"permisi, ada yang namanya Anshel?," seorang laki-laki berperawakan tinggi itu melongokkan kepalanya di depan pintu kelas X IPS, dimana itu adalah kelasnya Anshel.
Sang empu yang merasa namanya dipanggil pun lantas mengangkat tangannya, kemudian berdiri hendak menghampiri laki-laki yang memanggilnya barusan. "ada apa ya, kak?,"
Tak menjawab, laki-laki itu hanya diam dan meneliti setiap inci tubuh Anshel, terlebih bagian wajah. "muka lo imut, manis, tipe yang soft. Kita nggak mirip," Anshel mengangkat sebelah alisnya, menatap bingung orang di depannya ini.
"tck, lo Anshel 'kan?,"
"eung?," laki-laki yang berdiri tepat di hadapannya kini mencubit kedua pipi milik Anshel dengan gemas, anehnya perlakuan tersebut tak ada penolakan sama sekali dari sang empu.
"lo gemes banget!,"
"tunggu, lo siapa?,"
"gaboleh la lo la lo, gak sopan!."
Anshel berdecak, "ya terus?, kakak tuh siapaa?,"
"gue Kenzie, abang lo!." jawabnya dengan santai.
"HAH?!, OH, jadi lo yang di mirip-miripin sama gue? NGGAK! gantengan gue!,"
"shut up ur fuckin mouth, Anshel!." tiba-tiba saja Langit berada di sebelahnya dan berkata demikian yang membuat Anshel meringis.
"maklum aja, adek gue masih bayi jadi suka meniru apa yang dia tangkap,"timpal Kenzie dengan senyuman tengilnya.
"idih, gue bukan bayi!—oh satu lagi, bukti mana kalo lo emang Kenzie,"
Laki-laki itu mengeluarkan dompetnya, dan mengambil selembar foto polaroid berukuran 2R yang menunjukkan dua anak laki-laki yang saling tersenyum kearah kamera dengan yang lebih kecil berada di gendongan yang lebih tua.
"yang di gendong di punggung itu, bokap lo 'kan?," Anshel meneliti foto yang hampir usang itu, tak lama matanya melongo setelah beberapa detik mengamatinya.
"IH INIMAH SI GAVIN!," hebohnya. Langit yang berada di samping Anshel lantas menoyor kepala sahabatnya itu dengan pelan.
"bapak lu, bodoh!."
Anshel meringis, kemudian balik bertanya pada laki-laki yang bernama Kenzie itu. "terus, ini siapa? Bapaknya Gavin, apa om?,"
"please. Yang masuk akal kek, itu masi keliatan sama-sama muda. Yang gendong bokap lo itu, bokap gue, Gevan namanya."jelasnya.
"woah! Gevan dan Gavin, kembar kah?,"
"enggak, cuma kata bokap gue dulu nena pengen banget punya anak kembar tapi ga kesampean, akhirnya ya gitu, nama kedua anaknya jadi samaan walaupun beda dikit,"jelasnya. Anshel mengangguk paham
"owh gitu, nena tuh siapa?,"
Melihat ekspresi Anshel saat ini ingin rasanya Kenzie mengarungi adik sepupunya itu, benar-benar menggemaskan untuk ukuran anak kelas 1 SMA. "Nena tuh, nenek Yuna"
"owh, nena tuh neyun. Iyasih, lebih keren nena,"monolog Anshel yang membuat Kenzie dan Langit saling bertapapan.
"anaknya emang sering begini?," tanya Kenzie pada Langit, yang langsung diangguki tanpa ragu sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Missing Puzzle Piece END
RomanceSEQUEL OF AQUEENESYA *** "percayalah, bahwa skenario Tuhan jauh lebih indah dari yang kita harapkan" -Gavino Fadly Alamsyah. /// "Terima kasih Tuhan, atas karunia-Mu. Dan terima kasih telah meng-anugerahkan 3 malaikat kecil untuk kami" -Syahla Aquee...