14. - perjuangan buna

934 80 61
                                    

Sedari tadi Lala tak henti-henti nya beristighfar, dokter bilang ini baru pembukaan ke 4, tapi rasanya sakit sekali

Ia sudah menangis sedari tadi karena sakit yang luar biasa, tulangnya terasa  remuk, sungguh ini menyakitkan.

"yaampun Na, tenang ya?" Gavin tak kalah panik, melihat istri nya yang terus menangis karena merasakan sakit ia jadi bingung sendiri harus melakukan apa

"sshh-sakit mas" cicitnya, air matanya terus mengalir Gavin hanya bisa bantu doa dan menenangkan

Ia mengecup kedua mata istrinya yang basah karena menangis, sembari menenangkan sang istri ia juga terus berdoa kepada Tuhan agar semuanya berjalan dengan lancar dan baik-baik aja

"hiks, ini ss-sakit b-banget" isaknya, tangannya meremas ujung baju Gavin.

"sstt, tenang sayang. Kita berdoa aja sama Tuhan,"

"ssh-sakit!" pekiknya, kemudian disusul isak tangis yang semakin menjadi

Sungguh, rasanya Gavin benar-benar tidak tega. Sesakit itukah rasanya? Apa se-susah ini perjuangan seorang ibu demi anaknya?,

"panggil dokter ya?"

Gavin memencet tombol di sebelah ranjang persalinan, tak lama dokter yang akan membantu persalinan Lala pun datang menghampiri dan mengecek kembali keadaan Lala

"sabar ya bu, tunggu sebentar lagi"

"apa nggak bisa operasi caesar saja dok?" tanya Gavin, sungguh ia khawatir sekali dengan keadaan Lala saat ini

Dokter perempuan itu tersenyum dibalik maskernya, "tidak perlu pak, karena ini sebentar lagi,"

"hiks, dokter ssh-sakit"

Mendengar rintihan sang pasien, dokter tersebut kembali memeriksa dan tersenyum

"sus, siapkan semuanya." titahnya

Dokter tersebut mengerahkan para perawat untuk membantu proses persalinannya Lala

Gavin pun sudah siap dengan segala cakaran dan lain-lainnya saat menemani proses persalinan sang istri

"tarik nafas ya bu" ujarnya memberikan aba-aba

Lala mengikutinya dan mulai mendorong sekuat mungkin, Gavin ikut ngilu melihat perjuangan istrinya demi buah hati mereka

Ia membisikan kalimat-kalimat penenang untuk Lala agar tetap bertahan untuk dirinya dan anak-anak mereka.

"jangan diangkat bu bokongnya!"

"iiihh gimana?! Sakitt bangett inii!!" pekiknya

Ini Gavin antara mau tertawa atau kasihan melihat istrinya seperti ini.

"ayo, bu sekali lagi! Ini udah keliatan tuh kepala si dede nya,"

Dengan sekali dorongan, akhirnya Lala merasa lega. Benar kata Lia, rasa sakit yang menyerangnya tadi, hilang begitu saja saat mendengar suara tangisan bayi yang memenuhi ruangan persalinan tersebut.

Gavin menghela nafasnya lega, ia langsung mengecup kening Lala dengan lama sembari menggumamkan kata-kata terima kasih.

Lala tersenyum tipis, "sayang makasih untuk perjuangan kamu demi anak kita! Terima kasih"

——

"Sasya" Lia langsung memeluk tubuh adik perempuannya itu dengan erat, ia merasa bangga dengan adik manja nya yang satu ini

"lo hebat! Hebat banget Sya! Kita hebat!, perjuangan lo akan terbayar dengan kasih sayang dari anak-anak lo kelak,"

Lala mengangguk, ia kembali memeluk Lia dan menumpahkan segala air matanya. "beneran Li, tadi tuh rasanya sakitttt banget, kayak mau mati, tapi tiba-tiba ngerasa lega dan pengen terus bertahan pas denger anak gue nangis."

You're My Missing Puzzle Piece ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang