59. peluk buna!

506 85 55
                                    

Weekend telah tiba, dan rasanya seorang Syahla Aqueenesya Fernando yang sekarang menyandang sebagai nyonya Alamsyah itu tengah bersantai di ruang spa. Ibu muda beranak tiga itu tengah me time, ketiga anak beserta suaminya sepakat untuk tidak menganggu waktu wanita cantik itu sebagai reward karena telah menjadi hebat untuk mereka berempat.

Jika sang ibu sedang menikmati acara me time-nya, lain lagi dengan sibungsu yang uring-uringan karena biasanya jika hari libur ia akan bermanja-manja ria dengan sang buna tercinta. Dan hari ini, sang buna tengah me time, lalu ia harus apa? Melakukan apa? Bergabung bersama ayah dan Kak Anshel yang bermain golf? Oh no. Atau, berkuda bersama abang Nio? Sangat tidak mungkin. Lalu ia harus ngapain?,

"Aaaaaaa Vier bosen mauuuu bunaaa!!!,"rengeknya dengan suara menggelegar yang membuat mansion sebesar itu berisik karena pekikan melengkingnya.

Salah satu maid menghampiri sibungsu Alamsyah dengan tergopoh-gopoh. "aden mau apa? Biar maid ambilkan,"

"No! Vier gak mau apa-apa! Vier cuma mau buna. Just buna, gak mau yang lain, paham gak sih?!,"

Nio yang baru selesai berkuda dan memasuki mansion melihat sang adik yang uring-uringan seperti itu lantas menghampirinya. "kenapa lagi sih?,"

"Vier mau buna, abang!!!"rengeknya.

"buna lagi me time, gak boleh di ganggu!" peringat Nio, yang membuat sibungsu semakin memekik dan memanggil sang buna.

Lala yang berada di ruang spa dan mendengar kegaduhan yang terjadi lantas menghubungi kepala maid untuk memanggil anak bungsunya. "tolong antar Xavier kesini!" perintahnya.

"baik, nyonya."

"mau me time aja susah banget, dasar bayi,"gumamnya.

Tak lama kemudian ruang spa terbuka dan menampilkan Xavier dengan cengiran lebar khas miliknya yang membuatnya terlihat seperti Lala kecil dulu, bocah itu berlari menghampiri sang buna yang tengah di creambath. Xavier mendudukan dirinya diatas paha sang buna dan menjatuhkan kepalanya pada dada sang buna, mendusal disana yang membuat Lala menghela nafasnya.

"kenapa gak ikut ayah aja sih?,"

Bibir bocah itu maju sebanyak 3 cm, "Vier maunya buna, gak mau ayah,"rengeknya kemudian kembali mendusal disana.

"sudah selesai nyonya creambath nya, tinggal tunggu, lalu nanti saya bilas. Sembari menunggu kita lakukan treatment menicure ya,"

Lala mengangguk saja saat wanita muda yang merupakan karyawan di salah satu salon langganannya itu. Ibu muda itu sengaja memanggilnya karena ia terlalu malas untuk pergi ke salon.

"Dek, berat lho ini,"ujar Lala yang berusaha untuk membujuk sibungsu, namun tak ada sahutan apapun, dan rupanya sibungsu keluarga Alamsyah itu sudah terlelap.

"maaf ya mbak, kalau agak susah. Anak saya yang satu ini emang beda dari yang lain," ujarnya tak enak hati.

"tidak apa-apa nyonya, santai saja."

———

"Xavier kemana, bang?," tanya Gavin yang baru saja menyelesaikan olahraga golf nya bersama si sulung Anshel.

"nyusul buna. Ayah gak tau aja, anak ayah yang satu itu buat geger satu mansion gara-gara teriak minta buna terus. Gak tau deh dia ngapain nyusul buna ke ruang spa,"sahut Nio yang sengaja mempause game online-nya.

"okeydeh, ayah mau liat adikmu dulu. Kasihan buna lagi me time,"

"ayah jangan ganggu buna juga ya!,"peringat si tengah yang sudah sangat hapal sekali dengan sifat sang ayah.

Gavin memencet tombol lift, langkah kaki yang jenjang itu membawanya menuju ruang spa. Begitu membuka ruangan tempat sang istri perawatan hal pertama yang ia lihat adalah sang istri yang tengah di treatment dengan sibungsu yang tertidur di dadanya. Haish, menang banyak si bocil.

"kamu ngapain?,"

"kata Nio, Vier ngambek sampe bikin geger satu mansion. Aku penasaran, taunya nih anak malah molor disini. Modus sama istri orangnya lancar banget,"gerutunya.

Lala mendengkus, "heh, cemburu kok sama anak sendiri."

"ya abisnya,"

"apa?--udah ah, nih kamu gendong pindahin ke kamar. Berat banget,"

Dengan hati-hati Gavin menggendong sibungsu dan membawanya ke kamar, kasihan juga bunanya keberatan, walaupun sibungsu keenakan.

***
Usai me time tadi, Lala sekarang sudah diperebutkan lagi oleh ketiga putranya. Bahkan, Anshel yang biasanya mengalah pun kini berada di garda terdepan dalam merebut sang buna dari dua adik curutnya itu.

"kakak gantian sama abang dong, abang belum peluk buna," rengek Nio pada Anshel yang kini tengah menempel pada Lala. Anak tengah itu menatap sebal kearah sang kakak juga adik bungsunya yang tersenyum penuh kemenangan kearah dirinya. Hih! Awas aja. Pokoknya kalau kalian lengah, buna Nio ambil alih, titik. Batinnya.

"abang sini!," titah Lala yang meminta Nio untuk duduk dipangkuannya, Nio menggeleng. Ia memang mau mengambil alih sang buna dari kakak juga adiknya, tetapi jika sang buna harus memangku dirinya mending tidak usah. Ia tidak mau menyakiti wanita yang telah berjuang melahirkannya itu.

"abang diem disini aja, tunggu ayah" ujarnya. Bibirnya memang berkata seperti itu, terlihat tegar dan tidak apa apa. Namun, siapa yang menyangka jika air mata si anak tengah sudah mengembang di pelupuk mata dan siap untuk terjun.

Tidak tega, Lala melepaskan diri dari si sulung juga si bungsu. Wanita itu beralih mendekap tubuh si anak tengah. Benar saja, begitu Lala mendekapnya, tangis Nio langsung pecah seketika.

"hey, udah dong. Cup-cup, ini udah peluk buna 'kan," Lala mempuk-puk kepala putra tengahnya itu, setelahnya ia kembali mengusap-usap bahu si anak tengah yang masih bergetar karena tangisnya.

"hiks, abang kangen buna. B-buna dari kemarin sibuk, terus buna enggak peluk abang, buna cuma peluk kakak sama adek, hiks. Abang kangen buna, Huaaaa!," bukannya diam, tangis si anak tengah semakin menjadi yang membuat Anshel dan Xavier diam-diam merasa bersalah. Memang benar adanya, si sulung dan si bungsu berencana untuk memonopoli buna mereka agar tidak berdekatan dengan Nio--entah apa alasannya.

"kakak minta maaf, Nio. Ini semua ide kakak yang buat monopoli buna. Jadi, buna biar sama kakak dan adek, maaf. Abis kakak suka kesel sama Nio, Nio kalau manja sama buna gak lihat sisi dan kondisi, kakak sama adek jadi sebel, maaf ya,"akunya.

Rupanya si bungsu Xavier ikut menangis, punggung tangannya ia gunakan untuk mengelap air matanya, bibirnya melengkung kebawah dengan hidung yang memerah ia mengangguk menyetujui ucapan sang kakak sulung.

"maafin adek juga ya, abang."isaknya.

"ulululu, anak-anak buna. Sini peluk sama-sama"keduanya lantas bergabung, Lala tersenyum hangat ketika memeluk ketiga putra kesayangannya itu sekaligus.

"listen, buna sayang kalian bertiga sama rata, semua sama. Tidak ada yang beda, maaf ya kalau buna suka sibuk, buna sayang kakak, abang dan juga adek,"

"Ayah juga!" Seru Gavin yang berlari dari arah dapur dan ikut bergabung dalam pelukan ibu dengan tiga anak ayamnya.

***

You're My Missing Puzzle Piece ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang