63. cousin time.

547 88 104
                                    

Hari ujian Anshel telah tiba, tak sia-sia usahanya yang terus mengulang materi dari kelas 7 dengan bantuan sang buna tentu saja. Hari pertama ujian telah usai, dan hari ini ia berhasil mengerjakannya dengan sangat mudah yang membuatnya bisa lebih awal untuk keluar ruangan.

"kantin dulu nggak?," tawar Langit yang keluar ruangan ujian kedua setelah Anshel.

"ayo, lah. Gue pengen dimsum."

Langit merangkul Anshel sepanjang perjalanan ke kantin, area sekolah masih sangat sepi sekali karena banyak siswa yang belum selesai ujian. Hanya mereka berdua yang berkeliaran di kantin di saat yang lain masih pusing memikirkan jawaban dari soal-soal yang menurut Anshel dan Langit sangatlah mudah sekali.

Begitu sampai di kantin kedua remaja laki-laki itu segera berjalan menuju stan dimsum dan membeli beberapa porsi dimsum yang akan di take away.  Saat menunggu, keduanya di kejutkan dengan kehadiran Haekal dan Rendhika yang secara tiba-tiba nongol begitu saja.

Ini kalau di kartun-kartun, dari kepala Haekal sudah muncul asap karena saking panasnya. "gila, lo berdua gila!" ujar Haekal dramatis.

"lo yang gila, bodoh." celetuk Rendhika yang melirik sinis kearah Haekal kemudian berjalan menuju stan minuman. Ia butuh yang segar-segar untuk mendinginkan otaknya yang panas karena soal ujian juga ocehan Haekal yang sama sekali tidak ada faedahnya.

"si kokoh sirik amat, heran."balasnya mencibir. Dan tentu saja dengan suara yang pelan, Haekal mana berani sama Rendhika. Kecil-kecil begitu, Rendhika tuh cabe rawit yang puedesee puolll, sudah megang sabuk hitam taekwondo.

"Shel, please. Ajarin gue caranya belajar sekaligus mengulang materi. Gue capek banget belajar kagak masuk-masuk, padahal nih ya, ibu gue udah manggil guru buat ngajarin gue secara private, tapi tetep aja, gak masuk." ujar Haekal menggebu-gebu.

"selain fokus, guru serta metode yang diterapin  juga berpengaruh dalam mempelajari materi dengan mudah." sahut Anshel yang langsung di angguki oleh Rendhika yang sudah nongol dengan segelas es jeruk di tangannya.

Haekal lantas menoleh lagi kearah Anshel. "emang guru lo siapa Shel?, terus, metode yang di ajarinnya gimana?,"

"guru gue buna. Metode yang dia kasih ga ada di guru-guru lain, rahasia negara tidak boleh bocor."sahutnya dengan santai

"pantesan!." jawab ketiga temannya secara bersamaan yang membuat Anshel mengernyit heran.

"apa?,"

"kalo guru les private gue modelan buna lo, gue jamin. Kita saingan!," ujar Haekal dengan sombongnya.

"untungya sih bukan, jadi kita gak saingan." timpal Anshel, wajah anak itu tak ada ekspresi sama sekali yang membuat Haekal seketika tertohok dan yang pastinya si, Langit dan Rendhika bagian menertawakan.

"anak anj,"

"apa, mau bilang apa? Hah?, mau gue cabein?," ancam Anshel yang menatap tajam Haekal.

"enggak."

———

"Bian, buru dong! Nanti kita di bawelin sama abang Sagara."omel Riel, sang kembaran yang sudah rapih sejak tadi.

"kamu juga bawelin aku!, sabar dong. Ini sepatuku beda sebelah,"keluhnya sembari menunjukan dua buah sepatu yang bukan pasangannya.

"kamu emang mau pakai yang mana sih?!," jujur saja, Riel agak gregetan sih liat kakak kembarnya yang sedari tadi sibuk mencari pasangan dari dua sepatunya itu.

You're My Missing Puzzle Piece ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang