35

60 12 1
                                    

Sejak kemaren tak ada tanda-tanda kepulangan Myra. Dea menjadi khawatir. Tidurnya tak nyenyak seperti biasanya. Dia terus menghubungi Myra tetapi Myra sama sekali tak bisa dihubungi. Dea bertanya kepada Adwin sebab Adwin yang terakhir kali bersama Myra. Namun, nihil Adwin tak bersama Myra. Kemana perginya Myra!

Dea melirik ke bawah ranjangnya dan mendapati Sandra tengah skincarean. Tampaknya ada yang berbeda dari Sandra dan tidak seperti biasanya, dia terlihat gemukan. Tapi Dea hanya menganggab itu adalah hal yang biasa. Dea melirik ke ranjang Ryka yang sedang main ponselnya.

"Kamu melihat Myra hari ini?"

"Tadi pagi Myra sempat dateng tapi pergi lagi"

Dea menjadi bingung dengan pernyataan Ryka. Bukankah dia tak bisa tidur semalaman. masak kedatangan Myra pagi tadi tidak disadari oleh Dea. Setelahnya Dea bergegas bangun, tidak lupa mengajak Adwin bertemu di depan asrama. Setelah bersiap mandi dan berganti pakaian, Dea menuju depan asrama dan sudah ada Adwin telah menunggunya. Tetapi Adwin tidak sendiri, ada Erik disana!

Dea melihat Erik, berusaha meredupkan rasa gugupnya. Entah mengapa Dea masih merasa canggung ketika bertemu dengan Erik. Padahal perasaannya sudah bukan untuk Erik lagi. Adwin terlihat dengan wajah khawatir. Dea tahu dia sangat menyayangi Myra. Pastilah dia khawatir akan Myra saat ini.

Mereka memutuskan mencari Myra di area kampus. Ke tempat-tempat yang setidaknya sering Myra datangi. Namun nihil sama sekali tak ada tanda-tanda adanya Myra.

"Kalian berdua pergilah ke tempat lain,  biarkan aku mencari Myra ke arah sana" Seru Adwin memilih untuk memencar.

***

Adwin terus mencari Myra kemana-mana. Di tempat seni dimana tempat Myra melukis, di tempat ibadah, dan lainnya namun nihil Myra tak kunjung ketemu. Dia merasa marah pada dirinya sendiri. Ketika pertemuan mereka kemaren, mengapa dia mau saja ketika Myra berkata "biarkan aku sendiri. Aku perlu waktu sendiri untuk menenangkan diri"

"Ah! betapa bodohnya aku meningalkan Myra sendiri kemarin" Teriak Adwin gusar. Namun sama sekali tak menyurutkan semangatnya untuk mencari Myra.

Adwin memilih untuk menuju rooftop kampus. Dengan rasa bersalahnya. mencoba mencari wanitanya dari keramaian dan keindahan dari atas rooftop. Ketika sampai di rooftop Adwin menutup pintu dengan sedikit keras. Dia menuju terali rooftop, menghirup angin dan membuangnya gusar. "Kemana kamu Myra"

Cukup lama Adwin berdiam diri. tiba-tiba terdengar suara wanita menangis. Adwin yang kepo mengikuti sumber suara yang terdengar dari pojok rooftop. Adwin mengikuti sumber suara hingga tidak terasa dia sudah sampai di sumber suara dan melihat seorang wanita cantik, berambut panjang tengah menangis membelakangi Adwin. Sepertinya tidak asing bagi Adwin tetapi karena iba Adwin mendekati wanita itu.

"Kau tidak apa-apa, Nona?"

Wanita yang membalakanginya itu berbalik dengan mata sembab. Adwin menatap wanita itu dan kembali berbicara "Oh maaf jika aku menggangumu, Nona" Kata Adwin dan memilih pergi dari hadapan wanita itu.

"Adwin"

Deg!

Wanita itu memanggil nama Adwin. Adwin sedikit terkejut. "Kau mengenalku, Nona?" Tanya Adwin kebigungan.

"Ini aku Myra"

Adwin semakin dibuatnya bingung. Myra yang dikenalkannya itu tomboy, cuek, berambut pendek dan sangat berbanding terbalik dengan wanita yang berada dihadapannya.

"Maaf nona, namamu sepertinya mirip dengan nama wanita yang sedang kucari" Kata Adwin dan berniat pergi  meninggalkan wanita itu.

"Adwin" Lagi-lagi wanita itu memanggil Adwin. Adwin kembali berbalik dan sebuah pelukan hangat menyelimuti tubuh Adwin. Adwin dibuat kaget oleh pelukan dadakan ini. Tapi, pelukan ini, pelukan yang sama seperti Myra, wanitanya. Dia melihat wanita yang tengah memeluknya menagis tersedu-seduh.

"Ini aku, Myra. Myra yang kau cari"

"Myra!" Pekik Adwin sambil mengeratkan pelukannya dengan Myra

Myra masih saja menangis. Adwin masih terselut rasa bingung dengan perubahan Myra dan sekiranya apa yang tengah Myra hadapi. Namun, Adwin tak bisa banyak tanya. Dia ingin wanitanya sendiri yang menceritakan padanya.

Myra tak habis-habisnya menangis di pelukan Adwin. Adwin turut sedih mendengar wanitanya yang tengah kalut dalam kesedihan dan dia tak bisa melakukan apa-apa. Dengan sikap berani, Adwin mengangkat wajah Myra dan menghapus air matanya. Dengan sesenggukan Myra menatap Adwin sedih. "Apa yang harus kulakukan, Adwin"

Adwin bingung akan perkataan Myra padanya. Apa maksud perkataan Myra tersebut! Lagi-lagi Adwin dibuat penuh tanda tanya dengan wanita yang tengah berada dihadapannya ini.

Adwin masih tak menjawab pertanyaan Myra. Dia terdiam sejenak "Maukah kau berbagi masalahmu denganku?" Myra menganguk dan duduk di sebuah bangku kayu

"Kau pasti akan terkejut denganku, Adwin" Kata Myra

"Aku sudah banyak membohongimu" Sambungnya "Myra bukanlah nama asliku Adwin. Nama asliku adalah Wirasasti Chairunisa" Adwin di buat terbelalak kaget akan kenyataan ini.

"Aku menyamar disini. Aku menghindari perjodohan yang dilakukan ayahku. Ayahku ingin sekali aku dijodohkan dengan anak perdana Menteri. Jujur, aku tidak mencintainya hiks hiks. Aku benci dengan perjodohan. Aku menyamar disini dan lari ke kampus ini dengan identitas yang palsu. Aku bingung harus lari kemana. Kemanapun aku berlari aku tetap tidak akan bisa keluar dari negeri ini. Sekarang ayahku telah mengetahui keberadaanku Adwin. Aku takut! Aku takut hiks hiks Aku takut. Aku tak ingin dijodohkan"

Lagi-lagi Myra menangis. Di lain sisi ia masih tak menyangka dengan penjelasan Myra. Mengapa dari awal dia tak menceritakannya pada dirinya. Dilain sisi, ia sedih ketika wanita yang disayanginya berada dalam masa sulit.

"Maafkan aku yang menutupinya dari kalian semua. Aku terlalu takut jika kalian bisa saja membocorkannya kepada ayahku" Lanjut Myra lagi

"Apa yang harus aku lakukan Adwin?" Tanya Myra

"Kau harus pulang, Myra." Kata Adwin singkat. Kenapa dia harus pulang. Justru dia lari karena menghindar dari yang namanya rumah. Tetapi mengapa Adwin memintanya pulang.

"Kau tidak boleh egois Myra. Kau mungkin benci dengan tindakan ayahmu. Tetapi jangan benci dengan ayahmu bahkan ibumu. Kau tidak tau kan bahwa mungkin saja ibumu tengah menunggu kepulanganmu di rumah. Kau harus ingat itu! Jangan lari dari masalahmu dan bersikap egois. Pulanlah kerumah!"

Mata Myra kembali berkaca-kaca, ia menunduk dan merenungi perkataan Adwin.

"Aku akan mendatangi rumahmu dan melamarmu" Kata Adwin menghapus air mata Myra dan mengecup singkat bibir Myra. "Aku mencintaimu"



Cerita ini rencananya mau aku Tamatin di Bab 45.. So, 10 Bab lagi perlu aku selesaikan. Tunggu terus ya bab-bab selanjutnya.. Selamat menikmati




.


.


.


eh ...


Jangan lupa

Vote

Komen

Follow  ya


Biar aku semangat Tamatin nih cerita :)





Love Story In India (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang