Ketiga curut Gavin baru saja tiba dan langsung mengambil alih sang buna yang kini tengah mengusap-usap kepala sang ayah. "Tuh'kan! Apa Vier bilang, kalau kita menginap pasti buna diambil ayah!."ujar si bungsu yang kini tengah menatap tajam kearah sang ayah. Sedangkan yang menjadi tersangka hanya diam dengan mata yang terpejam menikmati usapan Lala yang selalu membuatnya nyaman.
"ssst, adek. Ayah nya bobo, gaboleh berisik,"ujar Lala yang kini tersenyum. Dalam hati ia sudah tertawa, seru juga ternyata menjahili si bungsu.
"ISH! BUNAA!," Anshel dan Nio hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"ayah, bangun. Abang tau ayah pura-pura bobo 'kan?, cepet bangun daripada si bayi nangis, berisik." ujar Nio yang jengah dengan tingkah berisik Xavier. Si anak tengah mendekati sang ayah dan menusuk-nusuk lubang hidung milik sang ayah dengan jari telunjuknya.
"hatchu!," Gavin bersin yang membuat si bungsu menangis seketika karena terkejut. Hal itu membuat Anshel dengan sigap memeluknya.
"HUAAAA!," Lala tertawa, ia meminta Gavin untuk bergeser dan segera memanggil si bungsu.
"sini sama buna!," menitah si bungsu untuk duduk di pangkuannya.
"aduh-aduh, bayi nya buna sudah berat sekali ini,"ujar Lala yang mengusap-usap lembut surai si bungsu.
Gevan memasuki rumah sang adik dengan diikuti putranya yang kini membawakan barang-barang milik ketiga adik sepupunya. "lah tidur itu?," tanya Gevan yang menyadari bahwa Xavier telah memejamkan matanya di pangkuan sang buna.
"eh?" Lala mengintip, benar saja bahwa ternyata putra bungsunya terlelap begitu saja di dalam dekapannya.
"lo ajak ngapain anak gue?," tanya Gavin yang kini berpindah posisi, tepat di samping sang kakak.
"yang ada anak lo yang ngajakin gue main ampe kaga tidur. Bener-bener aktif, cuma Anshel doang yang kalem. Walaupun dikit,"cerita Gevan.
Anshel yang menjadi topik perbincangan itu lantas tersenyum kikuk, yang membuat Gavin mendengus. "batre nya habis berarti. Kalo batrenya full, Nio digabungin sama Vier, itu baru si Anshel."jelasnya. Kini balik gantian Anshel yang mendengus, ia mencibir sang ayah yang kini tengah menatap dirinya sembari memeletkan lidah.
Nio yang memang juga sudah lelah hanya menyimak sembari bersandar pada Kenzie yang kini mengusap-usap kepalanya.
———
Tanpa di duga saat sore hari semua kakak dari seorang Syahla Aqueenesya itu berkumpul, bayangkan saja betapa ramai rumahnya saat ini. Pekikan anak-anak terdengar bersahutan, juga tertawa khas bapak-bapak yang tak lain adalah kakak-kakaknya serta para ibu-ibu yang kini sibuk membuat makanan.
Gevan masih disana, bergabung dengan Gavin yang mengobrol dengan Rimba, Darrel, Axel, Leon, Arga, si kembar Nael dan Niel, Daniel serta Radit yang saat ini tengah memangku Xavier.
"tumben amat dek, mau sama om Radit?," Xavier melirik kearah Leon, kemudian kembali menenggelamkan wajahnya di leher sang paman.
"buset, gue di cuekin."protes Leon.
"dia tau bau duit bang,"ujar Gavin yang di hadiahi kekehan oleh yang lainnya.
"iya deh yang habis menang tender,"celetuk Leon yang membuat Radit cengengesan.
Lain di bapak-bapak, lain juga di kumpulan para anak-anak. Persepupuan yang menginjak usia remaja itu kini tengah duduk melingkar, katanya sih lagi sharing.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Missing Puzzle Piece END
RomantizmSEQUEL OF AQUEENESYA *** "percayalah, bahwa skenario Tuhan jauh lebih indah dari yang kita harapkan" -Gavino Fadly Alamsyah. /// "Terima kasih Tuhan, atas karunia-Mu. Dan terima kasih telah meng-anugerahkan 3 malaikat kecil untuk kami" -Syahla Aquee...