53. bayinya bunda?

517 76 63
                                    

Lala menatap sosok bayi mungil yang saat ini tengah tertidur pulas diantara kedua kakaknya, yakni Anshel dan juga Nio. Kedua bocah itu benar-benar tidak menjauhi sang adik dan terua menempelinya, sungguh menggemaskan.

Omong-omong, ia juga sudah pulang dari rumah sakit sejak dua hari yang lalu, Lala sempat keteteran saat si bayi bangun tengah malam karena lapar. Tetapi, ia merasa sangat bersyukur karena kedua putra nya yang lain bisa mengerti dan mengalah dengan sang adik bayi.

Lala tersenyum hangat hingga ia tidak sadar bahwa ia menitihkan air matanya, sungguh tidak menyangka bahwa kisah nya akan berakhir indah seperti ini.

"Buna?" Anshel menggeliat sembari menggosok-gosok matanya, anak itu tersenyum lebar menunjukan deretan gigi susunya yang semakin bertumbuh banyak.

"jangan digosok gitu matanya, nanti iritasi sayang" peringatnya.

Anshel bangkit perlahan-lahan, memilih turun dari ranjang dan mengitarinya hanya untuk menghampiri sang buna. Memeluk kaki wanita yang sangat ia sayangi itu dengan erat, membuat Lala meringis saat membungkukkan badannya untuk sekedar mencium kepala sang putra sulung.

Melihat raut wajah sang buna yang meringis, Anshel pun ikut meringis. "sakit ya buna?" tanya-nya dengan raut wajah khawatirnya.

Lala tersenyum tipis, "eum, sakit nya bakal hilang kalau kakak peluk buna" ujar Lala yang membuat Anshel langsung memeluk sang buna.

Anshel si anak manis dengan segala tingkah dan perilaku-nya yang selalu membuat Lala menghangat, anak yang selama ini terpisah darinya sudah kembali pada pelukannya. Jujur saja, ia sebenarnya agak kecewa dengan Gavin yang merahasiakan semua ini darinya, tetapi Lala percaya bahwa Gavin memiliki alasan yang membuatnya harus melakukan semua ini dan berakhir dengan penghukuman.

"Buna, kakak turun kebawah ya. Mau minta buatin cemilan sama si mbak, buat buna"

"nggak usah ka, nanti kalau mau buna turun sendiri aja" Anshel langsung menggeleng cepat, buna pokoknya tidak boleh capek dan melakukan banyak pergerakan, sebab Anshel sudah berjanji pada Gavin bahwa dirinya tidak akan membiakan sang buna merasa capek.

"buna diem aja, biar kakak yang ambil"

Lala tersenyum, lagi-lagi ia harus bersyukur karena memiliki sosok putra yang berhati lembut seperti Anshel.

———

Sore harinya Lala sudah rapih semua, ketiga putranya pun sudah wangi minyak telon. Ia tersenyum lega dan merasa bangga dengan dirinya yang mampu menjaga tiga anak sekaligus tanpa bantuan siapapun, bahkan art yang bekerja pun sedang di liburkan dan Lala benar-benar mengerjakan semuanya sendiri dengan cara mencuri-curi waktu disaat ketiga putranya tengah tertidur.

Saat ini dirinya tengah sibuk menumis ayam fillet dan beberapa sayuran seperti, wortel, jagung dan buncis untuk Anshel dan Nio makan. Sembari memasak Lala mencuri-curi pandang pada si bayi yang kini tengah berada di baby box dengan dikelilingi oleh kedua kakaknya, kedua sudut bibirnya terangkat melihat momen manis itu, andai Gavin bisa melihat betapa manis momen ketiga putranya itu.

"aku harap, semoga kamu baik-baik aja ya, mas. Pokoknya saat kembali nanti, kamu harus dalam keadaan sehat, supaya kita bisa kumpul bareng-bareng lagi sambil melihat pertumbuhan Anshel, Nio, dan juga Vier" gumamnya berharap.

Lala kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakannya, setelah masakannya matang, ia mempersiapkan nasi beserta lauk pauk dan tumisan yang baru saja matang itu. Menatanya dengan rapih di meja makan dan tersenyum puas melihat hasil karyanya yang akan disuguhkan pada kedua buah hatinya.

"Kakak, abang, makan dulu yuk!. Main nya nanti lagi" ajak Lala sembari menggendong si bungsu Vier dan di pindahkan di babystroller yang sebelumnya ia beli bersama Gavin waktu itu.

Mendorong stroller nya dengan diikuti oleh Anshel dan Nio yang saling bergandengan tangan persis orang yang ingin menyebrang. Lucu banget pls!

Sebelum duduk, Anshel membantu sang adik terlebih dahulu dan memastikan bahwa adiknya sudah dalam posisinya yang nyaman dan tentunya aman, setelah dirasanya sang adik sudah aman barulah Anshel duduk disebelahnya dan tersenyum pada Lala yang tengah menuangi air mineral untuk mereka.

"makan sendiri, bisa 'kan? Atau, mau buna suapin, hm?"

Keduanya kompak menggeleng sembari memegang sendok nya masing-masing, "mam sendiri—mam sendili aja" ujar keduanya berbarengan yang lagi-lagi membuat Lala menyunggingkan senyumannya.

Tak habis-habisnya Lala tersenyum karena merasa sangat bersyukur telah dikaruniai putra yang begitu manis dan baik hati seperti Anshel dan juga Nio, dan Lala berharap hal itu akan sama pada si bungsu Xavier nantinya.

"makan yang banyak ya, biar cepat besar. Terus bisa bantuin buna jaga adek bayi deh, mau 'kan?"

Keduanya mengangguk dengan sangat antusias, "Nio mau jadi supelhelo buat dedek Viel, nanti Nio jadi kelen soalnya nanti dedek Viel panggil Nio abang" ujarnya menggebu-gebu, Anshel tertawa kecil kemudian tangannya mengusap surai sang adik dengan gemas.

"mangkanya Nio mam yang banyak ya, nanti kita bersatu buat jagain dedek Vier dan jadi superhero buat dedek Vier, okey?!" Anshel mengulurkan jari kelingkingnya yang disambut dengan senang hati oleh sang adik—Nio.

"kalian makan yang banyak ya, selain bisa jagain dedek Vier, nanti kalian bisa jagain buna juga, siapa yang mau jadi superhero buat buna?"

Keduanya kompak menunjuk tangannya dengan raut wajah yang bersemangat dan hal itu membuat Lala tersenyum hangat, walau terasa ada yang kurang Lala tetap harus mensyukurinya.

"yuk, cepet lanjutin mam-nya"

Tania yang baru saja datang, diam-diam wanita itu menitihkan air matanya dan tersenyum bahagia. Devi sangat berhasil dalam mendidik putri bungsunya sehingga putri bungsunya saat ini menjadi sosok yang sangat kuat dan bertanggung jawab. Pemandangan yang membuat dirinya tersentuh dan mengingatkan dirinya saat kelahiran Axel dulu, semua yang terjadi persis seperti apa yang saat ini ia lihat.

"hai sayang!." Sapa Tania akhirnya, bibirnya tersenyum begitu kedua cucunya menghampiri dirinya dan memeluk kakinya bersamaan. Tangannya mengusap surai kedua bocah laki-laki itu dengan penuh kasih sayang.

"ayo mam lagi, omah suapin. Mau?"

Keduanya mendongak sembari menggelengkan kepalanya, "ndak mau, Nio mau mam sendili aja"

"kaka juga"

Keduanya sudah balik pada posisi semula dan duduk di kursi masing-masing, Lala menyalami sang bunda dan mencium nya. "ini bunda bawakan makanan juga, buat kamu makan ya"

Lala tersenyum hangat, "lagian bunda nih repot-repot aja. Queen 'kan udah pinter masak, hehe"

Tania mengusak surai putrinya itu, "iyadeh anak bayinya bunda mah pinter segalanya"

Lala mendengus, "mana ada anak bayi punya bayi juga. Queen tuh udah besar, banget malah. Buktinya Queen udah jadi seorang ibu, hehehe"

Tania terkekeh, "iya-iya, tapi dimata bunda Queen tuh masih bayinya bunda"

Lala mempoutkan bibirnya, "huh, terserah bunda deh"

***







You're My Missing Puzzle Piece ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang