suka makan bakso" tawa Erik tak percaya

"Ya kan gue suka" Ujar Dea dengan suara pelan "suka loh"

"Yaudah tunggu disini"

Selang beberapa menit Erik datang dengan membawa senampan mangkok berisikan bakso, kesukaannya Dea + segelas teh manis juga piring berisikan Rawon dan segelas es teh pesanan Erik

"Nih punyamu"

"Uhhhh.. mantap. Mkaasihh kak Erik yang ganteng tambah belagu" Ujar Dea dan segera menjajal makanan kesukaannya itu.

"Oiya kak. Pertanyaan gue tadi. Tolong ya dijawab" Ujar Dea

"Astaga, masih ingat aja. Aku mau makan jadi gak selera nih. Ntar dulu napa?" Jawab Erik

"Silakan mas silakan. " jawab Dea mempersilakan Erik menikmati Rawonnya. "Awas kecelek"

"Jadi gini" Ujar Erik memutar posisi berhadapan dengan Dea

Jantung Dea tiba-tiba bergejolak setengah mati karena berhadapan dengan cowok idamannya. Hati dan matanya tak karuan harus melihat Erik ataukah menyantap makanan kesukaannya itu.

Walaupun kedua pilihan itu hal yang sulit dipilih bagi Dea. Dea menjadi salah tingkah dan lebih memilih tak melihat mata Erik dan mencoba berbicara dengannya sambil menikmati bakso kesukaannya.

"Iya iya ngomong aja toh.. gue denger" ujar Dea kikuk

"Gimana mau ngomong,..kamu aja gak melihatku. Emang bakso semenarik itu dibanding Aku, hm?" Ujar Erik dan segera melepas sendok dari tangannya Dea sehingga pandangan Dea beralih tepat di mata Erik. "Nah kalo gini kan enak"

"Gue yang gak nyaman Bambang!" gerutu Dea dalam hati

"Jadi dulu Aku sempet keterima di UGM. Tapi gak kuambil!" Ujar Erik

"Hah!? Kenapa?" Kaget Dea

"Yah aku udah niat dan mantap pokoknya aku mau kuliah di India. Jadi aku usahain deh. Tahun lalu aku coba tes beasiswa India. Tapi gak lolos. Aku coba lagi tahun ini, dan ya begitulah" Ujar Erik

"Parah sih. Parah karena gak ambil kesempatan kuliah di UGM. Aneh banget lo kak. Terus selama gak kuliah, kakak ngapain dong?"

"Yah aku kerja." Jawab Erik

"Kerja dimana"

"Disini"

"Hah? Disini maksudnya?" Kaget Dea

"Yah. Disini. Perusahaan ini. Karena aku ngebet mau kuliah di India, lagipula aku dapet uang jadi gak rugi"

"Aku takjub sama tekad kakak. Warbiasak. Terus?"

"Terus apanya?"

"Teruskan ceritanya kak!"

"Ceritanya mau diterusin apalagi. Yah aku keterima beasiswa dan sama kamu sekarang lah. Apalagi? Udah aku mau terusin makan"

Dea langsung menghentikan pembicaraannya itu dan memakannya. Mereka akhirnya banyak membicarakan masa-masa sewaktu kuliah dan lainnya. 

***

"Dea" panggil Erik ketika mereka berada di Parkiran dan akan segera pulang

Dea segera menoleh sumber suara dengan wajah kebingungan. Segera Erik menghampiri Dea. "Minta nomor hape mu ya. Bulan depan kita kan udah berangkat. Biar mempermudah komunikasi kita aja"

Dea sontak kaget dan menjadi salah tingkah. Pipinya menjadi merah merona dan hanya bisa terdiam dalam lamunan

"Deananda" Panggil Erik

"Eh. Iya" jawab Dea segera tersadar dari lamunannya dan menuliskan nomor handphone pada Hape Erik

"Okey. Nanti aku chat kamu. Bye"

Segera Erik pergi meninggalkan Dea. Wujud dan bayangnya pun ikut menghilang. Namun Dea belum bisa menghilangkan wajah Erik di benaknya

__________________

Hai guys. Gimana ceritanya?
Apakah kalian suka?

Menurut kalian Erik itu orangnya bagaimana?

Jika kalian ada komentar.. waktu dan tempat dipersilakan

Love Story In India (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang