EPILOG

8.1K 382 22
                                        

Siap buat mengakhiri cerita ini?

Vote dulu yuks!

Happy reading

oOo

"Terimakasih telah memperlakukanku layaknya seorang ratu, menjadikan hari-hariku terasa sempurna setiap bersama kamu." — Yunara Zelin.

"Tetaplah di sampingku, berjalan tegak beriringan agar aku bisa menggenggam tangan cantikmu." — Satria Arkasena.

" — Satria Arkasena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

oOo

Pagi ini, mentari bersinar terang, langit biru membentang cerah diatas sana. Terlihat, seseorang cewek yang sedang menaburkan bunga di atas sebuah pusaran makam. Bahunya naik turun menahan isak tangis.

Setelah beberapa hari bangun dari masa kritisnya dan tiba-tiba mendengar ada kabar duka datang menyelimuti. Bayangkan, bagaimana perasaannya?

Sedih? Tidak menyangka? Sudah pasti. Terlebih yang telah pergi adalah orang terdekatnya.

Tetapi, kalau itu sudah menjadi suratan takdir apa boleh buat? Tuhan lebih tau mana jalan yang terbaik untuk umatnya.

Cewek itu meraih batu nisan, mengelusnya perlahan, "Kenapa pergi secepet itu? Gue kuat bertahan, kenapa lo enggak?"

"Kalo aja lo bener-bener sadar waktu itu, pasti nggak akan kayak gini. Lo pasti masih kumpul sama gue dan Mama."

Menarik napas lalu menghembuskannya perlahan, "Gue udah maafin semuanya."

"Sejahat apapun perbuatan lo, nggak akan bisa mengerubah status kita. Lo masih tetep kakak kandung gue. Lo saudara satu-satunya yang gue miliki." ucapnya parau.

Zelin menghapus air matanya, kemudian bangkit.

"Gue pulang ya... Semoga tenang disana, Kak." Setelah sekian lama baru kali ini Zelin kembali menyebut Clarin dengan panggilan itu.

Detik itu, cewek berambut ikal tersebut meninggalkan area pemakaman.

Ya, Clarin dinyatakan meninggal seusai dioperasi, karena pembuluh darah di otaknya pecah, mengingat seberapa parah kecelakaan besar yang menimpanya. Padahal, sebelum dioperasi, kondisi Zelin lah yang paling parah. Tuhan Maha pembolak-balikkan keadaan.

Mungkin, kalau saat itu Zelin tidak bertahan dia sudah berada diposisi Clarin sekarang. Melewati masa kritis bukanlah perihal yang mudah. Kalau kata Resti, hadiah dari Tuhan. Hanya orang-orang yang terpilih saja yang mendapatkan kesempatan itu, dan ia salah satunya. Sungguh, Zelin sangat bersyukur bisa membuka matanya lagi dan melihat orang-orang yang ia sayangi. Seperti cowok yang sekarang duduk dibangku pengemudi ini.

FIGURAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang