9. RENCANA BARU

2.9K 345 7
                                    

9. RENCANA BARU

Demi mengantar cewek keras kepala pulang, Satria terpaksa mengulur waktu untuk bertemu dengan Clarin. Bukan bertemu, lebih tepatnya mengamati gadis itu dari kejauhan. Sebenarnya, dia juga malas. Tapi mau bagaimana lagi, Satria memerlukan bantuan dari cewek yang duduk di belakangnya. Segala macam cara sudah ia lakukan, tapi tetap saja selalu berujung penolakan. Mungkin dengan cara seperti ini, dia bisa meluluhkannya perlahan. Tidak ada yang tahu.

Satria menghentikan motornya tepat di depan rumah Zelin, cowok itu menegok kebelakang. Menghembuskan napas lelah. Lagi-lagi Zelin melamun, entah dia memikirkan apa sepanjang perjalanan, hingga tidak sadar kalau sudah sampai.

"Turun!"

"Eh?" cewek itu langsung tersadar lalu mengamati sekeliling, "ternyata udah sampai."

Tepat saat itu, Zelin turun dan melepaskan helm yang ia pakai. Memberikannya pada Satria.

"Gue cabut," Baru saja Satria akan menghidupkan motornya, tangan Zelin lagi-lagi menarik jaket jeans-nya.

"Apa?!" dongkolnya.

"Tunggu bentar! Gimana lo bisa tau kalau rumah gue disini?" Ada yang tidak beres disini, dari mana cowok itu tahu padahal Zelin tidak memberitahu alamat rumahnya sebelumnya. Zelin jadi curiga.

Gelagapan, begitu ekspresi saat mendapat pertanyaan yang tidak Satria duga. Tidak mungkin jika harus mengaku bahwa kemarin dia mengikutinya, mau ditaruh dimana wajah tampannya nanti. Opsi satu-satunya yang tersisa adalah  memikirkan alasan lain.

Harusnya Satria lebih teliti dari awal, dia sempat melupakan siapa Zelin.

"Gue sering lewat sini, dan pernah nggak sengaja liat lo masuk ke rumah itu. Jadi, gue pikir ini rumah lo." ucap Satria diiringi kekehan kecil. Berharap akan mencairkan suasana dan rasa kecurigaan Zelin menghilang.

Zelin memicingkan matanya, "Bener?"

Satria mengangguk berulang kali, berharap Zelin akan percaya.

"Awas aja kalau lo ketahuan jadi penguntit," Perkataan Zelin yang mengintimidasinya membuat cowok itu langsung meneguk salivanya susah payah, jakunnya naik turun menandakan dirinya gugup. Namun sebisa mungkin dia berusaha tenang.

"Zelin, temannya tidak disuruh masuk?"

Keduanya menoleh bersamaan begitu mendengar ucapan seseorang. Resti menyembul dari balik gerbang, wanita itu kemudian menghampiri mereka.

Melihat itu, buru-buru Satria turun dari motor dan meraih punggung tangan Resti. Zelin sempat tak menyangka, cowok itu bisa bersikap sopan pada orang yang lebih tua. Dia kira Satria akan acuh, mengingat sikap Satria padanya. Apa mungkin cowok itu sedang berpura-pura? Ah, tidak ada yang tau.

"Kamu temannya Zelin?" tanya Resti.

Satri langsung melirik kearah Zelin dan ternyata cewek itu sedang memberikannya kode. Tersenyum kemudian mengangguk, "Iya Tan, Satria."

"Saya Resti, Mamanya Zelin," balas Resti, "Nak Satria ayo masuk, nanti Tante bikinin minum."

Seketika dia menggeleng, menolak ajakan Resti, "Maaf Tan lain kali saja, saya sedang buru-buru ada urusan."

"Oh begitu, ya sudah hati-hati di jalan."

Saat itu juga Satria kembali memakai helm dan menaiki motornya. Cowok jangkung itu sempat menyunggingkan senyum kearah Resti, sebelum akhirnya pergi.

"Zelin,"

"Iya Ma?"

"Kayaknya dia anak baik. Mama setujuu."

FIGURAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang