11. LULUH

2.6K 312 7
                                    

11. LULUH

Bibir Zelin terangkat begitu mendengar operasi Resti berjalan lancar. Saat itu juga cewek itu langsung memeluk Alikka dan tantenya. Dalam hati tak henti-hentinya mengucapkan syukur pada Yang Maha Kuasa. Zelin berjanji akan selalu membahagiakan Mamanya. Kini, mereka hanya perlu menunggu Resti siuman, wanita itu juga sudah dipindahkan ke ruang inap biasa.

"Zel! Liat gue bawa apa?"

Alikka datang dengan menenteng kotak box pizza. Dia tadi pamit pada Zelin untuk pulang, tapi ternyata kembali lagi dengan membawa junk food itu. Sepulang sekolah Alikka memang langsung datang kesini untuk menengok keadaan Resti, apalagi setelah mendengar kabar wanita itu akan segera di operasi.

"Lo ngapain balik lagi dah," tutur Zelin saat melihat sahabatnya itu datang, "udah malem lho Al, bonyok lo kagak nyariin apa?"

Alikka melengos begitu saja kemudian duduk disampingnya. "Tenang, mereka lagi keluar kota. Jadi, nggak ada yang tau kalau gue pulang atau nggak."

"Lah... lo mau nginep disini?"

Alikka mengangguk sekali seraya menampilkan cengiran tak berdosa, "Iya lah gue nggak setega itu kali ninggalin lo sendirian."

Sebenarnya tadi ada Riri juga, tapi Zelin menyuruh Tantenya itu untuk pulang. Dia tau kalau Riri pasti lelah, karna sudah disini sejak pagi. Lagi pula Zelin tidak enak dengan Ali— suami Riri, pasti dia sudah menunggu istrinya pulang.

Saat itu juga Zelin menarik kedua pipi Alikka. Membuat si empunya mendengus kesal dan segera menepis tangannya.

"Nggak pake acara nyubit pipi gue segala kali!" desisnya. Zelin tertawa kecil.

Cewek itu mengalihkan pandangannya ke arah kotak pizza di meja, tanpa aba-aba dia langsung mencomot sepotong pizza. Bukan apa-apa, pasalnya sejak tadi perut Zelin terus mengeluarkan suara-suara aneh.

"Zel, gue masih kepikiran deh siapa orang itu." Zelin yang sedang memakan pizza berhenti sejenak. Dan menoleh kearah Alikka.

"Apa lagi gue Al, gue ngerasa utang budi banget sama dia. Berkat orang baik itu, Mama bisa operasi." balas Zelin kemudian mengalihkan pandangannya pada wanita yang sedang terbaring lemah di bangsal.

"Lo tau ciri-cirinya gitu atau apa?" tanya Alikka.

Zelin terlihat sedang berpikir keras, "Gue cuma tau dia laki-laki, itupun kata Tante Riri yang sempet tanya sama bagian administrasi. Selebihnya nggak tau, soalnya dia nggak nampakin wujudnya."

"Hah? Enggak nampakin wujudnya gimana?" tanya Alikka yang tak paham dengan perkataan sahabatnya.

"Maksud gue dia cuma nelfon ke bagian administrasi dan bayarnya lewat rekening jadi nggak tau pasti ciri-ciri tuh orang kayak gimana. Minta data-datanya pun nggak bakal bisa, privasi."

"Anjir! Tuh orang misterius banget." balas Alikka yang seketika bergidik ngeri.

"Makanya, gue juga bingung gimana cara balas budinya ntar," ujar Zelin lalu menghela napas. Berbicara soal balas budi dia jadi teringat dengan Satria, Zelin masih memiliki utang padanya. Kalau saja cowok itu tidak mengutarakan permintaan yang aneh-aneh pasti dia sudah melunasinya dari dulu.

"ZEL!"

Tiba-tiba saja Alikka berteriak histeris, mulut cewek itu juga terbuka lebar bak kaget akan suatu hal. Zelin yang melihat itu langsung mengkerutkan kening. Kesurupan setan penghuni ruangan ini kah?

"Al, jangan bikin gue takut deh!"

Alikka menggeleng berulang kali, seakan mencoba menepis sesuatu yang buruk. Detik selanjutnya cewek itu menggigit bibir sambil menatap Zelin serius.

FIGURAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang