"Lo mau jalan-jalan dulu gak?"
"Jalan-jalan kemana?"
"Nanti lo juga tau." Rachel hanya menghembuskan nafasnya.
Vero menghentikan motornya, Rachel menatap Vero bingung namun dia juga tetap turun dari motor Vero.
"Ayo kesana,"ajak Vero.
"Pasar malam?"
"Iya, ayo." Rachel mengangguk mengikuti langkah Vero dari belakang.
Vero menghentikan langkahnya saat matanya melihat penjual permen kapas.
"Lo mau?" Rachel mengangguk kecil.
Rachel dan Vero duduk di kursi kayu panjang yang ada di sebelah pedagang itu. Mata Vero terfokus kepada Rachel yang sedang memakan permen kapasnya.
"Kakak mau?" Tersadar sedari tadi Vero terus memperhatikannya.
"Boleh." Rachel sangka Vero akan menolak tawarannya.
Tapi saat itu juga tangan Rachel mulai aktif menyuapi permen kapas ke dalam mulut Vero.
Vero mengajak Rachel berkeliling kembali, kali ini Rachel yang menghentikan langkahnya terlebih dulu. Dia menatap wahana bianglala di depannya.
Vero yang sadar akan keinginan Rachel langsung menggenggam tangan Rachel lalu melangkahkan kakinya.
"E-eh mau kemana Kak?"
"Mau naik ini kan?" Tanya Vero menunjuk bianglala tersebut.
"Emang boleh?" Vero mengangguk dan hal itu membuat senyum Rachel mengembang.
Rachel dan Vero segera menaiki wahana bianglala, ketika ada seorang tugas yang membukakan pintu wahana tersebut.
Bianglala itupun berputar perlahan membiarkan para penumpang ini menikmati keindahan malam kota Jakarta.
Angin berhembus terasa sangat menyejukkan mengenai wajah Rachel. Rachel terlihat sangat senang berada di atas bianglala ini. Terbukti dari pancaran matanya yang menikmati wahana tersebut.
Senyum Rachel belum pudar sedari tadi dia tetap mengembangkan senyumnya saat melihat keindahan malam ini.
Vero terpaku melihat senyum Rachel.
"Cantik." Tanpa sadar Vero berucap demikian sambil tersenyum menatap wajah Rachel.
"Hah?"
"Gak!" Vero tersadar segera dia mengalihkan pandangannya.
"O-oh," sebenarnya Rachel mendengar ucapan Vero sebelumnya dia bertanya hanya ingin memastikan apakah dia tidak salah dengar. Namun ternyata jawaban Vero bukanlah yang di dengan Rachel tadi.
"Lo seneng." Rachel mengangguk antusias.
Dengan sengaja Vero mencopot kacamata yang dikenakan Rachel. Vero tersenyum menatap wajah Rachel yang tidak mengenakkan kacamata.
"Kalo lo gak rabun, ngapain pakai kacamata? Gini aja ya gua suka liatnya,"pinta Vero.
"Tapi aku gak terbiasa,"ucapnya menatap wajah Vero.
"Mulai sekarang dibiasain."
Tangan Vero terangkat mengelus pipi Rachel lembut. Dia mendekatkan wajahnya, meneliti wajah Rachel lekat-lekat.
Rachel merasakan hembusan nafas Vero menerpa wajahnya dia ikut memejamkan matanya. Perlahan tapi pasti Vero mencium kening Rachel lama dengan memejamkan matanya.
Vero membuka matanya dia melepaskan ciuman di kening Rachel. Tangannya terangkat menyentuh bibir Rachel dengan jari jempolnya.
"Boleh?" Vero meminta izin, seakan terhipnotis akan tatapan Vero Rachel hanya menganggukan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RACHELIA [SELESAI]
Random[Follow dulu yu sebelum baca, happy reading] ___________________ Sudah terbiasa bagi Rachel diabaikan dan diacuhkan oleh sang ayah, bahkan sesekali Rachel selalu ditampar dan dipukul padahal Rachel hanya melakukan kesalahan kecil dan tanpa disengaja...