Suami

1.7K 43 0
                                    

"Kenapa dengan Ella, Tan?" tanya Rion dengan cemas

"Keadaannya menurun.."

"Kita harus kesana. Ayo Tristan jangan buang waktu" ucap Rion dengan panik

Mobil mereka berdua pun melajukan dengan cepat menuju rumah sakit. Tristan tidak tahu kenapa bisa keadaan Ella menurun. Padahal pagi tadi ia sempat memeriksa Ella dan keadaannya sudah mulai stabil. Tristan melihat Rion yang duduk disampingnya, raut cemas sangat tersirat dimatanya. Dan tidak henti-hentinya Rion merapalkan do’a untuk Ella. Tristan tahu jika Rion sangat mencintai Ella, ia akan mencoba melakukan yang terbaik untuk Ella agar Rion bisa kembali hidup dengan penuh semangat.

Tristan dan Rion pun berlari menuju keruang perawatan Ella. Didalam sana Aaron terkejut saat melihat Rion datang bersana dengan Tristan. Dia menarik Rion keluar dari ruangan sebelum Ella mengetahui kedatangan Rion.

Rion melepaskan cengkraman Aaron saat mereka sudah berada diluar ruangan. Nafas Aaron memburu dan menatap tajam kearah Rion.

"Mau apa lo kesini? Belum puas melihat Ella menderita hidup dengan lo hah?? Sekarang lo mau lihat dia mati perlahan??"

Bukk!!

Rion melayangkan bogemnya tepat diperut Aaron. Aaron mengerang kesakitan memegang perutnya.

"Gue nggak pernah mengharapkan Ella hidup menderita dengan gue. Dan jaga mulut lo, gue nggak akan biarin Ella mati karena gue cinta sama Ella!!" bentak Rion

"Cinta?? hah.. mana ada mahkluk macam lo bisa mencintai wanita sebaik Ella. Nggak akan MUNGKINN.." ejek Aaron membuat Rion naik darah

"Lo nggak ngerasain apa yang gue rasain selama Ella nggak ada disamping gue. Dan betapa gue nyesel lihat orang yang gue cinta berjuang sendiri melawan penyakitnya. Dan kalian semua menyembunyikan ini dari gue. Gue masih suami Ella yang sah asal lo tahu!!"

Napas Rion naik turun dengan cepat mengeluarkan apa yang sudah lama ia pendam

"Gue tahu lo suaminya, Ella. Tapi gue yakin Ella sebentar lagi minta cerai dari lo"

Bukkk!! Buuukk!!

"Hentikannn!!"

Rion menggantungkan pukulannya diudara, saat Tristan menengahi mereka. Aaron memegangi perutnya yang sakit akibat pukulan Rion yang membabi buta.

"Kalian apa-apan hah?? Apa dengan berkelahi Ella bisa sembuh. Rion lebih baik kau ikut aku. Aaron kembalilah ke ruangan, Ella tadi mencarimu.."

Tristan segera menarik Rion menuju ke ruangannya. Jika saja ia terlambat menghentikan aksi Rion, mungkin Aaron akan luka parah. Setelah selesai memeriksa kondisi Ella yang sempat menurun, Tristan sudah tahu jika Rion dan Aaron akan saling meluapkan emosi mereka. Dan setelah memastikan Ella kembali sadar, Tristan menghampiri mereka.

"Bagaiaman keadaan Ella??" Tanya Rion ketika mereka masih dalam keheningan

"Sudah membaik, walaupun harus sering dipantau. Untuk sekarang kau tidak usah khawatir, ada Aaron yang menjaga Ella. Sekarang kau harus bisa mengendalikan emosi mu baru kau boleh menemui Ella" ujar Tristan

Tristan meninggalkan Rion diruang kerjanya karena ia masih banyak pasien yang harus ia periksa.

Rion memantapkan hatinya untuk melihat Ella walaupun dari jauh. Dirinya sudah berdiri didepan pintu ruang Ella dirawat. Ia melihat Ella yang sedang disuapi oleh Aaron. Ella terlihat pucat dan tubuhnya berubah lebih kurus dari sebelumnya. Ada rasa sakit saat melihat Ella seperti mayat hidup. Rasa penyesalan begitu besar dihati Rion, dan meloloskan bulir air mata dimatanya.

"Ella..maafin aku.Maaf.." lirihnya



☘️☘️☘️

Setelah mengetahui keadaan Ella yang kembali stabil dihari-hari berikutnya, Rion tetap mengunjungi Ella, walaupun dalam jarak yang jauh, Rion sudah cukup merasa tenang. Walaupun didalam hatinya ia sangat ingin merengkuh tubuh Ella ke dalam pelukannya dan membagi sakit yang ia derita. Ia tidak ingin melihat Ella menderita seorang sendiri.

Saat ini Rion memandangi Ella yang duduk diatas kursi roda ditaman rumah sakit, tentunya dengan Aaron. Dengan setianya Aaron selalu menjaga Ella. Rion iri dengannya, coba saja posisi Aaron kini dirinya yang menempati. Mungkin Rion akan senang hati merawat Ella.

Ella menatap kosong ke depan. Sebelum kepalanya kembali sakit kemarin malam, Ella seakan melihat Rion berlari panik masuk ke dalam ruangannya. Tapi semuanya menjadi gelap sebelum ia menyakinkan matanya benar atau salah dengan apa yang ia lihat. Dan saat ia kembali membuka matanya, hanya Tristan dan beberapa perawat yang ada diruangannya. Ella yakin saat itu jika ia hanya berhalusinasi saja melihat kehadiran Rion. Mana mungkin Rion tahu keberadaannya sekarang. Ella kembali menghela nafas beratnya yang kembali menyesakkan dadanya.

"Kamu kenapa Aster, kepalamu kembali sakit??" tanya Aaron yang sudah bersimpuh didepannya

"Nggak kak, Aster nggak kenapa-napa, hanya sedikit lelah.." aku Ella

"Ya sudah kita kembali ke kamar. Kamu harus istirahat"

Aaron mendorong kursi roda Ella dan mengajaknya kembali ke ruangan. Ia tidak mau melihat Ella seperti kemarin malam, yang kembali mengalami sakit kepala yang sudah hampir tiga hari ini tidak kambuh. Aaron panik saat melihat Ella yang meringis kesakitan ketika denyutan itu kembali menyerang kepala Ella. Ia pun memanggil suster sebelum sesuatu terjadi pada Ella.

Aaron membantu Ella berbaring ke ranjangnya. Setelah memastikan Ella terlelap ia keluar dari ruangan dan menemui seseorang yang sedari memandangi mereka berdua.

"Lebih baik lo pulang dan jangan ganggu Ella lagi" ucap Aaron tepat disamping Rion yang sedang berdiri disamping ruang perawatan Ella

"Gue nggak bakalan nyerah. Asal lo tahu gue nggak akan pernah ceraiin Ella sampai kapan pun" tegas Rion

Rion melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Ella, Aaron mencoba menahan langkah Rion. Ia tidak ingin Ella bangun dan kembali sedih melihat orang yang ia cintai mengetahui yang sebenarnya akan keadaannya. Rion menepis tangan Aaron dibahunya, ia melangkah dengan pelan mendekati ranjang Ella. Mata indah itu masih sama walaupun terlihat sedikit sembab. Rion merindukan mata indah itu menatapnya dan menyambut kedatangannya dengan senyum manisnya. Rion juga rindu dengan bibir Ella yang saat ini terlihat pucat dan tanpa seulas senyum disana. Dulu hampir setiap hari Rion disambut dengan senyuman manis itu dan terkadang juga bibir itu membalikan semua perkataan Rion. Bibir yang terkadang tiada henti berbicara saat mereka sedang bertengkar. Rion juga merindukan tangan mulus itu, tangan yang tercantap infus saat ini. Dengan tangan itu, Rion selalu dimanjakan dengan berbagai masakan Ella dan, selain dirinya tangan itu juga telah membuat seseorang bisa makan saat mereka sulit mendapatkan makanan.

Saat Rion hendak memegang tangan Ella, Aaron sudah lebih dulu menarik tubuhnya sampai keluar dari ruangan. Rion mendorong tubuh Aaron dengan kasar.

"Lebih baik lo pergi. Jangan pernah datang lagi kesini" ketus Aaron

"Yang lebih berwenang itu gue sebagai suaminya. Bukan-"

"Mana ada suami yang tidak pernah menganggap istrinya. Apa itu masih pantas dipanggil suami" sela Aaron

Telak. Rion membisu benar apa yang dikatakan Aaron. Ia tidak  memungkiri itu, selama ini ia tidak pernah menganggap Ella ada. Ia hanya menganggap Ella sebuah bayangan. Bahkan Ellalah yang menjaganya saat ia sakit, tapi Rion tidak pernah mengucapkan terimakasih atau menunjukan sikap baiknya.

"Kenapa diam?? Baru sadarkan lo. Sekarang lo pergi"

Rion menabrak sedikit tubuh Aaron saat ia melangkah pergi. Dengan senyum menang Aaron kembali masuk ke dalam ruangan. Mengistirahatkan pikiran dan hatinya yang meradang marah, sampai kapan pun ia tidak akan mengizinksn Rion bertemu dengan Ella.


☘️☘️☘️

"Kak Aaron.."

Aaron mendekati Ella yang sudah terbangun dari waktu istrirahatnya. Hari juga sudah menujukan waktu sore hari. Cukup lama Ella beristirahat hari itu.

"Kak tadi Ella mimpi lihat Rion datang kak.." ucapnya






Hayo loh...
Gimana noh, bakalan ketahuan ngk ya kalau Rion emang ada didekatnya??
Next part ya😁😁😁

Nikah Paksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang