18. DILUAR KENDALI

2.2K 286 9
                                    

WARNING!

VOTE SEBELUM MEMBACA.

***

18. DILUAR KENDALI

"TIDAKKKK!!!!"

Zelin yang baru saja datang langsung diam di tepat, memasang wajah datar. Dia menggaruk rambutnya, saat melihat mereka semua menatap kearahnya, tatapan yang sulit untuk cewek itu artikan. Tunggu, situasi macam apakah ini?

"Minggir bego!" teriak Satria seraya berjalan mendekatinya, memberi kode pada Zelin untuk pergi dari sana.

Namun, karna melihat cewek itu yang justru bergeming membuat Satria terpaksa mendorongnya hingga punggung Zelin terbentur papan tulis.  Dia yang terkejut diberi perlakuam itupun spontan mengaduh, tak bisa dipungkiri bagian belakang tubuhnya terasa sakit.

Buru-buru, para Pandawa yang melihat itu langsung menghampiri Zelin dan menolongnya. Sedangkan Satria, tampak tak peduli. Cowok itu justru sibuk memperbaiki botolnya yang setengah penyok.

"Maksud lo apa? Tiba-tiba main ngedorong gue!" bentak Zelin seraya menatap Satria tak percaya. Cowok itu sudah berani bermain kasar dengannya. Dari awal Zelin sudah punya firasat buruk tentang dia, dan sekarang terbukti sudah.

Satria mendongak, alisnya bertaut menatap cewek di depannya yang tampak marah, "Lo duluan yang bikin gue emosi."

Zelin tersenyum miring, "Emosi?! Nggak kebalik ya?! Gue baru aja dateng dan lo duluan yang mancing emosi gue dengan ngedorong gitu aja! Lagian, lo yang nyuruh gue buat datang kesini, inget nggak lo?!"

Memang benar apa yang dikatakan Zelin. Saat bel istirahat, dia mendapat pesan dari Satria untuk datang ke kelasnya karna ingin memberi tahukan sesuatu, tapi justru ini yang dia dapat?

"Lo nggak liat ada botol di bawah lo? Harusnya lo bisa ngehindarin bukan malah diinjek, bego!"

Zelin terkekeh kecil, tunggu apa karna botol itu Satria sampai marah dan berani mendorongnya? Aish!

"Tadi lo ngedorong, sekarang ngatain gue bego! Maksud lo apa sih!" tutur Zeli sambil menatap manik mata hitam pekat Satria, "Astaga! Cuma karna sampah ini, lo berani nyelakain gue?"

"Jaga bicara lo! Bahkan yang lo sebut sampah ini lebih berharga daripada hidup lo!"

"Sat," tegur Genta. Sejak tadi cowok itu menahannya, agar tidak ikut campur dengan urusan mereka. Tapi melihat temannya yang sudah kelewatan, sudah seharusnya dia menghentikannya.

Zelin mengepalkan kedua tangannya lalu mendekati Satria, mengikis jarak diantara keduanya, "Kalau tau nyawa gue enggak berharga, ngapain lo sampai rela nyelamatin gue waktu itu?!"

Tepat setelah mengatakan itu, Zelin melangkah pergi dari sana.

"Sat, lo udah kelewatan. Dia cewek, harusnya lo enggak perlu sampai main fisik." ucap Juan yang ikut kesal.

"Bener Sat, harusnya lo bisa kontrol  emosi lo," timpal Billy.

"Ini bukan salah dia Sat, harusnya gue yang nerima itu tadi." tutur Iko yang merasa bersalah. Orang lain harus menerima imbasnya karna ulah jailnya itu. Harusnya dia yang berada di posisi Zelin. Dasar biang kerok.

Genta menghela napas panjang, "Enggak seharusnya lo sampai ngehina dia apalagi main kasar. Bukan berarti karna dia bikin kesalahan kecil, lo bisa ngebales seenaknya."

Satria mengusap wajahnya kasar, dia sudah lepas kendali. Tidak seharusnya dia melakukan hal itu pada Zelin, cewek itu sudah membantunya selama ini. Tapi dirinya, justru mencelakai cewek itu. Apa yang Satria pikirkan? Hingga sampai berbuat keji seperti itu?

FIGURAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang