HARAP VOTE DULU SEBELUM MEMBACA YAW!
***
22. RUMIT
Malam minggu menonton drama adalah santapan yang pas bagi Zelin dan Alikka. Tontonan wajib yang jika sekali saja mereka lewatkan akan terasa hampa. Lebih baik berkecipung dengan dunia perdrakoran daripada keluyuran tidak jelas di luaran sana. Itulah prinsip mereka berdua. Ayo, kaum jomblo harap merapat.
Dengan ditemani berbagai snack yang sempat Alikka beli di mini market mereka berdua terlihat fokus menatap layar laptop itu. Bukan, bukan mengikuti alur ceritanya melainkan sibuk memperhatikan cogan kelas atas yang kadang-kadang membuat kaum hawa halu dan khilaf. Terlebih Alikka, beuh! Jangan ditanya! Bahkan cewek itu hampir tidak berkedip.
Malam ini Alikka berniat menginap di rumah Zelin. Ini bukan pertama kali baginya, bahkan akibat keseringan sudah tidak bisa dihitung dengan jari. Padahal di rumahnya tidak kurang apapun, kalau Zelin diposisi Alikka dia pasti lebih memilih untuk menikmati fasilitas yang ada. Bagaimana tidak? Rumah megah nan nyaman justru ditinggalkan demi rumah secuil dan kumuh seperti miliknya. Aish!
"Gue juga mau kali nikah sama om-om model begituan!" seru Alikka sambil menggigit guling. Netranya menatap takjub pria tampan di layar laptop.
Zelin yang melihat kegilaan Alikka mulai muncul menggelengkan kepala. Awalnya cewek itu tidak menyukai drama, tapi lama kelamaan dia mulai tertarik dan penasaran. Alhasil seperti sekarang ini, terkena virus dari Alikka.
"Zel, kalau lo gimana? Mau nikah enggak kalau om-omnya ganteng kek doi?" tanya Alikka sambil menatap sahabatnya serius.
Detik itu juga Zelin menggeleng kuat, dalam hatinya sudah terukir satu nama. Siapa lagi kalau bukan cowok yang berhasil meluluhkannya.
Aish! Gara-gara Alikka, Zelin jadi teringat si pantat kebo itu. Padahal dia sudah sempat melupakan cowok itu tadi, ya.. Walaupun hanya sejenak.
"Iya deh percaya, tipe lo kan yang kaya Satria." sindir Alikka diiringi tawaan kecil.
"Apaan sih!" bulshing Zelin lalu melempar boneka donal bebek yang sejak tadi dia pegang. Hal ini membuat Alikka mengerucutkan bibirnya kedepan.
"Lo sendiri pilih dia atau Genta?" tanya Zelin tak mau kalah. Dia menyeringai sambil melihat ekspresi wajah Alikka yang gelagapan. Skakmat! Siapa suruh berani padanya.
"Ya jelas pilih doi lah!" tukasnya.
"Doi yang mana? Dia," ujar Zelin sambil menunjuk pria di layar laptop, "atau Genta? Yang jelas dong Al."
Rasanya Zelin ingin tertawa lebar melihat Alikka yang tidak berdaya seperti ini. Lucu saja. Namun jika dilihat dari ekspresi wajahnya, Zelin sudah tau Alikka memilih siapa. Sekalipun dia bungkam.
"Gengsi," titah Zelin membuat Alikka menoleh, "Kalian berdua masih sama-sama suka tapi enggak ada yang berani bilang."
"Genta masih suka sama gue?" ulang Alikka yang tampak terkejut, "lo tau dari mana?"
Zelin memutar bola matanya, "Yaelah masa lo nggak bisa liat, Al. Nih ya... Dari cara dia natap lo aja udah beda. Lagian semua Pandawa udah pada tau kali kalau Genta masih suka sama lo."
"Jangan ngada-ngada deh, Zel!" tukas Alikka tak percaya.
"Susah ya, kalau udah terlanjur cinta tapi benci." ucap Zelin lalu menghela napas, "Harusnya salah satu dari kalian ada yang mau ngalah. Biar bisa tau perasaan masing-masing."
"Lo enak ngomong, tapi enggak ngerasain gimana jadi gue Zel." seru Alikka.
"Gue emang nggak pernah ngerasain semua itu Al, tapi kita berada dalam situasi yang sama."

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN [COMPLETED]
Fiksi Remaja[#WWC2020 WINNER] HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA. Selama ini tidak ada yang tahu, bahwa kehidupan yang dijalani Yunara Zelin tidak jauh berbeda dengan seorang tokoh figuran. Yang hanya memainkan peran kecil dan sering kali dianggap tidak penting. Bera...