Prolog

14.4K 472 4
                                    

Kulirik jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 4 sore.'Papa pasti marah nih' pikirku. Aku berjalan perlahan menuju pintu depan rumahku. Sesekali kulihat sekeliling memastikan tidak ada tanda-tanda dari Papa.

Perlahan kubuka pintu itu dan mengintip ke dalam.'Syukurlah, papa gak ada.' Aku menghela nafas dan segera pergi menuju kamarku.

Aduh aku lupa, kan kalo mau ke kamar mesti lewatin kamar Papa. Gimana nih?

Akhirnya aku pun berjalan sedikit berjinjit agar tidak ketahuan. Kalo Papa sampe tahu bisa gawat ini.

Saat melewati kamar Papa, aku mendengar suara seorang pria yang marah-marah. Itu pasti Papa. Apa yang diomongin ya? Nguping dulu.

"Kok bisa kayak gitu sih?! Masa cuman disuruh ngerjain kayak gitu aja gak BECUS!"

"......"

"Ya sudah saya capek ngomong sama kamu. Siapkan saya tiket pesawat buat besok pagi. Dan jangan lupa siapkan meeting jam 10 pagi."

"......"

Tiket pesawat? Berarti Papa mau pergi lagi. Padahal Papa juga baru pulang.

Tanpa kusadari pintu yang berada di depanku terbuka. Dan terlihat sosok laki-laki paruh baya. Yah siapa lagi kalo bukan Papa. Tunggu...kalo ada Papa di depan pintu berarti aku.....ketahuan.

Aku segera berdiri tegak dan menanyakan tentang hal yang kudengar.

"Apa maksud Papa? Apa Papa mau ke Bandung lagi? Terus Papa ninggalin aku sendirian lagi?"Tanyaku bertubi-tubi.

"Maafin Papa ya sayang. Tapi ada urusan mendadak di kantor." Jawab Papa.

Aku hanya terdiam. Belum sempat aku menjawab Papa sudah melanjutkan kata-katanya.

"Bel, kamu gak bakal sendirian kok." Aku bingung mendengar kalimat Papa itu. Gak akan sendirian berarti..

"Maksud Papa?" Tanyaku memastikan.

"Yah nanti kamu bakal tinggal sama teman Papa selama Papa pergi."

What?! Tinggal sama teman Papa? Jangan bilang nanti sama Om Hendra. Soalnya aku gak kejadian 4 tahun yang lalu terulang. Emang sih Om Hendra itu orangnya baik tapi selama aku tinggal disitu aku digodain terus sama anaknya. Anaknya sih emang gak bisa dibilang ganteng dan gak bisa di bilang jelek juga, mukanya pas-pasan lah. Masa gara-gara itu om Hendra mau jodohkan aku sama anaknya. Ihh gak banget kan.

"Lebih baik Bella tinggal sendiri aja Pa. Kalo Papa mau pergi, pergi aja. Bella gakpapa kok tinggal sendiri." Jawabku.

"Gak boleh. Kamu gak boleh tinggal sendiri lagi." Jawab Papa.

"Tapi..." Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku Papa sudah memotongnya.

"Nanti kamu tinggal sama teman Papa namanya om Ryan juga istrinya tante Dera." Sambung Papa.

"..." Aku hanya diam tak menjawab.

"Om Ryan itu baik kok mereka juga punya dua anak cowok. Satunya SMA satunya lagi masih SMP. Yang SMP kalo gak salah namanya Ferlan tapi yang SMA itu namanya....." tiba-tiba ponsel Papa berdering.

"Bentar dulu ya kamu beres-beres aja dulu."

Lanjut Papa.

Kenapa ponsel Papa berdering gak kenal waktu. Siapa ya kira-kira cowok itu tapi kok kayaknya aku pernah dengar nama 'Ferlan' deh tapi dimana ya?

***

Keesokan paginya Papa langsung membawaku ke rumah Om Ryan. Wah rumahnya besar banget pasti teman Papa ini orang kaya. Halamannya aja luas kayak gini.

"Nah sudah sampai, ayo turun." Ajak Papa yang langsung membuyarkan lamunanku. Aku bergegas turun dan mengikuti Papa menuju pintu itu. Papa segera meneka belnya dan tak lama kemudian sepasang suami istri keluar dari rumah itu. Mereka masih tampak muda tak berkeriput tak seperti Papaku.

Mereka bersalaman sambil berbicara macam-macam. Aku hanya melihat sekeliling rumah ini ' luarnya aja bagus apalagi dalamnya' pikirku.

"Ya udah. Bel.....Bella....Abella Fanaya Biantoro." Aku terkejut mendengar Papa memanggil namaku. Aku segera tersadar dari lamunanku.

"Oh iya Pa kenapa?" Tanyaku.

"Sapa dulu tante sama omnya dulu dong." Jawab Papa.

Aku pun menyalami om Ryan dan tante Dera bergantian. Mereka tersenyum saat menyalamiku.

"Ya sudah Papa pergi dulu." Ucap Papa.

Dan Papa segera pergi meninggalkanku di rumah ini.

"Nak Bella, ayo masuk." Ajak tante Dera.

Aku memasuki rumah itu mengikuti langkah tante Dera yang telah masuk terlebih dahulu. Dan benar saja rumah ini bagus banget. Dekorasi dan ornament di rumah ini tampak classic dan sederhana tapi terlihat mewah banget. Rumah ini didominasi oleh warna krem dan coklat muda. Tante Dera mengajakku ke dapir untuk menemui anak-anaknya.

"Hai sayang kalian masih sarapan yah?" Tanya tante Dera kepada kedua anak itu.

"Iyalah Mah, emang ngapain lagi." Jawab anak yang namanya Ferlan.

"Oh iya, mamah mau ngenalin seseorang nih ke kalian." Ucap tante Dera.

"Siapa Mah?" Tanya anaknya yang paling tua. Tapi tunggu dulu, kok kayaknya aku kenal ya sama suara itu. Aku pernah dengar suara itu tapi dimana ya? Oh iya itukan suaranya...

Tiba-tiba tante Dera menunjuk ke arahku. Yang membuat kedua anak itu berbalik menghadap ke arah ku. Dan benar saja itu adalah Brian.

--------
Hai semua!!! Maaf ya kalo ceritaku ini jelek juga kata-katanya gak baku. Soalnya bingung nih mau nuanginnya kayak mana. Oh ya part selanjutnya nanti ya baru kubuat soalnya masih banyak kesibukan nih.

Yaudah bye.....
Jangan lupa vommentnya yaaa↖(^▽^)↗

Tangled LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang