28. PERLAHAN MENJAUH

3.2K 297 5
                                    

BUDAYAKAN VOTE YAW!

Happy Reading ❤

***

28. PERLAHAN MENJAUH

Cewek itu membuka pintu perlahan tak ingin menimbulkan suara sedikitpun. Namun, tubuhnya terlonjak kaget saat mendapati seorang wanita paruh baya yang ternyata sedang duduk ditepi ranjang tempat tidurnya. Dia kira Mamanya sudah tidur.

"M-mama belum tidur?"

Wanita itu tersenyum lalu memberi kode pada putrinya untuk mendekat.

"Kamu masih marah?" tanya Resti lembut, satu tangannya membelai rambut coklat putrinya.

"Sekalipun aku mau, Zelin nggak akan bisa marah sama Mama."

Zelin menghela napas lalu menatap mata teduh Resti lekat, "Mama kenapa ngambil keputusan itu tanpa persetujuan Zelin?"

"Maaf," ucap Resti, "Mama cuma mau kamu bahagia sayang, hidup kamu terjamin dan juga punya masa depan yang cerah."

"Zelin tau niat Mama baik, tapi dengan tinggal sama Papa cuma akan bikin Zelin tersiksa Ma. Zelin lebih milih hidup susah asalkan sama Mama. Daripada hidup enak tapi pisah dari Mama."

Melihat ketulusan disetiap perkataan putrinya membuat mata Resti berkaca-kaca. Dia sangat bersyukur atas anugrah dari Tuhan karena telah memberinya seorang anak sebaik Zelin.

Detik itu Resti memeluk putrinya erat. Seolah tidak ingin membiarkan Zelin pergi darinya. Hanya cewek itu yang selama ini menjadi alasan Resti bertahan. Hanya Zelin satu-satu yang Resti miliki. Resti berusaha melakukan apapun demi membahagiakan putrinya itu.

"Zel, maafin Mama belum bisa buat kamu bahagia selama ini."

"Mama janji bakal kerja keras buat bahagian kamu, biar kamu tidak hidup susah lagi."

Zelin melepas pelukannya lantas menghapus air mata di pipi Resti, tersenyum tipis memandang wajah Mamanya.

"Siapa bilang kalau selama ini Zelin enggak bahagia? Walaupun kita hidup pas-pasan asalkan ada Mama hidup Zelin akan selalu bahagaia. Seperti yang Mama bilang dulu, kebahagiaan nggak bisa diukur dengan harta, dan juga tidak bisa dibeli dengan uang." kata Zelin.

"Aku selalu bersyukur sama Tuhan untuk setiap moment yang Zelin habiskan bersama Mama selama ini."

Mendengar itu Resti menarik sudut bibirnya, dia benar-benar dibuat takjub lagi oleh putrinya. Cewek itu mempunyai pola pikir yang luar biasa.

"Ma, tadi ada salam dari Satria." tutur Zelin yang baru teringat dengan itu.

"Satria? Kenapa tidak disuruh mampir?"

"Dia lagi buru-buru katanya." balas Zelin seadanya, memang itu yang tadi Satria ucapkan sewaktu di mobil.

"Satria jarang main ke rumah, hubungan kalian baik-baik saja bukan?"

Aish! Zelin harus membalas apa? Dibilang baik tidak juga. Pasalnya sekarang dia sedang setengah marah pada cowok itu. Persetan, Zelin harus meluruskan ini semua, agar Mamanya tidak salah paham lagi.

"Ya gitu," balas cewek itu lalu menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"Tapi Ma," Zelin menggantungkan perkataannya, "Zelin sama Satria nggak punya hubungan apa-apa."

Resti tertegun, selama ini dia mengira keduanya mempunyai hubungan istimewa. Dia bisa melihat itu dari tatapan mereka. Menyiratkan suatu rasa satu sama lain.

FIGURAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang