Merawat

1.9K 46 0
                                    

Entah sudah berapa lama Rion tertidur. Saat ia bangun tiba-tiba kepala terasa sangat sakit. Rion pun membaringkan kembali tubuhnya, ia meraba dahi dan lehernya. Dan benar saja seperti dugaannya ia terserang deman. Ia merutuki kesalahan dirinya yang kemarin sore berlarian dibawah guyuran hujan, bukan karena menikmati hujan atau ingin bermain, melainkan Rion harus menghentikan taksi didepan salah satu pusat pembelanjaan. Karena mobil yang biasa ia gunakan sedang diservice dan ia akan mengadakan meeting disalah satu restoran, ia pun memilih menaiki taksi. Dan sialnya saat menjelang pulang taksi yang ia pesan tidak kunjung datang dan pada akhirnya ia mencari taksi dipinggir jalan agar ia cepat rumah. Dan inilah akibatnya sekarang dia menjadi demam.

Bergerak saja susah, badannya terasa sakit semua. Sakit kepala yang tidak bisa ditolerir karena berdentum dengan hebat sampai membuat Rion meringis setiap ia mencoba berdiri. Ia akhirnya kembali tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Ella yang baru saja sampai di apartement pun segera masuk ke dalam kamar. Entah sejak tadi siang ia selalu ingin melihat Rion. Pikirannya tidak pernah lari dari rasa khawatirnya. Padahal setelah makan siang bersama Aaron, Ella sempat menelpon Lerry dan menanyakan keberadaan Rion. Saat tahu Rion sedang bertemu dengan salah satu kliennya diluar membuat Ella sedikit lega sekaligus khawatir. Padahal biasanya ia tidak akan merasa khawatir seperti sekarang, walaupun Rion pergi keluar kota sekalipun. Tapi ini entah kenapa mungkin ada yang salah dengan dirinya. Saat kakinya menginjak dilantai kamar, Ella melihat Rion yang bergelung dengan selimut. Dengan langkah panjangnya Ella mendekati Rion, wajah paniknya sangat jelas terlihat saat tubuh Ella sudah berada disamping Rion.

"Kak Rion, kamu kenapa??" Tanya Ella cemas

"Emmm.." racau Rion

Dengan hati-hati Ella meraba dahi Rion. Ia terkejut saat merasakan hawa panas yang ia rasakan disekitar dahi Rion. Dengan cepat Ella mengambil baskom dan kain untuk mengompres. Dengan telaten Ella terus mengganti kain yang sudah berubah dingin dikening Rion. Dan setelah memeriksa kembali suhu tubuh Rion yang lumayan sudah turun, membuat Ella bergegas membuatkan bubur.

Selama ini ia belum pernah merawat orang sakit, dan biasanya jika ia dilanda sakit separah apapun itu, Ella sendirilah yang merawat dirinya sendiri. Walaupun Ririn selalu memarahinya saat Ella tidak mengabarinya kedaannya yang sedang sakit. Dan kini ia harus merawat Rion dengan tangannya sendiri. Semoga ia bisa mengandalkan dirinya sendiri untuk mengurusi Rion yanng tengah terbaring sakit. Ia akan selalu berada disamping Rion sampai demam Rion sembuh.

Selesai membuatkan bubur Ella mengambil obat penurun panas yang selalu ia siapkan dikotak obat. Ia pun mengambilnya dan kembali membawa kekamar Rion.

"Kak, bangun kak.." ucap Ella lembut

Ia takut mengejutkan Rion, Rion membuka matanya dan dengan bantuan Ella kini ia sudah duduk bersandar
diranjangnya. Kepalanya memang masih pusing, tapi tidak seberat tadi. Ella mendekatkan mangkuk berisi bubur dan segelas air putih. Tanpa diduga Ella sudah bersiap menyuapkan bubur itu ke mulut Rion.

"Ayo kak..kakak harus makan terus minum obat" bujuk Ella saat Rion mengabaikan suapannya

Masih dengan semangat Ella menunggu Rion membuka mulutnya. Rion yang memang lapar pun akhirnya melupakan egonya dan menerima suapan dari Ella. Sebuah senyum manis terukir disudut bibir Ella saat Rion akhirnya mau menerima suapannya. Ella dengan telaten menyuapi Rion sampai semua bubur habis dilahap Rion. Ella juga membantu Rion meminum obatnya. Dan saat membantu menyodorkan gelas tersebut kedua tangan mereka bertautan dan mata mereka saling terkunci satu sama lain. Jarak mereka begitu dekat dan semakin dekat entah siapa yang menghapus jejak mereka berdua sampai mereka berdua bisa merasakan hawa nafas mereka menerpa wajah mereka masing-masing.

Ting Tong Ting Tong

Ella menjauhkan dirinya saat mendengar bunyi bel. Begitu pun Rion yang ikut beringsut jauh dan kecanggungan tercipta diantara mereka. Dengan terburu Ella melangkah meninggalkan Rion yang masih terdiam. Ella membuka pintu dan menampakan pak Kirno dengan membawa sebuah rantang bersusun tiga.

"Ada pak Kirno tumben kesini pak. Ada apa ya..??" Tanya Ella bingung

"Oh..ini bu, dirumah saya ada acara syukuran terus istri saya nitipin ini buat ibu Ella sama pak Rion. Maaf bu kalau isinya kurang enak.." ujar pak Kirno seraya menyerahkan rantang yang ia bawa

"Oh..makasih pak. Salam ya buat istrinya. Nanti saya dan pak Rion akan memakannya kok. Makasih ya pak.." ucap Ella menerima rantang tersebut

"Kalau begitu saya permisi bu, mau keliling dulu. Salam buat pak Rion, mari bu Ella.."

Kirno pun undur diri dari hadapan Ella. Dengan senyum yang masih mengembang pun ia membawa rantang itu menuju kedapurnya, saat ia membukanya terlihat jelas menggoda. Susunan pertama diisi dengan telur balado dengan tempe bumbu kecap. Susunan kedua kering tempe tahu plus teri medan yang sangat enak dan susuan terakhir ternyata berisi opor ayam yang sangat menggoda. Ia pun segera mencicipi masakan dari istri Kirno.

"Wahh..enak banget udah lama nggak makan kayak gini.." ujarnya dengan senang

Memang sudah lama ia tidak makan makanan seperti ini. Biasanya ia akan makan makanan ini jika menginap dirumah Ririn. Pasti ibunya Ririn akan masak seperti ini, opor ayam kesukaannya. Ia terkadang rindu dengan masa lalunya andai ia bisa mengulangnya lagi dan bisa hidup lebih lama, mungkin ia akan memasak berdua dengan ibunya Ririn.

Setelah selesai makan, Ella memasukan semua makanan yang ia dapat dari Kirno ke dalam lemari pendingin untuk bisa bertahan lama dan akan membawanya besok ke cafe Jihan. Ia pun segera membersihkan dirinya dan kembali menjaga Rion.

Rion sudah kembali tertidur, mungkin efek dari obat penurun panasnya sudah bekerja. Ella dengan perlahan mengusap peluh yang keluar dari dahi Rion menggunakan punggung tangannya. Panas tubuh Rion pun berangsur-angsur mulai turun, dan hal itu membuat Ella tidak secemas tadi. Ketika tangannya sudah menjauh dari dahi Rion, ponselnya berdering. Nama Aaron tertera dilayar ponselnya.

"Iya kak Aaron.." ucap Ella sedikit pelan dan bergeser ketepi ranjang menjauhi Rion

"Sekarang?? Em...gimana ya kak. Aster nggak bisa kalau malam ini. Maaf ya kak" ucap Ella dengan nada sedihnya yang menolak pergi dengan Aaron

Ella mematikan sambungan teleponnya dan kembali duduk disisi ranjang Rion dan kembali melakukan kegiatan seperti biasanya, memandangi wajah lelap Rion. Tapi saat ia hendak menoleh menatap Rion, mata yang tertutup tadi ternyata sudah terbuka sempurna. Apa mungkin Rion terbangun karena suara Ella menerima telepon Aaron tadi. Pikiran Ella membuatnya merasa bersalah kepada Rion yang sudah membangunkannya.

"Maaf kak, udah ganggu tidur kak Rion.." ujar Ella pelan

"Aku Cuma kebangun karna..kar..karena haus. Iya aku haus aku mau minum.." ucap Rion dengan gugup

Dengan sigap Ella membantu Rion minum. Sebenarnya Rion terbangun karena suara Ella yang sedang berbicara dengan seseorang yang Rion yakini adalah Aaron. Dan yang membuat Rion bingung adalah kenapa Ella sepertinya menolak ajakan Aaron. Apa dia mau menjaganya yang sedang sakit ini.

Hati Rion berbunga jika yang ia harapkan benar. Ella akan menjaganya malam ini. Selesai minum Rion kembali rebahan dan mencoba memejamkan matanya kembali tapi sialnya mata itu tidak mau tertutup seperti semula. Sekarang ia hanya menatap langit-langit kamarnya dan mengawasi dengan ekor matanya melihat pergerakan Ella yang sedang duduk disampingnya yang sepertinya sangat sibuk memainkan ponselnya.

Mungkin ia sedang chattingan dengan Aaron. Gerutu Rion.

"Lebih baik kau mematikan ponselmu karena cahayanya menganggu tidurku" ucap Rion dingin


Wkwkkkk...
Cemburu nih..😋😋😋

Nikah Paksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang