malam sebelum perang

3K 537 50
                                    

setelah perjalanan kembali ke titik pertemuan, ray dan norman langsung membawa (y/n) kedalam untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. untungnya (y/n) hanya lemas karena kesetrum, pernapasannya masih lancar seperti biasanya. walaupun tubuhnya jadi lebih lemah dari sebelumnya.

setelah tiga jam istirahat, akhirnya (y/n) sadar kembali saat matahari mulai terbenam. awalnya (y/n) bingung melihat orang-orang bicara padanya tapi tidak mengeluarkan suara sama sekali, tapi begitu norman memegang telinganya, (y/n) baru sadar kalau earplugsnya masih terpasang dan dalam keadaan mute.

"apa sudah cukup?" tanya norman.

(y/n) mengangguk merasa sudah mendengar dengan jelas, "apa kalian baik-baik saja selama penyerangan di ibukota?" tanya (y/n).

emma berseru kesal + khawatir, "(y/n).. seharusnya kami yang bertanya seperti itu.. bagaimana bisa kau berniat melakukan misi bunuh diri itu,"

(y/n) terkekeh pelan, "ini pada awalnya memang misi bunuh diri, emma.. tapi aku melihat kesempatan lain untuk hidup jika melawan begitu aku merasa kalau para iblis itu semuanya bodoh," jelas (y/n) membela diri, "lagipula kalian yang muncul tiba-tiba saat itu langsung menghancurkan konsentrasi ku, tahu.." (y/n) tak bisa menahan tawanya begitu melihat wajah merajuk emma, "jadi.. kalian sudah berdamai?" tanya (y/n) menatap emma dan norman bergantian.

senyum emma kembali cerah, dia mengangguk mantap, "tentu!.. kami berbaikan lagi," ujar emma memeluk leher norman.

"ya.. lagipula.. hidup disini juga pasti akan lebih sulit," ucap norman melepaskan pelukan maut emma, "bukan tidak mungkin lagi kalau bisa saja para iblis nanti akan kembali memberontak dan menyerang balik kita, kejadian buruk ini akan terus terulang," tambah norman.

(y/n) mengangguk puas. dia juga melirik vincent, cislo dan barbara yang tampak setuju dengan apapun keputusan akhirnya, karena mereka percaya itu adalah hal yang terbaik. mengedarkan pandangannya, (y/n) menemukan ayshe yang sedang duduk di jendela, "ayshe.. tidak ada kah yang ingin kau sampaikan?" panggil (y/n).

don dan gilda menghampiri ayshe, "ayshe.. ini mungkin waktu yang tepat untuk meluruskan semuanya," ucap gilda.

"ya.. selagi semuanya sedang memperhatikan, dan ada (y/n) yang bisa membela mu," tambah don.

ayshe terdiam sebentar sebelum berjalan mendekati (y/n), dia berhenti di samping emma yang tampak kebingungan, "aku sudah tak ingin membunuh siapapun.. seperti yang kau katakan, ini hanyalah kesalah pahaman," ucap ayshe melirik norman.

"kau bisa bicara bahasa manusia selama ini!?" seru barbara dan cislo heboh.

"benarkan! aku juga kaget pada awalnya ayshe bicara bahasa manusia!" tambah hayato.

norman tersenyum canggung, "maafkan aku tentang itu.. tak masalah jika kau masih membenci ku, tapi terimakasih sudah mengerti," lirih norman, begitu ayshe kembali ke posisinya semula.

"nah.. dengan begini semuanya saling mengerti satu sama lain, jadi tidak ada lagi yang saling mendendam, kita semua satu ras," ucap (y/n) menepuk tangannya, "tapi.. musuh kita kali ini adalah ras yang sama dengan kita," tambah (y/n), tatapannya berubah dingin.

"yah.. si peter ratri itu, benar-benar menyebalkan," balas ray, "dia menyandera anak-anak dan memiliki dua ribu pasukan iblis di grace field.. itu belum ditambah orang-orangnya, jadi ini menjadi semakin merepotkan."

"tenang saja! kita pasti bisa menyelamatkan mereka!" ujar emma menepuk pundak ray.

(y/n) menepuk tangannya penuh antusias, "saa~ kalau begitu, emma lah yang bertanggung jawab dalam perencanaan penyelamatan anak-anak di grace field."

intermediary of two world || the promise neverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang