"selamat pagi, pak Gavin."
Gavin membuang nafasnya kasar kala perempuan yang semalam bertemu dengannya itu kini tengah menyapanya.
"hm, pagi." kaki nya segera melangkah meninggalkan perempuan tersebut, baru beberapa langkah berjalan, perempuan itu kembali menarik pergelangan tangannya.
Gavin menghentikan langkahnya, menghempaskan tangan perempuan itu dengan kasar, "jangan berani-berani nya kamu sentuh tangan saya!" sentaknya. Setelahnya ia kembali berjalan, ia terlalu sibuk untuk mengurusi perempuan tidak jelas seperti itu.
Perempuan itu tersenyum miring, begitu melihat punggung Gavin yang semakin menjauh. "saya nggak akan menyerah, demi uang pasti saya lakukan" gumamnya.
Tak lama ponsel perempuan itu berdering, menandakan seseorang tengah menelephone nya.
"ya?"
"..."
"aman, jangan lupa transfer bagian saya"
"..."
"okey"
Tut.
"pak Gavin, lumayan" gumamnya, perempuan itu kembali berjalan menuju ruangan para karyawan magang
Tanpa sadar, seseorang tengah memperhatikannya dari kejauhan yang mendengar semua pembicaraanya di telepon tadi.
"buset, pagi-pagi kusut amat muka lo, ngga dapet jatah lo?!"
"berisik lo bang," sarkasnya
"lah, pms lo Vin?"
"diem atau mati?!" ancamnya
Dimas lantas terdiam, Gavin tidak pernah bermain-main dengan omongannya, jika sudah berkata, pasti akan dilakukannya.
"arrrgh! Bangke!" Gavin menjenggut rambut nya, menyandarkan tubuhnya kemudian memejamkan matanya
"ya Tuhan, Gavin nggak mau bikin Lala nangis lagi," gumamnya
Dimas tersenyum kecil, dan menghampiri Gavin yang masih memejamkan matanya itu, mengusap kepala bos sekaligus junior-nya itu
"hadapin semuanya sama-sama, bicarain baik-baik, buat istri lo terus percaya, gue yakin lo pasti bisa Vin."
Gavin membuka matanya, dan menghela nafasnya, "semalem Lala ngambek sama gue, gara-gara si karyawan magang itu. Anjing lah emang, keluarin dia ajalah bang" sungguh, Gavin merasa frustrasi saat ini
"nggak segampang itu, Vin."
"ini kantor punya gue bang, kenapa nggak bisa?,"
"profesionalitas,"
"anjing!" umpatnya
——
"La? Lo nggak bosen apa dari tadi ngaca terus, kenapa sih?,"
Lala berdecak, kemudian menatap Raini, Lia dan juga Amel secara bergantian
"muka gue kenapa si?,"
"kenapa apanya?," heran Amel
"gue dipanggil 'dek sama karyawan magang di kantornya mas Gavin pas semalem ketemu, se-bocah itu apa muka gue?,"
"bersyukur aja sih, diluar sana banyak kok yang mukanya keliatan dewasa dibanding umurnya, lah elo? Anak udah dua tapi mukanya masih bocah, bersyukur aja udah," Lia menasihati adik perempuannya itu, mereka bertiga diminta Lala untuk menemuinya di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Missing Puzzle Piece END
RomanceSEQUEL OF AQUEENESYA *** "percayalah, bahwa skenario Tuhan jauh lebih indah dari yang kita harapkan" -Gavino Fadly Alamsyah. /// "Terima kasih Tuhan, atas karunia-Mu. Dan terima kasih telah meng-anugerahkan 3 malaikat kecil untuk kami" -Syahla Aquee...