Pergi

2.5K 49 0
                                    

Sebuah pesta tengah digelar dengan mewah di kediaman Adlan. Banyak anak-anak kecil yang datang didampingi dengan orang tuanya. Mereka mengenakan berbagai atribut seperti princees kartun kesayangan mereka. Aaron yang datang ditemani oleh ayahnya nampak tampan dengan setelan jasnya.

Seluruh orang tua membiarkan anak-anak mereka berbaur dengan teman sebayanya, sementara para orang tua akan saling mengawasi mereka dari kejauhan. Aaron masih sibuk mencari setiap sudut rumah Adlan agar dirinya bertemu dengan Ella. Hampir sepuluh menit ia berkeliling mencari Ella tapi tak kunjung ia temui. Sampai akhirnya disebelah kamar mandi yang berada diujung lorong rumah ini terdengar isakan kecil. Ia pun bergegas mendekati ruangan itu dan memutar anak kunci yang masih tersangkut dibagian luar pintu.

Saat Aaron memutar hendel pintu ia menemukan apa yang sedang ia cari sejak ia menginjakan kaki di rumah ini. Ella menyembunyikan wajahnya diantara lekukan lututnya sembari menangis.

"Aster.." Aaron mendekati Ella dan membawanya keluar dari ruangan gelap itu

"Kak Aaron..hiks..hikss.."

Aaron membawa Ella keluar menuju ke taman samping yang tertata rapi di kediaman Adlan. Dibangku panjang Aaron dan Ella duduk bersisihan dan Aaron masih mendiamkan Ella yang masih sesegukan.

"Kamu dilarang pergi kesana??" Tanya Aaron sambil menatap ruang tengah yang mulai ramai dengan lagu tiup lilin

Dari sana mereka bisa melihat keramaian yang terjadi diruang tengah. Walau pun tidak seluruhnya terlihat karena terhalang dengan kerimbunan bunga yang tersusun rapi, tapi masih sedikit jelas untuk tahu apa yang sedang terjadi disana. Aaron menggenggam tangan Ella dan mengusap air mata yang masih belum kering dipipinya.

Aaron mengajak Ella menuju keruang tengah tepatnya diacara ulang tahun Aurel. Ella menghentikan langkahnya saat mereka sebentar lagi tiba diruang tengah tersebut.

"Jangan takut. Kakak selalu disamping Aster.." ujar Aaron membuat Ella kembali berjalan menuju kesana

Sesampainya diruang tengah Aaron tidak pernah melepas genggamannya dari tangan Ella. Walaupun saat mereka menikmati makanan yang sudah tersaji dimeja makan. Keduanya menjadi sorotan dari dua pasang mata yang sejak mereka datang keruangan itu sampai sekarang. Dua pasang mata itu pun menyunggingkan senyum dibibir mereka masing-masing.

"Anak mu sepertinya akrab dengan putriku, Jef.." aku Adlan yang tengah memperhatikan kedua anak mereka

"Aaron memang sering bercerita kepadaku tentang Ella. Jadi wajarlah mereka akrab, aku harap kau mengizinkan mereka bersahabat Dlan" Jefri menimpali

"Sepertinya putriku belum mengenalkan sahabat barunya kepadaku. Jika sahabat putriku anakmu pastinya aku tidak akan melarang Jef.."

Kini pandangan mereka kembali tertuju pada kedua anak mereka yang tengah berebut permen yang sedang dibagikan panitia dengan permainan. Siapa yang bisa memukul sebuah bungkusan berisi permen warna-warni yang tergantung ditengah-tengah keramaian dengan mata tertutup maka permen yang terdapat didalam bungkusan tersebut akan keluar sebagian sehingga anak-anak lain akan berebut memungutinya dilantai.

Tawa mereka pun pecah saat mereka berhasil memungut permen yang berjatuhan. Ella dan Aaron pun tak lepas dalam tawa mereka, mereka berdua pun ikut tertawa dengan yang lainnya dan baru ini Aaron melihat Ella yang tertawa lepas. Ia akan selalu membuat Ella tidak pernah lupa dengan tawanya saat ini.

Sejak pesta yang digelar keluarga Adlan untuk Aurel, Ella dan Aaron jarang bertemu seperti biasanya. Mereka hampir setiap saat bermain disore hari sepulang sekolah, bahkan minggu pun mereka akan selalu bermain ke rumah pohon. Dan sudah dua hari ini Ella tidak bertemu dengan Aaron ditaman atau pun dirumah pohon.

Ella sedih jika ia harus kehilangan sosok Aaron, dan selama ini Aaron yang mau menjadi temannya dan sebagai penghibur dikala Ella sedih. Ella tidak tahu kenapa Aaron tidak menemuinya, biasanya Aaron akan menjemputnya di rumah saat Aaron mengajaknya ke taman untuk bermain. Ella bingung apa yang sebenarnya terjadi dengan Aaron, apa dia marah dengannya?? Tapi disini Ella juga tidak tahu kesalahan apa yang sudah ia perbuat sehingga membuat Aaron tidak mau menemuinya lagi.

Adlan yang baru saja pulang dari kantor melihat putri kesayangannya sedang duduk merenung di dekat kolam renang segera menghampirinya dan menanyakan perihal yang membuat putri kesayangannya seperti sekarang. Adlan mendaratkan pantatnya disebelah Ella yang masih asik dengan dunianya sendiri.

"Apa sih yang sedang putri papa pikirkan??" Tanya Adlan dengan lembut

"Eh..papa kapan pulang. Ella kangen papa.."

Inilah yang selalu Ella lakukan saat ia sedang sedih, ia akan selalu bersikap manja dengan Adlan. Dengan sayang Adlan mengusap lembut rambut Ella.

"Karena Aaron ya??" Tebak Adlan dan melihat reaksi putrinya yang malu

"Kenapa dengan kak Aaron. Dia nakal sama Ella??" tanya Adlan lembut

Ella menggeleng lemah membuat Adlan menautkan kedua alisnya saat melihat jawaban Ella. Adlan pun mengubah posisi Ella dan menghadap kepadanya.

"Sekarang coba cerita sama papa" pinta Adlan

"Kak Aaron nggak mau main sama Ella lagi pa" ucapnya sarat dengan kesedihan

"Kenapa?? Apa Ella punya salah dengan kak Aaron?"

"Ella nggak tahu pa, tapi dua hari ini Ella ke rumah pohon, tapi nggak ketemu dengan kak Aaron. Ella kangen pa.. "

Adlan melihat ada selaput bening yang sudah membingkai dimata Ella

"Ya sudah kita ke rumah kak Aaron saja, nanti papa antar. Sekarang anak manis papa ini jangan sedih lagi ya. Senyum dong.." ujar Adlan menenangkan Ella

Ella pun tersenyum seperti biasa yang selalu menghangatkan hati Adlan saat melihat senyum manis Ella mengingatkannya dengan senyum manis seseorang yang masih tersimpan dihatinya. Tidak seorang pun yang bisa menggantikan posisinya sekali pun Maharani.

Sesuai janji Adlan, kini mereka berdua sudah berdiri di depan gerbang rumah Jefri. Salah satu satpam komplek yang sedang jaga menghampiri mereka berdua.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanyanya sopan

"Kok rumah pak Jefri sepi ya. Beliau kemana ya pak kalau boleh tahu??" Tanya Adlan masih melihat sekeliling rumah Jefri yang sepi

"Oh..pak Jefri dengan anaknya pindah keluar negeri pak. Katanya sih ke Singapura, dua hari yang lalu mereka berangkatnya pak.." terang pak satpam

Adlan melihat Ella yang tengah menahan air matanya yang akan tumpah ruah. Ia yakin jika Ella kehilangan sosok sahabat sekaligus kakak seperti Aaron. Dengan bertumpu pada lututnya agar sejajar dengan tinggi Ella, Adlan memeluk erat tubuh Ella. Seketika isakan kecilnya terdengar jelas.

"Jangan nangis sayang, kak Aaron pasti akan kembali. Dia pasti akan menemuimu, sekarang kita pulang ya.." bujuk Adlan

Dengan hati yang kosong Ella akhirnya mau meninggalkan rumah Aaron. Walaupun ia memiliki harapan kecil untuk bisa melihat Aaron kembali lagi dan bermain bersamanya lagi. Yang ia sesali kenapa Aaron tidak pernah mengatakan jika ia akan pergi meninggalnya. Andai saja Aaron mengatakannya mungkin Ella tidak akan kecewa seperti ini.

Sejak kepergian Aaron, kehidupan Ella kembali seperti dulu. Seperti saat ketiadaan Aaron disampingnya. Menangis dan memeluk boneka kesayangan yang selalu Ella lakukan saat kakak dan mamanya memarahinya. Bermain seorang diri di rumah pohon yang selalu mengingatkannya dengan Aaron. Kini hidup Ella tidak berwarna setelah kepergian Aaron yang selalu membuat hidupnya layak sebuah buku gambarnya penuh dengan warna.

Seperti hidupnya yang selalu penuh dengan cerita, bahagia, dan kenyamanan yang selalu Aaron berikan kepadanya. Semua sirna bagaikan hujan menghapus debu.

Satu part untuk flashback ke masa kecil Ella dan Aroon dulu ya guysss..

Nikah Paksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang