34. KILAS BALIK
"Kita mau kemana?" tanya Zelin sedikit berteriak tak mau kalah dengan kencangnya angin yang menerpanya.
Cowok memakai helm full face itu hanya melirik sekilas melalui kaca spion kemudian menambah kecepatan laju kendaraannya. Sedangkan Zelin menghela napas karena itu, mungkin dia bertanya diwaktu yang salah, batinnya.
Satria menghentikan motornya di salah satu TPU di daerah Ibu kota, membuat Zelin mengkerutkan kening, merasa bingung.
"Kok kita kesini?" tanyanya naif.
Satria tidak menjawab, hanya tersenyum simpul lalu melangkah lebih dulu menyusuri pusaran makam, yang mau tak mau membuat Zelin mengikutinya. Hingga langkah cowok itu terhenti pada sebuah batu nisan yang terdapat sebuket bunga di atasnya.
"Ini makam Mama aku, Zel." ucap Satria dengan menoleh kearah Zelin.
Disisi lain, Zelin yang mendengar itu tampak terkejut, dia tidak tahu kalau selama ini Satria hidup tanpa seorang ibu.
"Dari lahir aku enggak pernah liat wajah Mama, Zel. Mama meninggal waktu ngelahirin aku." kata Satria sambil menatap batu nisan bertuliskan nama Mamanya.
"Itu artinya kamu cuma tinggal sama Papa kamu doang, Sat?" lirih Zelin.
Satria mengangguk, "Papa satu-satunya orang yang aku miliki, Zel. Beliau pria hebat yang selama ini ngebesarin aku sendirian. Bukan cuma jadi sosok Papa aja, beliau juga gantiin peran Mama."
Zelin mengerti sekarang, kalau Satria lebih kesepian dari dirinya. Zelin tidak tahu Satria setegar itu selama ini. Dia beruntung masih memiliki kedua orang tua yang lengkap, walaupun mereka sudah berpisah. Tapi membayangkan berada diposisi Satria, Zelin tidak bisa.
Detik selanjutnya, Zelin berjongkok di samping pusaran makan itu, lalu meraih batu nisan, "Hai tante, aku Zelin. Tante tau? Anak tante tumbuh dengan sangat baik. Tante pasti bangga kalau liat Satria sekarang. Dia udah jadi pria hebat kayak suami tante. Sayangnya sikap Satria kadang nyebelin."
Mendengar itu Satria melotot, membuat Zelin tertawa kecil.
"Tante yang tenang ya disana, Zelin janji bakal jagain Satria." ujarnya lalu beranjak berdiri.
"Emang aku nyebelin?" tanya Satria menghujami pacarnya.
Zelin tersenyum tipis, lantas mengangguk tanpa dosa.
"Lah kapan? Perasaan nggak pernah deh." tutur Satria tak mengakuinya.
"Tuh kan baru aja dibilang, udah bikin sebel lagi." cibirnya.
"Oh iya, kenapa nggak bilang-bilang sih kalau mau kesini? Kan aku bisa beli bunga dulu."
"Udah ada bunga juga, lagian kamu mau liat aku alergi kayak waktu itu?"
"Mau lah, lucu!" balas Zelin yang diakhiri kekehan kecil membuat Satria berdesis pelan.
"Ngomong-ngomong, kamu tadi bilang sama Mama mau jagain aku, enggak kebalik ya?"
"Nggak lah! Emang serius aku mau jagain kamu, liat aja nanti kalau ada yang macem-macem sama kamu bakal aku hajar dia."
Satria yang mendengar itu menggeleng tak percaya, "Kamu kira aku selemah itu apa? Jangan bikin aku malu di depan Mama, Zel." kesalnya.
Cewek itu menahan tawanya, lucu saja melihat Satria kesal seperti ini.
"Iya, bercanda pacar. Ayo!"
Tepat saat meduanya pergi dari sana, Satria teringat akan sesuatu, sesuatu yang mengganjal di benaknya membuat cowok itu segera menahan Zelin.
"Kenapa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/245085503-288-k400643.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN [COMPLETED]
Teen Fiction[#WWC2020 WINNER] HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA. Selama ini tidak ada yang tahu, bahwa kehidupan yang dijalani Yunara Zelin tidak jauh berbeda dengan seorang tokoh figuran. Yang hanya memainkan peran kecil dan sering kali dianggap tidak penting. Bera...