Sudah hampir satu bulan sejak hari ulang tahun Gavin, semua terlewati dengan begitu saja, meski setiap jalan selalu ada saja duka yang mampir. Siang ini, Lala tengah sibuk berkutat pada alat masaknya, hari ini ia akan memasak makanan kesukaan keluarga kecilnya. Hanya masakan sederhana dengan bahan seadanya tetapi memiliki rasa yang begitu istimewa, resep yang ia dapatkan dari seorang Rani—wanita yang telah melahirkan sahabatnya, Bara.
"tinggal tunggu airnya menyusut, habis itu tambahin daun bawang. Hmmm, wangi"gumamnya. Kedua sudut bibir wanita itu terangkat sempurna karena merasa bangga dengan pencapaiannya hari ini.
Tak ada 10 menit, air masakan mulai menyusut. Ia segera menaburkan daun bawang dan mengatur besar/kecilnya api. Begitu dirasanya cukup, ia mematikan kompor dan berlalu mengambil piring saji, memindahkan hasil masakannya itu kedalam piring saji dan menata nya diatas meja.
Meja makan sudah lengkap dengan menu sederhana dengan rasa bintang lima, "ini, kalau Lele disini pasti nasi se-rice cooker habis sama dia"gumamnya sembari terkekeh karena membayangi jika tiba-tiba saja seorang Leon akan datang dan menjajah meja makannya.
"buna,"
"Astaga—"Lala menghela nafasnya, ia baru saja dikejutkan dengan kehadiran putra sulungnya yang tiba-tiba muncul dengan raut wajah yang semrawut.
"maaf."
Lala tersenyum hangat, memegang kedua pundak putra sulungnya, tatapannya begitu hangat dan menenangkan yang membuat Anshel ingin menangis seketika.
"r u okay?," tanyanya dengan suara lembut. Jika mode seperti ini, wanita itu akan terlihat seperti ibu peri yang ada dalam drama-drama.
"no."
"come!," Lala merentangkan tangannya yang disambut dengan cepat oleh Anshel. Remaja itu menghambur kedalam dekapan hangat seorang wanita yang akan selalu menjadi cinta pertamanya.
Melihat bahu sang putra yang bergetar, Lala paham. Masalah yang dihadapi oleh putra sulungnya ini benar-benar menganggunya. Sebab, Anshel tidak akan mau menangis jika itu bukanlah hal yang menurutnya, eum—kalian cari jawabannya sendiri deh.
"it's okey, kak. Everything will be fine, buna disini"
Anshel sedikit mengurai dari dekapan sang buna, remaja itu menatap sang buna dengan mata yang sembap. "buna gak mau tanya alasan kakak gak baik-baik aja?,"
Lala terkekeh kecil, meski sudah memasuki usia remaja, putra sulungnya akan tetap terlihat menggemaskan dimatanya titik.
"enggak, buna gak akan tanya sebabnya apa, karena gak semua hal tentang kakak harus buna tau, kakak pasti sudah memiliki privasi sendiri, jadi tugas buna hanya dampingi kakak dan mendengarkan segala apapun yang akan kakak ceritakan, ingat itu."
Anshel kembali mendekap sang buna, "kakak bersyukur banget bisa lahir jadi anaknya buna, terima kasih. Kakak mau cerita sama buna, tapi enggak sekarang."
"it's okey, kak. Buna tetap ada disini kok."
"love u bunaa!"
"love u more, anak buna"
———
"mau berkuda?,"tawar Gavin dengan senyum manis khas miliknya. Lala yang tengah membaca novel miliknya lantas mengalihkan pandangannya, menatap suami tampannya dengan setelan khas orang yang ingin berkuda.
"lain kali ya, soalnya aku habis ini mau temenin Vier bimbel online,"tolaknya dengan senyuman manis yang menurut Gavin itu adalah hal tercandu yang pernah ia rasakan selama hidup di bumi.
"okey, aku juga gak jadi deh. Mau liat si adek bimbel,"
Lala menggeleng, "enggak, yah. Kalau kamu ikut temenin adek bimbel online bareng aku, yang ada Nio bisa drama. Mending kamu temenin dia yang lagi ngerecokin Yusuf dan Anshel yang main golf,"ujarnya.
"no, aku mau kamu, titik."
Wait, ada apa gerangan suaminya manja seperti ini.
"tapi kalau Nio drama, kamu yang ladenin ya, aku gak mau tau pokoknya," putusnya.
"ay-ay captain." cengir Gavin yang menunjukkan deretan giginya. Aih, jika seperti ini tidak seperti seorang bapak yang sudah punya 4 bujang.
Benar saja, sejak 10 menit yang lalu tak henti-hentinya si anak tengah—Nio mendrama. Bocah itu terus mengeluarkan banyak kata-kata melankolis, sungguh, Nio lebay sekali.
"kenapa kalian jahat sekali kepada daku?, disaat daku bermain golf hanya di temani seorang maid, sedangkan curut ini ditemani kalian. Sungguh, kalian tega wahai ayah dan buna-ku sayang"
Cukup. Lala sudah tidak mau mendengar lagi segala hal yang terbit dari bibir si anak tengah. Ia lelah, sungguh.
"buna?" panggilnya dengan nada sedih yang dibuat-buat. Pasrah, satu kata yang hanya bisa mewakili perasaan dari ibu 3 anak itu.
"hm?,"
"mengapa buna sungguh tega kepada ku? Mengapa buna lebih memilih untuk menemani Vier yang bimbel, sungguh, bimbel itu membosankan wahai, buna. " Lala menghela nafasnya, sudah kehabisan kata-kata untuk menghadapi putra tengahnya itu.
Wanita itu beranjak, memeluk tubuh Nio dan mengecup keningnya, " sehat lan waras yo le, sirahi buna ki mumet lho ndelok tingkah laku-mu sing absurd koyo ngene iki" kan. Sudah, keluar sudah bahasa ajaib sang ibu ratu yang membuat Nio terdiam.
((sehat dan waras ya nak, kepala buna pusing lihat tingkah laku-mu yang absurd kayak gini ini))
"AAAAAA NIO DI PELUK BIDADARI!!!!HELP, BUTUH OKSIGEN NIH!! AMBULANCE MANA?!!?!? NINUNINUNU,"
"ya Allah, kumat,"gumam Lala yang benar-benar sudah sangat lelah sekali menghadapi tingkah laku putranya itu.
Lala memilih untuk ke kamar, ia ingin merendam tubuhnya di bathup sekaligus menenangkan pikirannya. Memiliki putra seperti Nio memang sangat menguji kesabaran, meski begitu Nio itu termasuk garda terdepan dalam membela sang ibunda.
Pokoknya kalau ada yang jahat sama buna, Nio mau maju paling depan, maju aja dulu soal kalah atau menangnya sih belakangan, yang penting sudah maju demi buna.
Sedangkan di posisi awal, Nio masih saja melangsungkan aksinya. "udah bang, udah. Capek ah, tidur siang aja gih sana!" titah Gavin, agaknya bapak-bapak itu juga sudah lelah.
"ayah, abang tuh bukan anak bayi lagi yang harus ayah suruh bobo siang, abang tuh udah besar! Jadi, jangan suruh-suruh abang buat bobo siang!" protesnya sembari berkacak pinggang, jika begini Nio tuh gemes banget!!!!.
"sssst! Abang jangan berisik, adek mau baca doa bareng sama ibu guru, soalnya nanti les nya mau libur." yang bungsu mengajukan sebuah protes pada yang lebih tua.
"o-oh okey!" Kan! Nio tuh sebenarnya gemess banget, hanya saja tertutup dengan sifat dramanya yang alay itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Missing Puzzle Piece END
RomanceSEQUEL OF AQUEENESYA *** "percayalah, bahwa skenario Tuhan jauh lebih indah dari yang kita harapkan" -Gavino Fadly Alamsyah. /// "Terima kasih Tuhan, atas karunia-Mu. Dan terima kasih telah meng-anugerahkan 3 malaikat kecil untuk kami" -Syahla Aquee...