24. Makam

582 32 0
                                        

Kondisi Claudy semakin hari semakin memburuk, kini sudah 2 bulan ia koma. Claudy masih setia memejamkan matanya dan masih terbaring lemas.

Sahabat-sahabatnya tetap setia menemani tidur panjang Claudy. Bara juga menepati janjinya untuk selalu menjenguk Claudy dan membawakannya bunga mawar merah.

Elang semakin menyalahkan dirinya sendiri. Tubuhnya mengurus karena pola makannya tak teratur. Setiap kali Candra, Andre, dan juga Kevin menyuruhnya untuk makan, ia menolak. Selalu saja menjawab jika dirinya tidak lapar.

Tok tok tok

Setiap jam 20.00 ruang inap Claudy selalu terdengar ketukan pintu. Keempat sahabatnya sudah hapal, pasti yang datang adalah Bara.

"Tuh udah jadwalnya Bara jenguk, bukain pintu sana" ucap Candra memerintahkan Andre untuk membuka pintu

Mereka kini menjadi layaknya seorang teman. Perlahan-lahan Bara akrab dengan Candra dan juga Kevin. Walaupun Andre dan Elang masih menatap tajam saat ia ada di sana. Ia mengira jika Candra dan Kevin adalah orang yang gak asik, tapi dugaannya salah. Ternyata mereka tipe orang yang suka bercanda dan pembicaraannya dengan mereka sejalan.

"Masuk, waktu lo 15 menit dari sekarang" Andre masih saja cemburu jika Bara datang menjenguk Claudy

Bara segera masuk dan melangkahkan kakinya menuju Claudy. Dilihatnya wajah yang terpejam dengan damai tersebut. Kakaknya tak mengetahui jika setiap malam Bara datang menjenguk Claudy. Seiring berjalannya waktu, Bara mulai ada rasa dengan Claudy. Padahal ia hanya melihat wajahnya saja, berbicara pun sesaat sebelum Claudy kecelakaan.

"Gue datang lagi, tapi lo masih aja belum sadar" Bara menggenggam tangan Claudy

Kevin melihat nakas yang berada di samping ranjang Claudy. Terdapat banyak bunga mawar merah bawaan Bara di sana. Ia tak tau apakah Bara benar-benar tulus mencintai Claudy. Ia hanya bisa berharap yang terbaik untuk sahabatnya itu.

Masih saja sama, Bara menghabiskan waktunya yang tersisa untuk memandangi wajah Claudy. Semakin lama ia memandang, semakin besar juga rasa yang tumbuh di hatinya. Bara sudah terjebak di topengnya sendiri. Seharusnya ia hanya berpura-pura kan? Tapi takdir mengubah kepura-puraan itu menjadi sebuah rasa yang tulus.

Benci bisa jadi cinta, dan cinta bisa jadi gila. Bara tak bisa membohongi perasaannya, ia sadar jika hatinya menyimpan rasa pada Claudy.

Saat semuanya sedang fokus dengan kegiatannya sendiri-sendiri, tiba-tiba bedside monitor yang awalnya bergelombang berubah menjadi garis lurus.

"Claudy! Claudy!! PANGGIL DOKTER CEPET!!!!" Bara yang melihat itupun berteriak menyadarkan teman-temannya

"Can panggil dokter ceper Can!" Andre panik, ia menghampiri tubuh Claudy

"Nggak Dy, lo nggak boleh pergi!" Kevin menggoyangkan tubuh Claudy

"Permisi, silahkan keluar dulu" Dokter dan para suster datang ke ruang Claudy dan segera memberi pertolongan kepada Claudy.

Mereka menuruti perintah Dokter lalu segera keluar dari ruangan. Elang menangis ia memukuli kepalanya sendiri begitu juga dengan Andre. Mereka semua sangat khawatir dengan kondisi Claudy.

"Lo nggak boleh pergi Dy, nggak boleh" Candra menahan air matanya yang sebentar lagi akan jatuh

"KALIAN APA-APAAN SIH! SEHARUSNYA KALIAN BERDOA BUAT KESELAMATAN CLAUDY! BUKAN MALAH NGOMONG YANG ENGGAK-ENGGAK! UCAPAN ITU DOA!" Kevin marah karena teman-temannya hanya menangis dan lupa mendoakan Claudy agar selamat

Bara yang kaget dengan kejadian tadi hanya bisa diam, ia tak bisa berpikir jernih. Ia bingung harus bahagia seperti kakaknya atau malah menangis jika Claudy benar-benar pergi dari dunia ini.

LEADER GIRL THE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang